Arkan menghentikan motornya di samping halte bus yang terletak tidak jauh dari SMA Airlangga. Disana sudah ada Dipon yang duduk anteng di atas motornya. Karina yang melihat Dipon malah menggerutu sebal.
"Bareng Dipon, ga papa kan? Gue ngambil pesanan gue dulu."
"Kenapa gak sama Vano aja sih?" protes Karina sembari turun dari motor Arkan.
"Vano nemenin maminya ke salon," jawab Dipon.
Karina memutar bola matanya malas, "Kok lo yang jawab, sih?"
"Trus siapa? Rumput yang bergoyang?" Dipon melihat ke aspal sekitar halte," lagian kagak ada rumput woi!"
Karina membulatkan matanya, "seenggaknya lo gak usah jawab! Gue mumed kalo lo yang jawab."
Arkan melihat datar ke arah Dipon dan Karina yang setiap harinya seperti kucing dan anjing. Kemudian dia menurunkan kaca helmnya dan menghidupkan motornya.
"Gue duluan. Sorry."
"Yahh,Ar... Trus gue perginya sama Dipon, gitu?" teriak Karina pasrah melihat motor Arkan sudah melaju jauh. Tatapannya beralih ke Dipon yang menaikkan sebelah alisnya. Sok Cool.
"Biasa aja!" ucap Karina ketus.
Dipon mengarahkan dagunya ke belakang, menyuruh Karina naik ke motornya. Karina hanya bisa pasrah, memakai helm dan naik dengan malas.
Dipon mulai menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.
"Woi, cepetan dikit ngapa!" titah Karina jutek.
"Modus lo! Bilang aja biar ntar kalo berenti, gue ngerem mendadak, lo nya bisa meluk gue," kekeh Dipon.
Plak!
Karina memukul helm Dipon keras. Membuat Dipon meringis, merasakan pekak di telinganya.
"Heh, keripik balado! Santai napa," protes Dipon yang baru saja mendapatkan KDMD. Kekerasan di atas motor Dipon.
"Apaan keripik balado?" Karina bertanya dengan tatapan mengernyit, walaupun ekspresinya tidak bisa dilihat Dipon.
"Lo kaya keripik balado. Chili! Datar lagi!" kekeh Dipon.
Plak, plak, plak.
Karina memukul helm Dipon berkali-kali. Membuat Dipon kembali meringis.
"Rusuh lo! Helm gue miring, tai!"
"Berhentiin!" tegas Karina.
"Apaan dah? Kagak!"
"Turun dulu!"
"Lo kebanyakan nonton sinetron, ya? Lo kira gue pacar lo? Kalo ngambek pake bilang Turunin aku sekarang!" ucap Dipon sambil menirukan gaya bicara cewek.
"Heh! Lo kebanyakan makan micin, ya?! Pokoknya lo berhentiin motor lo, gausa banyak tanya!"
Plak, plak, plak
"Lahaula, ni betina ato jantan yak? Tolongin hambamu ini," Dipon pasrah, akhirnya menepikan motornya. Tetapi di sekitar pemberhentian ada sebuah tempat pembuangan sampah besar.
"Lo kira gue sampah berentiin di sini?"
"Lah, kagak. Tapi bagus deh kalo lo sadar."
Karina memutar matanya malas, kemudian turun dari motor Dipon.
"Turun lo!"
Dipon mengernyit, "kagak, ntar lo bawa kaya siput lagi!"
"Ck!" Karina menarik tubuh Dipon untuk turun, kemudian Karina naik ke bagian depan motor Dipon, mengambil alih kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionCover by Lalinaaa_ Awalnya mudah saja bagi Arkan dan Nara untuk tetap saling percaya dengan komitmen yang mereka genggam. Tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka memilih melepaskan?