Chapter 15

10.5K 940 34
                                    

Astaroth duduk di singgasananya, dia tampak malas, tak bersemangat. Belasan iblis tingkat tinggi bawahannya tampak duduk kebingungan memandangi tingkah laku aneh Ratu mereka.

Seorang iblis berkulit merah bertanduk api memberanikan diri bertanya, "Yang Mulia, ada apa gerangan Anda tampak tidak bersemangat hari ini?"

Astaroth melirik malas, bibirnya membentuk kerucut. "Aku hanya merasa bosan."

"Begitu, maaf atas kelancangan hamba," kata Iblis itu membungkuk rendah.

Astaroth melambaikan tangannya.

"Tidak apa, apa pasukanmu siapa menghadapi mata badai yang sebentar lagi tiba?"

"Lima ribu legiun pimpinan hamba, siap menghadapi apa saja yang datang Paduka Ratu!"

"Jawaban yang template, kalau kusebut namanya saja mungkin legiunmu tak ubahnya debu kotor yang menempel di kerah bajunya"

"Apa maksud Anda? Siapa yang kami lawan? Dan, siapa mata badai ini?"

Astaroth menyesap minumannya, ia menjawab dengan nada malas, "Sang Raja Neraka sejati sebentar lagi terbebas dan 3 raja iblis akan kembali berada di bawah kakinya."

Bisik-bisik memenuhi istana Astaroth, kabar terbebasnya Raja Neraka dari batu yang membelenggu dirinya selama ribuan tahun akan membuat gejolak kekuasaan di dunia bawah kembali terjadi, dan kemungkinan besar akan mempengaruhi umat manusia.

"The Four Horsemen Apocalypse akan kembali membanjiri dunia dengan darah manusia" kata Astaroth lagi. "3 raja iblis, 7 dosa besar, para malaikat jatuh, dan mungkin kebangkitan Satan sendiri, yah kita semua mungkin akan kembali melakukan rencana menjatuhkan surga."

Pintu istana terbuka, iblis kecil pembawa pesan masuk dan bersimpuh di depan Astaroth.

"Mohon ampun Yang Mulia Ratu, kami tidak bisa menghentikan beliau untuk memasuki tempat ini akibat perbedaan kekuatan yang terlampau jauh," lapor iblis kecil itu.

"Jadi Pangeran Neraka sudah sampai di sini?" gerutu Astaroth matanya menyipit tajam.

Pembawa pesan itu belum sempat menjawab, ketika seorang pria berambut hitam panjang, mengenakan zirah besi semerah darah, kulitnya pucat dan wajahnya luar biasa tampan.

"Halo, Ratuku... Sepertinya aku tidak mendapat sopan santun di istanamu.."

Astaroth menegakan diri, matanya menyipit tajam. "Lucifer..." gerutunya, nada suaranya menandakkan ketidaksukaan mendalam.

Lucifer membungkuk menghormat, senyum licik merekah di wajahnya yang tampan. "Ya, Ratuku... Kau tetap cantik seperti biasanya," 

Sementara itu jauh di atas sana, di dunia yang indah tempat tinggal umat manusia.

Gray Aldric sedang melakukan latihan di aula tempat berlatih exorcist, Letnan Nagisa menjadi lawan beradu pedang dengannya.

Nagisa menusukkan pedangnya, namun Gray melompat ke samping menghalau serangan Letnan wanita itu.

Semakin lama berlatih, serangan demi serangan keduanya semakin terlihat cepat dan buas, seakan-akan bukan berada dalam latihan, melainkan pertarungan sebenarnya.

Nagisa melompat ke belakang, dadanya terengah naik turun, rambut hitamnya dikuncir kuda ke belakang. Matanya menatap tajam Gray.

"Apa gadis yang selalu bersamamu itu, pacarmu?" katanya tiba-tiba.

Gray mengerutkan kening mendengar lontaran pertanyaan dari bibir Nagisa.

"Apa urusanmu?" jawab Gray ketus.

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang