Ali berjalan gontai menelusuri koridor kelas. Wajah datar, kusut, baju dikeluarkan, rambut acakan. Ia memasuki kelas dan duduk di kursinya dengan malas. Ia menekan menu WA nya. Tak ada balasan chat lagi.
Sudah semalaman Ali menanti balasan chat dari Prilly. Ali masih bisa berfikir positif. Mungkin Prilly masih kelelahan karena baru sampai di rumah barunya. Belum lagi harus merapikan rumahnya terlebih dulu. Kehadiran Mila di sampingnya pun belum ia sadari. Ali terlalu sibuk menunggu balasan dari Prilly.
"Ish. Kenapa kamu belum balas juga, sayang" Gumam Ali sambil membolak balik chatnya dengan Prilly.
"Ali... lo kenapa?" Tanya Mila dengan lembut, takut kalau nanti Ali terganggu.
"Lo udah di kasih kabar sama Prilly belum?" Ali malah balik bertanya.
"Emm, belum sih. Gue nge-chat dia juga belum di bales sampai sekarang" kata Mila sambil mengingat kejadian semalam.
"Gue juga belum di bales sama dia. Sebelumnya sih bales, tapi cuma sekali. Kira2 kenapa yah?" Tanya Ali dengan lesu.
"Gue juga gak tau juga sih" Mila sekarang mengerti. Ternyata Ali sedang memikirkan Prilly.
"Lo tenang aja, pasti Prilly bakal bales kok. Gue tahu betul sifat Prilly kaya apa. Apalagi dia tuh paling menghargai orang banget. Apalagi lo. Dia tuh sayang banget sama lo." Kata Mila mencoba menenangkan dan menyemangati Ali lagi."Iya. Gue harap juga gitu" kata Ali lesu.
"Oi, lo ini kenapa sih. Semangat dong. Gue tau Prilly pasti punya alasan kenapa dia gak bales chat kita." Kata Mila sambil menepuk nepuk bahu Ali dengan keras.
"Aduh. Lo ini!! Sakit tau. Dasar tangan kuli" Ali mengaduh kesakitan dan memaki Mila.
"Yee, lo mah. Udah gue semangati malah ngatain gue. Nyesel gue" rungut Mila dan dia berjalan ke bangku yang sekarang sebelahnya kosong karena yang menempatinya, kini telah berpisah.
☆☆☆
Suasana kantin sangat ramai. Rikky dan Kevin lagi lagi membuat lelucon yang membuat Mila dan Gritte tertawa terpingkal pingkal. Tapi, tidak dengan Ali. Seberapa lucu Rikky dan Kevin membuat lelucon, kali ini tidak bisa membuat Ali barang tersenyum sedikitpun.
Mereka yang tadi tertawa, sekarang menghentikan tawanya melihat Ali yang duduk lesu sambil menopang dagunya. Terlihat dari raut wajahnya, Ali nampak memikirkan sesuatu.
Kevin menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Ali "Oi, bro. Lo kenapa? Kusut banget tuh muka?" Tanya Kevin.
Ali yang sedari tadi memainkan ponselnya, beralih menatap Kevin "Gue gak papa. Cuma ngantuk aja kok" alibi Ali.
"Gak. Gue gak percaya. Lo pasti mikirin sesuatu. Bilang aja sama kita" tegas Rikky.
"Sssst, lo semua jangan ganggu Ali dulu. Biar nanti gue ceritain" bisik Mila ke mereka semua.
"Lo udah tau, kenapa gak bilang dari tadi Mil. Gue kan juga kepo" kata Gritte lebih tepatnya berbisik juga ke Mila.
"Udah diem aja. Kasian tuh Ali." Bisik Mila.
Ali yang tak tahan melihat semua sahabatnya sedang berbisik, akhirnya berdiri hendak memesan makanan .
"Al, lo mau kemana?" Tanya Kevin sambil menahan lengan Ali.
"Gue mau pesen bakso. Lo semua mau pesen juga nggak?" Tanya Ali. Mereka semua mengangguk.
