Hari ini Arkan membawa mobil, karena tadi pagi hujan singkat mengguyur kota kelahirannya ini. Tadinya dia menyesal, karena akan terasa lebih lama di jalan. Tetapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya, Arkan berniat mengajak Nara makan sekalian jalan-jalan dalam rangka ulang tahun Nara. Arkan mengetuk pintu ruangan kepala sekolah dengan Nara di sampingnya.
"Masuk." terdengar suara wanita 40an an dari dalam.
Arkan membuka pintu, lalu masuk ke dalam ruangan ber ac itu. Mala menatap sofa di sampingnya, kemudian tersenyum ramah kepada Arkan, mengisyaratkan Arkan duduk.
Nara yang sedari tadi di samping Arkan, memilih duduk di samping Mala-mamanya.
"Jadi gini buk, Arkan mau ngajak Nara makan di luar. Pulangnya agak sorean." Arkan menjelaskan sembari menggenggam kedua tangannya sendiri.
Mala yang sedari tadi melihat Arkan, mengalihkan pandangannya ke samping, ke arah anak gadis semata wayangnya.
Nara tengah menatap Mala dengan tatapan memohon, "boleh ya, ma? Kan libur semester udah deket, ma, ujian juga udah selesai."
"Gak boleh," jawab Mala datar.
Nara mengerucutkan bibirnya, sedangkan Arkan menghela nafas pelan.
"Is, mama, kok ga-"
"Mama kan belum selesai bicara, Ra," Mala tertawa, "maksudnya, gak boleh kalau pake seragam sekolah."
Nara memutar bola matanya malas, "garing banget loh ma," ucap Nara sambil menyipitkan matanya.
Mala tertawa, kemudian menunjuk seragam sekolah yang dikenakan Arkan dan Nara, "ganti baju dulu! awas gak, saya skors!" Tegas Mala dengan galak yang dibuat-buat.
"Iya buk," jawab Arkan dengan senyum tersunggingkan.
"Iya mamaaa," Nara mengecup pipi Mala, "makasih ma, dahh, Nara pergi dulu."
"Arkan bawa Nara ya, buk," izin Arkan sambil menyalami Mala.
Mala mengangguk, "iya, hati-hati. Jangan pulang kemalaman."
"Susah ya punya pacar anak kepsek." Arkan menghela nafas lega ketika sudah keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Siapa suruh pacarin," cibir Nara
Arkan tersenyum tipis, kemudian mengacak rambut Nara, "karena sayang."
"Is, gombal." Nara menatap Arkan sinis.
"Kok tau?"
"Kan! ga beneran dong berarti."
Arkan menaikkan alisnya sebelah, "engga, gimana?"
"Yaudah, putusin," ucap Nara sambil mengerucutkan bibirnya.
"Gamau," Arkan tersenyum kecil, "nanti jomblo."
"Trus cuma karena status?"
"Engga Nara, is baperan!" Arkan membuka pintu mobilnya untuk Nara ketika mereka sudah sampai di mobil Arkan, lalu dia berjalan ke pintu pengemudi, dan masuk ke dalam mobil.
"Karena sayang lah," ucap Arkan pelan sambil menghidupkan mesin mobilnya.
Nara mengernyit, "apa Ar?" sebenarnya Nara mendengarnya. Tetapi dia ingin mendengar itu dengan jelas sekali lagi.
"Hm?"
"Is, malah nanya balik, kamu bilang apa tadi?"
"Emang Arkan bilang apa?"
"Karna...sayang." tanpa sadar Nara mengatakan apa yang didengarnya, dia menutup mulutnya cepat, merutuki kebodohannya sendiri.
"Tuh tau," kekeh Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionCover by Lalinaaa_ Awalnya mudah saja bagi Arkan dan Nara untuk tetap saling percaya dengan komitmen yang mereka genggam. Tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka memilih melepaskan?