Berbagai makanan sudah terhidang di atas meja-meja yang disusun rapi di pinggir ruangan. Rangkaian bunga dengan bentuk yang beraneka ragam juga sudah terhias dengan cantik di ruangan ini.
Para undangan belum terlalu padat, karena ini masih pagi, dan yang datang diawal waktu kebanyakan berasal dari keluarga besar kedua mempelai.
Termasuk Kevan, Dipon, dan Karina. Mereka sudah rapi dengan pakaian formal melekat ditubuh mereka. Sedangkan Vano sedikit telat dan baru saja menghubungi mereka bahwa dia masih berada di lokasi syuting. Selain cara berpakaian, masih ada yang berbeda dari mereka. Yaitu masing-masing mereka datang dengan membawa pasangan. Ralat, kecuali Vano.
Mereka semua memilih menunggu di luar aula hotel.
"Cass, lo kok betah sih LDR-an bareng Kevan?" Dipon meletakkan tangannya di samping mulut, "Tau gak? Kevan itu maho!" bisik Dipon namun masih bisa didengar oleh Kevan.
Cassandra, atau yang biasa dipanggil Cassi itu langsung mengangkat kedua alisnya, lalu beralih menatap Kevan.
Kevan menggeleng ke arah Cassi, membela diri bahwa yang dikatakan Dipon tidak benar.
"Sekarang aja Kevan lagi potek tuh, secara kan dia ditinggal nikah sama Arkan," tambah Dipon dengan terkekeh.
Kevan menatap Dipon malas, "memandai aja lo, kuda."
Cassi hanya tertawa.
"Iseng banget sih lo, Pon!" Karina memukul pelan lengan Dipon.
"Sekali-kali, Rin," jawab Dipon membela diri.
"Apaan... Tiap hari kali' lo iseng gitu."
Dipon tertawa kecil, membuat Karina geleng-geleng kepala.
"Nah, itu Vano," ucap Kevan sambil menunjuk Vano yang tengah berjalan ke arah mereka.
Setelah sampai, Vano melepaskan kacamata hitamnya sambil merapikan rambutnya.
"Sorry, gue telat," ucap Vano mengawali pembicaraan.
"Iya deh, tau yang aktor tu," cibir Karina.
Vano terkekeh geli, lalu matanya tertuju ke arah Cassi.
"Oh, ini pacar lo, Van?"
"Yoi," jawab Kevan.
Cassi hanya membalas dengan senyuman.
"Gue Vano." Vano memperkenalkan diri.
"Iya, gue tau kok. Kevan udah sering cerita tentang teman-temannya," jawab Cassi sambil sesekali melihat Kevan.
"Ciee, lo bicarain gue, Van," kekeh Vano.
"Gak lo aja kali', pedean banget sih," sela Dipon, membuat Vano memeletkan lidahnya.
"Biarin," ejek Vano.
Para undangan yang menghalangi jalan langsung menyingkir ketika tanda-tanda kedatangan pengantin sudah ada.
Kevan langsung menyiapkan kamera yang sedari tadi berada di lehernya, lalu mulai mengambil foto ketika Arkan dan Nara sudah tampak dari kejauhan.
Arkan dan Nara tersenyum bahagia ketika mereka digiring masuk hingga ke pelaminan dengan iringan alat musik gamelan. Mereka berdua tampak serasi dengan pakaian pengantin adat Jawa Barat bernuansa emas. Sedangkan dari pihak keluarga yang berada di belakang, memakai baju kompak dengan warna silver. Tangan Nara menggandeng tangan Arkan. Untuk pertama kalinya mereka bergandengan dengan status sudah sebagai suami istri.
Para undangan menatap mereka takjub. Arkan yang lulusan sarjana hukum kini sudah berprofesi sebagai pengacara. Sedangkan Nara berencana akan mengikuti program dokter spesialis dan harus menjalani program wajib kerja selama kurang lebih 5 tahun. Ini Nara lakukan agar ia mendapatkan izin membuka praktek sendiri di rumah, karena Nara tetap ingin mengurus pekerjaan rumah dan tetap memiliki banyak waktu untuk menjalani kewajibannya sebagai istri dan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionCover by Lalinaaa_ Awalnya mudah saja bagi Arkan dan Nara untuk tetap saling percaya dengan komitmen yang mereka genggam. Tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka memilih melepaskan?