21 - Pensi

2.7K 177 6
                                    

Mulmed : lagu yang di bahas di dalam cerita ini.

Sebelumnya, memang pernah terlintas di benak Arkan untuk mulai menjauhi Nara. Tetapi kini ketika Nara pergi, kenapa malah dirinya yang merasakan sakit? Apalagi setelah melihat Nara yang sepertinya sangat dekat dengan cowok itu. Seharusnya ia senang karena tidak perlu susah-susah membuat Nara membenci dan menjauhinya. Hubungan mereka sudah berada di tengah-tengah putus dan nyambung.

Arkan merasa belum siap kehilangan Nara. Ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menjauh dari Nara. Tetapi semua sudah terlambat. Arkan mengacak rambut blondenya. Perubahan warna rambutnya tidak berdampak apa-apa. Nara menjauh bukan karena penampilannya yang kini terlihat urakan. Tetapi Nara sudah capek menghadapi sikapnya yang selalu menyakiti perasaan.

"Ar, Kevan sama Vano kemana sih? dari tadi kita muter-muter gak nemu juga." Ucapan Dipon sedikit menyadarkan Arkan dari kekalutannya.

Arkan melirik Dipon sekilas, kemudian kembali memandang ke depan.

"Gak tau."

"Lah? tadi bukannya pamit sama lo?" tanya Dipon dengan heran.

"Kevan," jawab Arkan singkat.

Meski dengan jawaban ambigu, Dipon mengerti apa maksud ucapan Arkan. Dipon diam-diam menghela nafas pelan. Berbicara dengan Arkan harus banyak mengeluarkan pertanyaan. Karena Arkan hanya menjawab sesuai pertanyaan tanpa menambahkan ucapan atau informasi lain.

"Yaudah iya, Kevan kemana?" Tanya Dipon lagi dengan sabar.

"Gak tau."

Dipon mengernyit heran, "Astaga, tapi dianya pamit sama lo."

Arkan melirik Dipon dengan malas, merasa lelah mendengar kebawelan Dipon. Arkan akan sangat pendiam jika moodnya sedang tidak baik. Apalagi diberi pertanyaan yang menurutnya akan terasa banyak, ia sangat malas menanggapinya.

"Gak bilang kemana," jawab Arkan kemudian.

Dipon memilih untuk tidak lagi bertanya karena itu hanya membuat tenaganya terkuras percuma.

🍁🍁🍁

"Van!"

Cowok itu langsung menoleh ke belakang karena cewek yang ditunggunya sedari tadi sudah datang. Nayla tersenyum puas ketika matanya tertuju ke sebuah map di genggaman cowok itu.

Ia menyodorkan map itu ke arah Nayla, "nih, untuk sahabat lama gue," ucapnya terkekeh.

Nayla menerima sodoran map darinya dengan tersenyum puas, "Thanks dude!"

Ia terbahak, "urwell."

Nayla melihat keadaan sekitar. Setelah merasa cukup aman, ia membuka amplop itu dengan hati-hati. Kemudian mengeluarkan beberapa foto Arkan yang lama.

Nayla menyunggingkan senyumnya,"My badboy," komentarnya sambil tertawa puas.

"Emangnya kenapa kalau tuh foto lo kasih pacarnya?"

Nayla kembali memasukkan foto itu ke dalam map, dan menutup kembali map itu dengan rapi.

"Yang pasti dia bakalan shock ngeliat calon mantannya," jawab Nayla sambil terkekeh senang.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang