Chapter 12

9.8K 1K 31
                                    

"Apa tidak apa-apa meninggalkan mereka berdua begitu saja?" tanya Robert khawatir, ketika dia dan Gray berada di dalam taksi.

"Tak masalah, lagipula aku meninggalkan pedangku di sana, rumah itu sudah aku proteksi dengan pertahanan iblis tingkat tinggi. Nyonya Gebi dan Helena pasti baik-baik saja, percaya padaku," ujar Gray santai, wajahnya ditutupi dengan topi, dia masih jetlag setelah penerbangan kemarin.

"Lalu, bagaimana kalau kita yang diserang?!" tanya Robert lagi.

Gray menyingkirkan topinya, memelototi Robert. "Kau ini bukan manusia, dan aku exorcist setara Master. Kita berdua adalah lelaki, paham?" balasnya tak sabar.

Robert mengangguk mengerti, walau dia merasa was-was.

Taksi yang mereka tumpangi menelusuri pinggiran Kota Exriver yang penuh dengan hutan hujan tropis dan ladang gambut, rumah di sini tidak terlampau padat, dan udaranya masih segar dibanding kota asal mereka berdua.

"Sayang sekali, daerah seindah ini rusak oleh kerakusan umat manusia, pinggiran hutan yang masih hijau tapi tengah hutan dihancurkan dengan dalih meningkatkan ekonomi warga," gerutu Gray, kesal.

"Apa ini yang menyebabkan setan-setan itu menganggu manusia?" Robert bertanya penasaran.

"Bisa jadi, daerah kekuasaan mereka direbut paksa oleh manusia, aku pikir wajar jika mereka mulai menyerang manusia, yah balas membalas ini takkan selesai sampai salah satu dari keduanya mengakui kesalahan, walau di sini pihak dari manusia lah yang bersalah," tukas Gray panjang lebar.

"Kau berbicara seperti itu seakan kau bukan dari umat manusia saja," gelak Robert lantas tertawa.

Gray hanya bisa nyengir, dan terdiam.

"Jadi kalian ini pengusir setan?" tanya Sopir Taksi tiba-tiba, matanya melirik ke belakang melalui spion tengah.

"Ya," jawab Gray pendek.

"Begitu, pasti kalian ada hubungannya dengan keberadaan Kuyang maupun Banaspati yang meresahkan warga kota akhir-akhir ini," kata Pak Sopir itu lagi.

"Tentu, ada apa, Pak?" kali ini Robert yang menjawab dan bertanya balik.

"Ah enggak, cuma sebaiknya kalian berhati-hati, apalagi Kuyang itu sebenarnya manusia biasa yang menganut ilmu hitam, bisa jadi orang-orang di sekitar kalian itu adalah Kuyang yang kalian cari," kata Pak Sopir itu mengakhiri pembicaraan karena taksi mereka sudah sampai tujuan di depan gang kecil di pinggiran kota.

"Terima kasih," kata Robert membayar uang jasa pada taksi itu.

Kedua sahabat itu lantas menyusuri gang kecil itu, dan masuk ke area rumah sederhana yang seluruhnya terbuat dari kayu.

"Permisi!" kata Gray setengah berteriak sambil mengetuk-ketuk pintu rumah.

Setelah mengulang-ulang mengetuk pintu, akhirnya pintu dibuka oleh seorang pria tua botak berperut tambun, usianya sekitar akhir 60-an tahun. Awalnya raut wajah pria ini tampak ingin marah, namun melihat siapa yang datang ke rumahnya, dia pun berseru kegirangan.

"Gray! Sudah lama sekali kita tak berjumpa, masuk-masuk!" seru pria itu bersemangat

Kedua sahabat itu pun masuk dan duduk di kursi kayu ruang tamu.

"Apa kabar?" tanya Pria Tua itu.

"Cukup baik untuk menengokmu lagi, Pak Tua" jawab Gray setengah bercanda. "Kau semakin tau rupanya sejak terakhir kita bertemu dulu, apa kau masih membuka praktek pengobatan?"

"Tentu, mengobati orang lain, membantu mengembalikan senyum mereka membuatku bersemangat menjalani hidup ini" ujar Pak Tua itu cerah. "Apa kau hanya menengokku, atau kau sedang sakit?"

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang