Memang benar cinta tidak harus memiliki, tapi siapa yang sanggup mencintai tanpa dicintai?
🍁🍁🍁
"Ar," Ardan menarik pergelangan tangan Arkan, "mau kemana lo?"
"Cabut."
Ardan yang melihat perjuangan Arkan untuk mencari perhatian Nara lagi itu menghela nafas pelan. Setelah Nara pergi mengabaikan kehadiran Arkan, Arkan merasa kehilangan moodnya di sekolah. Itu membuat Ardan semakin merasa bersalah, karena dia juga ikut campur tangan kenapa hubungan Arkan dan Nara menjadi kandas seperti ini.
"Sorry, Ar," Ardan menatap lekat di manik mata Arkan, "gara-gara gue lo jadi kaya gini."
Arkan mengernyit, "hah?"
"Gue bakal jelasin semuanya, asalkan lo jangan cabut," ucap Ardan penuh harap.
Arkan menghela nafas sejenak, "hm," angguknya setuju.
🍁🍁🍁
Karina menghentikan sendok yang berisi nasi goreng, tepat di depan mulutnya. Dahinya berkerut melihat Nara yang baru datang sudah memasang wajah sedih dan kusut. Karina meletakkan kembali sendok itu ke dalam kotak bekalnya, lalu perhatiannya kembali terpusat ke Nara yang kini duduk di sampingnya.
"Nah kan, bohongin perasaan sendiri lebih sakit kan?" tanya Karina dengan nada seakan-akan merutuki Nara yang selalu sedih akibat keputusannya sendiri.
Nara menggigit bibir dalamnya, berusaha menahan air mata yang sudah mengelilingi permukaan bola matanya.
"Ya habis gimana, gue gak mau foto itu kesebar." Nara menopang dagunya di lipatan tangan yang ia tumpukan di atas meja.
Karina menyendok nasi gorengnya ke dalam mulut, setelah habis di mulutnya, ia kembali bersuara.
"Kalau memang keputusan lo kaya gini, seenggaknya lo putusin secara baik-baik kek," saran Karina, "atau... Lo jelasin deh kenapa sikap lo kaya gini, siapa tahu itu yang ngebuat lo kepikiran terus. Kalau di selesaiin bersama juga mungkin ada jalan lain kan?"
"Tau' dah, intinya gue kangen banget masa," jawab Nara dengan bibir yang mengerucut.
Karina terkekeh kecil, "yaudah yaudah, nih makan dulu, masih pagi gak boleh sedih-sedih."
Nara kembali menegakkan kepalanya, lalu melihat ke dalam kotak bekal Karina, "tumben bawa bekal?" tanya Nara heran.
Karina nyengir, "ya gapapa."
Mata Nara berbinar, "Ohh... Gue tauu! Lo pasti mau ngasih Dipon tapi lo nervous, makanya gajadi kan? Trus lo makan deh," tebak Nara yakin, lalu mendapatkan bantahan cepat dari Karina.
"IH APAAN SIH, ENGGAK KOK!"
"Lah, jangan ngegas juga napa," kekeh Nara dengan nada menggoda.
"Au'ah, mau gak nih?" tawar Karina dengan wajah kesal, membuat Nara terkekeh geli.
🍁🍁🍁
"KAN!" panggil Kevan begitu melihat Arkan muncul dari bingkai pintu kelas XI IPA 1 dengan tas yang disampirkan disatu bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionCover by Lalinaaa_ Awalnya mudah saja bagi Arkan dan Nara untuk tetap saling percaya dengan komitmen yang mereka genggam. Tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka memilih melepaskan?