"Oke, untuk sementara kita tinggal di pondok kayu ini, buat dua kelompok. Kelompok satu dirikan dua tenda pendukung dan susun perlengkapan, kelompok lainnya observasi dan kumpulkan data-data dari penduduk sekitar, kalian paham?!" perintah Nagisa keras.
"Yes Letnan!" teriak para exorcist itu serempak.
Nagisa masuk ke dalam pondok kayu ditemani dua exorcist senior, di dalam mereka mendiskusikan misi. Sementara itu, Gray sedang asyik tidur siang di bawah pohon besar di dekat danau tak jauh dari pohon, pedangnya dipeluk erat-erat, sementara Djin bergelung di sampingnya.
Helena dan Bu Yola pergi ke kota untuk membeli perlengkapan mandi dan lainnya, sebab mereka hanya membawa baju ganti.
Kota Garen sendiri bukanlah kota besar yang penuh hingar bingar hiburan ala kota pada umumnya, melainkan hanyalah kota kecil dipinggiran hutan, penduduknya hanya berjumlah ribuan saja, kebanyakan pensiunan pegawai atau karyawan yang ingin menghabiskan sisa hidup menikmati suasana tenang. Selain hutan yang lebat, dan sungai jernih. Terdapat juga danau luas yang sering digunakan wisatawan luar Kota Garen berwisata, namun selepas beberapa kejadian mengerikan, kota ini sepi seakan mati, setelah jam 10 malam dapat dipastikan tak ada satu pun orang yang berkeliaran di luar rumah, kecuali orang itu memiliki kepentingan yang tak dapat ditunda atau memang dia sudah gila.
Helena meletakkan semua barang belanjaan ke atas meja kasir, sementara Bu Yola mengambil kartu pembayaran di dalam dompet dan menyerahkannya ke kasir.
"Oh ya Pak, apa ada kejadian aneh lagi akhir-akhir ini di Kota Garen?"
Bapak Tua penjaga toko mengerutkan kening, matanya menatap menyelidik, menaruh rasa curiga.
"Apa aku perlu menaklukan dia?" desis Bu Yola di dekat telinga Helena.
"Jangan... Biar aku saja," balas Helena nyaris berbisik.
Bu Yola hanya mengangkat bahu.
"Saya bertanya seperti ini, sebab ada desas-desus yang mengatakan kalau kota ini terdapat isu yang mengerikan, semacam orang meninggal pada hari tertentu, dan kesurupan massal," ujar Helena balik memandang lekat-lekat ke arah Pak Tua penjaga toko. "Apakah itu benar?"
"Siapa kalian?" tanya Pak Tua melirik curiga, suaranya terdengar serak dan berat.
"Kami berdua menemani teman kami seorang exorcist, dia bersama rekan-rekannya akan..."
"Kalian exorcist?!" potong Pak Tua itu terkejut.
Helena menggelengkan kepalanya. "Bukan, tapi teman kami dia sedang tidur di dekat danau..."
"Sebaiknya kalian pergi dari sini!" perintah Pak Tua itu, nadanya terdengar takut, matanya pun sibuk melirik ke kanan dan kiri seakan ada yang sedang mengawasi dirinya sekarang.
"Kenapa? Kami ingin membantu kalian, lagipula sepertinya ini permintaan langsung dari Walikota," sergah Helena penasaran.
"Walikota Theo? Apa kalian tidak mendengar atau mendapat laporan tentang dirinya semalam?"
Helena kembali menggelengkan kepalanya. Bu Yola sedikit curiga, dia merasa ada yang tidak beres.
"Ada apa, katakan Pak Tua?!" desak Bu Yola tak sabar.
"Semalam dia dibunuh oleh anaknya yang masih berusia 5 tahun, istrinya gantung diri setelah melihat kejadian ini, dan anak kecil itu menghilang nyaris tanpa jejak," ujar Pak Tua itu, tangannya gemetaran. "Polisi memutuskan angkat tangan akan kasus ini, mereka hanya menulis laporan kalau walikota dan istrinya dibunuh, dan si anak diculik oleh pembunuhnya."
Helena terkejut bukan main, dia mendekap mulutnya, tak bisa berkata-kata lagi.
"Oke ini benar-benar buruk, kita harus memberitahu semuanya dan pergi dari sini," Bu Yola menarik pergi dan melupakan sepenuhnya belanja mereka, kartu kredit yang dibawa oleh Pak Tua lenyap kembali masuk ke dalam dompet Bu Yola secara gaib.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist ✔️
FantasíaApa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Rumania? Mungkin, legenda Wendigo yang tersohor Suku Indian? Ya, jika kalian tak pernah mendengarnya, di sini kalian bisa membaca mengenai cerit...