Chapter 10

11.2K 1K 41
                                    

Suatu ketika, Satan Sang Maharaja Neraka meninggalkan singgasananya dan menghilang entah kemana. Empat iblis yang disebut 4 raja neraka paling berkuasa setelah Satan pun dengan cepat memperebutkan kekosongan kekuasaan di tertinggi Neraka.

Mereka adalah Lucifer dosa kebanggaan, Astaroth dosa kemalasan, Bael sang dosa kerakusan, dan Azazel sang fallen angel. Keempatnya sibuk mengklaim diri sebagai penerus Satan, walau memang bisa dikatakan Lucifer memiliki tingkatan lebih tinggi di antara mereka berempat.

Kini salah satu dari empat raja itu naik ke dunia tempat tinggal manusia, dipanggil melalui ritual khusus, iblis itu adalah Astaroth dosa kemalasan yang "berjasa" dalam menurunkan ilmu sihir kepada manusia-manusia tersesat.

"Bloody Marry, buatlah pertunjukkan menarik untukku," perintah Astaroth duduk anggun di atas kursi yang terbuat dari tulang belulang manusia sambil meminum cairan hitam dari cangkir berbentuk tengkorak.

Bloody Marry sedikit membungkuk kepada iblis itu dan bersiap menghadapi Gray.

"Aku duluan," gumam Gray secepat kilat menghujamkan pedangnya ke arah Blood Marry. Namun, ia hanya berhasil merobek baju milik lawannya.

Hantu itu melayang ke atas, memelototi Gray tak percaya akan apa yang barusan dilakukan pemuda itu.

"Apa kau gila? Kau mau membunuh gadis ini?" tanya Blood Marry parau.

"Tentu saja, sebentar lagi pun kau akan menyatu dengannya, jika tidak lekas aku selesaikan hanya akan menambah korban di kemudian hari. Lebih baik satu orang dikorbankan demi orang banyak" ujar Gray berdiri menantang.

Langit mulai gelap, kabut pun menebal dengan cepat. Gray melirik Master Juan yang sedikit lagi berhasil membawa keluar Letnan Nagisa dari halaman rumah.

"Ayo cepatlah orang tua" batin Gray cemas.

Kali ini giliran Bloody Marry menyerang, ia mendadak lenyap di udara dan muncul kembali di belakang Gray.

Pemuda itu susah payah menahan serangan hantu wanita itu, dia mengernyit sakit ketika punggungnya berhasil terkena goresan kuku tajam Bloody Marry.

"Cih, merepotkan saja, seandainya dia tidak merasuki tubuh orang sudah kulenyapkan sejak tadi" Gray berguling ke samping dan maju cepat.

Keduanya bertarung saling balas serangan. Beberapa kali Bloody Marry berhasil menggoreskan luka di kulit Gray, tetapi sebaliknya Gray hanya mampu menangkis dan sesekali merobek baju Bloody Marry.

Astaroth menyunggingkan senyum tipis, rupanya dia berhasil membaca pikiran Gray.

"Jadi begitu, dia hanya mengulur waktu saja dan tidak ada keinginan membunuh Bloody Marry karena dia menguasai tubuh gadis itu, perasaannya memang murni tidak tercampur oleh ayahnya, dia lebih mirip ibunya" gumam Astaroth menyandarkan kepalanya pada tangannya.

"Staminaku semakin terkuras," kata Gray membatin, dia semakin letih karena pertarungan cepat ini sudah terlalu lama. "Ayolah bertahan sedikit lagi, sampai aku berhasil menggambarnya" batinnya kesal.

Gray melompat mundur, ketika cakar tajam Bloody Marry menusuk ke tempat di mana beberapa detik sebelumnya jantungnya berada.

"Menyerahlah, kau hanya mengulur-ulur waktu kematian saja" kata Blood Marry parau, lalu dia menunjuk ke arah kanannya tanpa menoleh. "Lihat ke sana, Grimm Reaper sudah bersiap membawa arwahmu"

Gray melirik ke arah yang ditunjuk Bloody Marry, ia melihat sosok berjubah membawa sabit besar dan buku hitam di sisi lain sedang berdiri memperhatikan.

"Coba saja cabut nyawaku, akan kuusir pulang ke akhirat seperti dulu lagi" balas Gray mendengus meremehkan.

"Kau mengigau rupanya anak muda" timpal Bloody Marry, Gray berjengit ketika mendengar ia dipanggil anak muda oleh Blood Marry, ketika dia merasuki tubuh Christi yang usia mereka tak terpaut jauh. "Mana ada manusia yang bisa mengalahkan Grimm Reaper, mengalahkanku saja kau kesulitan apalagi malaikat maut, bodoh sekali kau ini"

The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang