Kamar Ali begitu rapi dan bersih. Tidak seperti kamar cowok biasanya. Di sekeliling dinding banyak terpajang foto sahabatnya termasuk dirinya ada disana. Prilly masih mengingat foto itu. Ali, Kevin, Rikky berjongkok di depan sedangkan Prilly, Mila , Gritte, dan Icha berdiri dibelakang dengan latar hutan.
Waktu itu mereka sedang liburan disana dan camping waktu mereka masih kelas 9.
"Kamu masih nyimpen foto kita Al?" Tanya Prilly yang masih melihat foto itu.
"Ya iyalah masa kau gue buang gitu, kan kalian sahabat2 gue yang paling baik"
"Oh iya ya" kemudian Prilly pergi kedinding yang banyak terpajang lukisan yang Ali lukis. Sedangkan Ali sedang dikamar mandi.
Ali sejak kecil memang pandai melukis. Ada banyak lukisan mulai dari lukisan yang dulu Ali buat waktu masih tk sampai sekarang.
Kemudian Prilly pergi kesalah satu tempat yang lantainya sengaja ditinggikan untuk menyimpan berbagai alat musik. Mulai dari gitar, piano, drum, biola, sexophone, dan harmonika yang sudah tertata rapi di tempatnya masing2.
Dan begitulah isi kamar Ali. Ali memang memiliki jiwa seni yang sangat besar yang diturunkan oleh ayahnya yang juga pemain piano.
Pada saat Prilly akan duduk dimeja belajar Ali, Prilly menemukan sebuah lukisan yaitu lukisan wajah Icha. Betapa sakitnya Prilly setelah mengetahui Ali benar2 mencintai Icha. Ternyata sampai sejauh ini Ali mencintai Icha dalam diam. Tapi mengapa Ali tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada icha? Itupun belum Prilly ketahui.
Ingin sekali rasanya Prilly menangis mengingat hal2 kedekatan Ali dan Icha. Tetapi tidak seharusnya Prilly mengharapkan sesuatu yang lebih dari Ali karena dia hanya sebatas sahabatnya saja.
"Hei Prill lo ngapain?" Tanya Ali yang ternyata udah keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian.
"Oh ng...nggak kok ini cuma lagi liat lukisan lo. Lo ternyata jago lukis juga ya Al."
"Emang dari dulu kali masa lo nggak tau"
"Eh gue baru inget sekarang"
"Ya udah yuk kita makan siang dulu, lo belum makan kan?"
" loh tapi nanti malah ngrepotin"
"Santai aja kali Prill yuk buruan mama aku udah masakin tuh dibawah"
"Hmm yaudah deh"
Mereka langsung turun kebawah tepatnya ke meja makan. Dan mereka langsung disambut oleh ibunya Ali.
"Eh Prilly kok gak ganti baju dulu"
"Aku gak bawa baju ganti tante, Ali juga ngajak nya mendadak sih"
"Hehehe soalnya tadi malam gue mau telefon lo pulsa gue abis"
"Kan bisa bbm atau line aja. "
"Kebetulan kuota gue juga abis nih aja belom beli "
"Huh dasar bokek lo"
"Ya udah sini makan dulu"
"Eh iya tante Sisi baik banget sih pake nyiapin makan kan tadi Prilly juga bisa bantu"
"Ya nggak lah masa tamu suruh bantu juga"
"Gak papa lah tante"
Mereka makan dengan senang dan diantara mereka saling memberi candaan. Dan sesekali juga tante Sisi menggoda Ali dan Prilly dan mereka hanya malu malu.
"Ya udah ya ma kita mau latihan dulu"
"Ya udah awas jangan apa apain calon mantu mama"
"IIh gak kok ma Prilly cuma sahabat aku kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berharap yang Tak Pasti
Fiksi PenggemarSejak Sd kelas tiga mereka bertiga berteman dengan baik. Namun perasaan aneh muncul pada hati mereka masing2. Inikah yang dinamakan cinta? Mengapa cinta ini serasa menyakitkan? Haruskah cinta ini aku lupakan? Betapa senangnya aku jika engkau peka sa...