Ali berjalan menuju stand bakso yang bertulis 'bakso mang Asep' favorit Prilly. Ali ingin memesan bakso itu karena bakso mang Asep adalah kesukaan Prilly. Jadi, Ali ingin merasakan kalau sekarang Prilly ada didekat nya memakan bakso bersama.
"Mang, bakso lima yah" kata Ali sambil mengangkat kelima jarinya.
"Oh, nak Ali. Baik, ditunggu dulu yah" kata mang Asep dan langsung berjalan ke gerobaknya.
Ali hanya berdiam memperhatikan mang Asep yang sedang menuangkan kuah ke dalam mangkuk.
"Neng Prilly nya gak keliatan nak Ali?" Tanya mang Asep sambil meneteskan cuka.
"Sekarang Prilly udah gak disini lagi mang" jawab Ali lesu.
"Loh, kenapa? Perasaan baru kemarin saya lihat neng Prilly beli bakso saya" mang Asep terlihat kaget karena kepindahan Prilly yang begitu cepat.
"Iya, waktu hari minggu kemarin berangkatnya. Orang tua Prilly dipindah tugas, Prilly juga mau ada mini konser disana. Kan sekarang Prilly udah jadi penyanyi" kata Ali menjelaskan semuanya.
"Iya yah, terus kan neng Prilly punya sepupu kembar ikut pindah juga?" Tanya mang Asep lagi.
"Sekarang mereka udah kuliah di luar negeri, mang"
"Oh, gitu. Maaf yah udah tanya tanya. Jadi nggak enak saya" kata mang Asep merasa bersalah.
"Gak papa kok mang. Mang Asep kan udah kaya sahabat buat saya juga, Prilly juga sering cerita kan sama mamang. Terus ini bakso kapan kelarnya mang?" Tanya Ali sambil memberi senyumnya.
"Eh, iya. Ini udah jadi. Apa perlu mang Asep bantu bawa?"
"Ya udah, boleh mang. Ini juga nampannya gak muat"
Ali dan mang Asep berjalan menuju tempat. Mereka tampak berbinar melihat bakso yang sudah jadi dengan kepulan asap yang beraroma sedap cocok untuk mereka yang sekarang tengah kelaparan.
"Wuih, udah dateng nih. Serbu yuk" kata Rikky langsung mengambil semangkok bakso yang ada di nampan mang Asep.
"Lo mah, urusan makan aja langsung semangat" kata Gritte sambil menoyor jidat Rikky.
Rikky mengusap usap jidatnya dengan kasar dan mengaduh kesakitan. " Eh, lo tte. Jadi cewek kasar banget sih"
"Eh, suka suka gue dong. Tangan tangan siapa?" Kata Gritte.
"Lo kenapa jadi nyolot kek gini. Udah tau lo yang salah" kata Rikky dengan wajah yang dibuat buat marah.
"Umum cup cup cup... Rikky anaknya gajah yang belalainya pesek. Itte cuma becanda kok" kata Gritte sambil mengusap punggung Rikky.
"Apa kata lo tadi. Orang gue bapaknya gajah pesek kok" ralat Rikky yang membuat semuanya tertawa termasuk Ali.
"Sama aja goblok" kata Kevin.
"Udah, ini kapan makanya kalo lo semua pada ketawa." Mila mencoba melerai keriuhan yang dibuat para sahabatnya.
Mila melihat Ali yang sekarang bisa tertawa. Mila bersyukur sekarang Ali sudah tidak terlalu memikirkan Prilly lagi.
Andai lo bisa liat betapa khawatir nya Ali sama lo Prilly. Lo kenapa sih sebenarnya. Batin Mila.
~~~~~
Maaf kalau part ini pendek plus gaje. Entah ini otak gak ada inspirasi buat ngarang cerita. Maklumin aja yah.
Tinggalkan jejak nya...
@RetnoWinarsih64
KAMU SEDANG MEMBACA
Berharap yang Tak Pasti
Fiksi PenggemarSejak Sd kelas tiga mereka bertiga berteman dengan baik. Namun perasaan aneh muncul pada hati mereka masing2. Inikah yang dinamakan cinta? Mengapa cinta ini serasa menyakitkan? Haruskah cinta ini aku lupakan? Betapa senangnya aku jika engkau peka sa...