Extra Part

4.1K 204 13
                                    

"Arkaan, ini bajunya jangan kamu taruh di sini dong," Nara mengambil baju kemeja Arkan yang tergantung di pintu lemari, "seengganya kamu lipet atau kalau ga pake lagi kan bisa langsung taro di cucian!"

"Iya sayang, maaf," jawab Arkan dari ruang makan.

Pagi-pagi rumah sederhana ini sudah ribut. Berawal dari Nara yang ingin mengepang dua rambut Arkan, hingga kesalahan-kesalahan kecil Arkan yang mampu membuat Nara ngomel-ngomel. Arkan hanya memakluminya. Mungkin bawaan kandungan Nara yang hampir mencapai 9 bulan.

Hari ini hari Minggu, itu Artinya Arkan tidak bekerja sedangkan Nara belum melanjutkan program dokter spesialisnya karena belum mendapatkan izin dari Arkan. Mungkin setelah anak pertama mereka sudah bisa ditinggal, barulah Nara akan melanjutkannya.

Setelah selesai memakan bubur ayamnya, Arkan beranjak ke kaca lalu tertawa sendiri melihat rambutnya yang dikepang dua oleh Nara. Baru saja hendak Arkan lepas, terdengar suara menginterupsi Arkan.

"Jangan dilepas, kalau gak Nara nangis nih."

Arkan menurunkan kembali tangannya dari rambut. Ia melihat pantulan Nara dari cermin yang ternyata sudah keluar dari kamar sambil membawa tentengan kain kotor.

"Yaudah, iyaa," Arkan berbalik, mendekati Nara, "Udah aku bilang jangan sibuk-sibuk."

Arkan beralih mengambil kain kotor di tangan Nara, "ini biar aku aja yang antar ke laundry, kamu siap-siap aja."

Nara tersenyum lalu mencium pipi Arkan, "Oke," Nara mengernyit melihat Arkan, "jelek ih, kepangannya aku lepas ya."

Arkan memandang Nara yang tengah melepas kepangannya, dengan pandangan datar, "Hm."

Nara merapikan rambut Arkan, "nah, gini kan cakep."

"Arkan sabar loh, Ra," ucap Arkan datar.

"Ihh, buruan antar kainnya. Kan kita mau pergii," Nara melihat jam di tangannya, "pokoknya jam 10 harus udah berangkat, nanti es krim kesukaan Nara habis."

"Ya ampun sayang, es krimnya kan banyak, gak mungkin habis lah," jawab Arkan sembari mengambil kunci mobil.

"Enggak, Ar. Nara gamau tau!"

"Iya-iya, makanya mandi. Aku pergi dulu, jangan lupa kunci pintu dari dalam. Hati-hati di kamar mandi, Ra. Jangan ceroboh!."

Setelah Nara mandi dan bersiap-siap ke supermarket untuk belanja bulanan, Arkan segera menjalankan mobilnya. Sebenarnya kemaren mereka sudah ke supermarket. Efek kehamilan Nara yang menginginkan es krim yang berada di supermarket–padahal di swalayan-swalayan terdekat juga menjual es krim yang sama, tetapi Nara tetap bersikeras membelinya di supermarket yang cukup jauh jaraknya.

Di perjalanan, Nara memutar-mutar globe yang berada di dashboard mobil.

"Ar, apa beda Nara sama Globe?" tanya Nara dengan tangan dan tatapan tetap fokus ke Globe.

"Hmm, kalau globe bulat, kalau kamu, perut kamu yang bulat." Arkan tertawa terbahak-bahak.

Nara langsung menatap Arkan, "Ih, Arkan apaansihh! Tau' ah, bete'!"

"Eh, enggak gitu sayang. Aku cuma bercanda," jawab Arkan cepat.

"Halah, bilang aja bener kann? Aku jelek, ya?" Nara melipat tangannya di dada.

"Kamu cantik, tapi perut–"

"Nah, tuh kan! Perut aku jelek, ya?" Nara memotong ucapan Arkan.

"Ya gak mungkin lah, kan di dalam perut kamu ada anak kita. Ya pastinya cakep dong." Arkan berusaha menenangkan.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang