Chapter 39

7.9K 708 17
                                    

Helena dan Nagisa terus berlari sejauh mungkin dari pertarungan Malaikat Gabriel dan Astaroth. Kedua mahkluk dengan kekuatan tinggi itu bertarung hingga memporak-porandakan area sekitar, layaknya bencana angin ribut. Sesekali muncul getaran hebat menyerupai gempa bumi, kilatan petir menyambar ketika kedua senjata mereka saling beradu.

"Helena! Kita harus kesana!" teriak Nagisa mengatasi bunyi berisik akibat pertarungan malaikat dan iblis itu.

Helena melihat arah yang ditunjuk oleh Nagisa. Sebuah taman di pusat kota. Anehnya, taman itu tampak baik-baik saja dibandingkan tempat-tempat lain di kota. Seolah ada dinding tak kasatmata yang melindungi tempat tersebut.

Kedua gadis itu lantas berlari ke sana, tanpa berpikir macam-macam, sebab di pikiran mereka hanya ingin menyelamatkan diri.

Gabriel dan Astaroth masih saling bentrok, pertarungan mereka mungkin menjadi bentrokan terdahsyat dalam sejarah kehidupan umat manusia modern. Jika empat malaikat lain tidak mengelilingi dengan kubah energi, pertarungan dua makhluk tingkat tinggi yang berbeda status ini, mungkin seluruh kota akan hancur berantakan, tak tersisa.

Gabriel melepaskan ribuan anak panah cahaya dari dimensi lain. Anak panah ini melesat secepat kilat menerjang Astaroth.

Tetapi, Astaroth tidak bisa dianggap remeh, gelar Raja Neraka bukanlah isapan jempol belaka. Dia mampu menangkis setiap anak panah yang menuju dirinya dengan mudah, seperti menepuk nyampuk.

"Hanya segini kekuatan malaikat agung yang menjaga surgaNya?" kekeh Astaroth. "Mungkin Michael dan Rafael akan menangis jika tahu malaikat seperti apa dirimu ini,"

"Tutup mulutmu, aku tak ingin mendengar omong kosong dari mulutmu yang busuk," kata Gabriel tenang. Sejurus kemudian, anak panah raksasa seukuran gedung jatuh dari langit. Astaroth terlambat menyadari. Gelombang kekuatannya laksana ribuan petir yang dijadikan satu menghantam tubuh iblis wanita itu. Kubah energi hampir tidak kuat menahan serangan Gabriel.

Kawah muncul dari bekas serangan Gabriel, debu tebal menutupi seolah baru saja terjadi letusan gunung berapi. 

"BEDEBAH KAU MALAIKAT BUSUK!" jeritan penuh kemarahan bersumber dari dalam debu yang tebal. Rupanya Astaroth selamat, dia berdiri terhuyung-huyung, namun tubuhnya penuh luka dan tercabik-cabik. Darah hitam menyelimuti sekujur tubuhnya. 

Kecantikan Astaroth menguap begitu saja, kini dia tak ubahnya menyerupai gembel jalanan.

Astaroth meraung keras, dia begitu kesal.

"Akan kupastikan kau menyesal atas perbuatanmu kepadaku," kutuk Astaroth. Dia menggeram, kerikil kecil melayang di sekitarnya. Perlahan tubuhnya mulai berubah.

Rambut panjang lurusnya menyusut menjadi berantakan, mukanya menjadi tegas. Tubuhnya bertambah tinggi beberapa senti, dan kekar. Kulitnya memerah gelap, tanduk mirip unicorn muncul di tengah dahinya. Setelah ratusan tahun, Astaroth kembali mengambil wujud sejati. Tak lupa semua giginya berubah setajam pisau.

Tak ada lagi kecantikan, tak ada lagi Astaroth yang memesona. Kini hanya ada iblis wanita haus darah.

Astaroth menatap tajam ke atas, tepat ke arah Gabriel yang terbang puluhan meter di atasnya.

Tanpa aba-aba, iblis itu merentangkan sayap hitamnya, melesat ke atas menerjang Gabriel. Meninggalkan debu yang berputar di atas tanah.

"TRAAAANGG!"

Busur Gabriel dan tombak Astaroth beradu di angkasa. Keduanya berputar menjauh, dan kembali saling menabrakan diri.

Benturan demi benturan mereka hasilkan, suara dentuman mirip bom tercipta ketika mereka saling hantam.

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang