Extra Chapter

10.2K 530 28
                                    

Nb: Hanya cerita tambahan, enggak nyambung dengan cerita utama. Bacaan selingan saja.

Misi kali ini datang dari pengurus salah satu kampus ternama di negeri ini. Konon banyak sekali keanehan di kampus ini, aura pekat nan jahat menyelubungi area kampus setiap malam. Puncaknya, dua orang mahasiswa dan mahasiswi ditemukan tewas di atas atap gedung salah satu fakultas dalam kondisi mengenaskan.

Ordo memberikan misi ini kepada Gray, sebab semua Master dan Kapten tidak ada di tempat. Hanya saja, ia harus bekerjasama dengan satu exorcist yang tidak disukainya yang berasal dari Negara Joseon.

Tengah siang hari salah satu kampus negeri di salah satu kota besar di provinsi timur.

Gray duduk santai di taman depan gedung fakultas lantai delapan. Kepalanya mendongak, memperhatikan gedung.

"Auranya begitu berat, terlalu banyak amarah, dendam, benci, dan rasa putus asa. Aku rasa ini penyebab setan berkembang biak" gumamnya. Ia mengernyit risih, sebab beberapa mahasiswi yang lewat seringkali mencuri pandang padanya, lainnya terkikik berbisik dengan teman-temannya, adapula yang terang-terangan mencuri foto.

Gray melihat ke tempat lain, tempat dimana pria paruh baya mengenakkan setelan resmi mengantarkan seorang pria berpakaian hitam-hitam, ditemani dua orang satpam. "Dia sudah datang, ya" dia bangkit berdiri menghampiri pria muda tersebut.

Mahasiswi-mahasiswi kampus, terutama di fakultas hukum berlarian mendekat, beberapa di antaranya bahkan menjerit histeris melihat kedatangan pria berpakaian hitam-hitam itu. Namun, pria itu mengacuhkan mereka semua, ia berdiri bergeming. Matanya fokus memandang ke depan.

"Gray Aldric" gumamnya.

Gray menyeringai menyebalkan. Kedatangannya pun semakin menimbulkan kegaduhan di kalangan mahasiswi.

"Lee, lama tak jumpa" sapa Gray riang.

Keduanya berdiri berhadapan, hanya berjarak satu meter saja. Mata mereka saling bertukar intens.

"Ada baiknya kau menambahkan kata-kata lebih sopan jika menyapa orang yang jauh lebih tua darimu" gerutu Lee menyipitkan mata.

"Ahh.. Apa aku harus memanggilmu Hyung? Sunbaenim? Atau, Lee-Oppa?" Gray bertanya memasang tampang bodoh.

Lee tak susah payah menjawab, kedut di pelipisnya semakin menandakkan ketidaksukaan mendalam. Gray nyengir tak berdosa.

Keduanya memang laki-laki yang tampan, wajar saja jika mahasiswi kampus itu seolah melihat kedatangan bintang kesayangannya.

Jika Gray memiliki wajah tampan, terkesan bandel, liar, dan susah diatur, atau bisa dikatakan dia adalah Bad Boy. Maka, Lee bisa dikatakan sebaliknya, sosok pria muda yang gentle, keren, dan modis, memiliki tampang artis Joseon pada umumnya.

"Apa Anda berdua sudah selesai?" tanya pria berpakaian formal.

"Ya" jawab Gray dan Lee serempak.

"Baiklah, mari kita ke kantor saya, di sini terlalu ribut" ajak pria itu agak malu. Mereka segera beranjak pergi meninggalkan kerumunan mahasiswa dan mahasiswi.

Dalam perjalanan menuju kantor, beberapa kali Gray mengerling Lee. Awalnya ia tak peduli lama-lama hal itu membuatnya penasaran. "Aku melihat dari tadi kau seperti orang kegerahan"

"Tak usah kau pikirkan orang lain, diam saja" gerutu Lee dari sudut bibirnya, mengusap peluh yang menetes di pelipisnya.

Gray mengangkat bahu sebagai jawaban.

Ternyata pria itu adalah Dekan Fakultas Hukum, Prof. Dr. Dewananta, MH. Dia menanggalkan jas hitamnya, melonggarkan dasi di lehernya. Memersilakan Gray dan Lee duduk di sofa.

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang