Chapter 33

8.7K 748 25
                                    

"Ma! Mama! Kabutnya tebal! Aku libur sekolah ya!" teriak seorang anak laki-laki kepada mamanya, pandangan matanya menyorot ke arah luar kaca jendela. Dimana pagi itu kabut lumayan tebal menyelimuti seluruh kota.

Jarak pandang hanya sejauh tiga meter, sudah terjadi beberapa kecelakaan atau kebakaran akibat munculnya kabut aneh ini. Orang-orang saling berkata kasar, beberapa berkelahi sendiri. Entah apa yang sedang terjadi sebenarnya. Kabut ini seakan menyebabkan kekacauan.

Keriuhan di atas permukaan bumi juga menjalar jauh di bawah sana. Lucifer sedang duduk menerawang. Tangannya memegang gelas anggurnya, sedikit digoyangkan-goyangkan. Lilith, istrinya, duduk manja di pangkuannya.

Raut wajah Lucifer tampak tegang, seolah dia sedang memikirkan masalah besar.

"Kau kenapa sih?" tanya Lilith, menyandarkan kepalanya di bahu suaminya, jari telunjuknya yang panjang mengelus-elus pipi Lucifer.

"Lesser of Solomon dan Grand Gremorius telah didapatkan, bodoh sekali aku mempercayakan kedua buku itu pada mereka, cih," kesal Lucifer berbicara pada dirinya sendiri.

Lilith menyentuh dagu suaminya, mendaratkan ciuman lembut pada bibir Lucifer. "Aku masih percaya pada anak itu, kau tak perlu terlalu khawatir," ujarnya.

Lucifer melirik tajam kepada istrinya. Kobaran api tercipta di matanya. Tapi alih-alih membakar istrinya dia mencium kening Lilith, menyuruh istrinya beranjak dari pahanya, lalu berdiri tegak.

"Kita pergi," katanya kepada Lilith.

Kedua pasangan itu berdiri, berjalan menuju pintu besar menuju Bumi. Begitu pula, Bael, Astaroth, tujuh dosa besar, dan ribuan iblis lain, mereka semua pergi menuju ke tempat yang sama. Seluruh neraka bergejolak di hari itu.

Di lain tempat, Gray yang masih tertidur pulas tiba-tiba dibangunkan paksa oleh seseorang yang seharusnya sudah pergi dan mustahil untuk bisa ditemui lagi.

"Saerom? Kenapa kau masih di sini?!" tanya Gray kebingungan, dia menggosok-gosok matanya dengan tangan memastikan kalau yang dilihatnya benar adanya.

"Aku tidak tahu, ketika aku sampai di sana seluruh arwah tiba-tiba berbalik kembali ke sini, karena pintu akhirat tertutup tiba-tiba," ungkap Saerom bingung.

"Pintu tertutup? Apa maksudmu?" Gray tidak mengerti. Kabut tipis bergerak menyelimuti apartemen, awalnya dia mengira ini kabut biasa, tapi instingnya berkata lain, Gray reflek mencabut pisau berburunya. "Kabut apa ini?!"

"Ah ya, aku juga melihat kabut aneh seperti ini keluar melalui celah-celah pintu akhirat, itulah yang menuntunku dan ribuan arwah kembali ke sini," jelas Saerom heran.

Gray mengerjapkan mata beberapa kali, otaknya masih belum sepenuhnya berfungsi kembali, kondisi tubuhnya pun masih terlalu lelah. Tapi, dia tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres sedang berlangsung.

Gray mencabut pisau berburunya, merapalkan mantra, dan menancapkan di atap apartemen. Gelombang kejut keluar dari gagang pedang semakin lama semakin meluas dan menciptakan selubung seperti gelembung sabun, menutupi seluruh area apartemen.

"Apa yang kau lakukan?" Saerom penasaran, matanya berbinar ingin tahu.

"Ini gelombang anti iblis, aku harus menghamparkannya ke seluruh apartemen, bisa berfungsi untuk pengaman atau penglihatan bagi manusia yang tidak memiliki kemampuan melihat kegiatan gaib," jelas Gray panjang lebar, kekuatannya masih belum pulih sepenuhnya, untuk itu dia melakukan hal ini, bukan karena tak bisa melihat, tapi untuk berjaga-jaga karena firasatnya cukup buruk. Karena untuk melihat hal gaib, orang membutuhkan energi cukup besar, sehingga tak jarang orang kelelahan ketika melakukan itu.

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang