Gray melihat lampu menyala di penginapan, dia melangkah mengendap-endap, mengintip ke dalam melalui jendela, beberapa orang tampak berkumpul di dalam penginapan Helmut.
"Kupikir semuanya pergi ke tempat upacara dilaksanakan," pikir Gray. Dia memperhatikan kalau orang-orang ini tidak bersenjata, dan hanya sekadar minum-minum saja. "Sialan..."
Gray menegakan diri, berpura-pura berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa, walau penampilanya yang kotor dan lusuh bakal mengundang kecurigaan, tapi dia tidak peduli
Gray masuk begitu saja ke dalam penginapan, awalnya orang-orang cuek saja. Tapi, ketika kaki Gray menginjak anak tangga paling bawah, mereka sadar kalau orang yang baru saja masuk bukanlah penduduk desa.
"Siapa kau?" tanya pria brewok berbadan kerempeng.
Gray berdiri mematung, dia menunduk, ekspresi wajahnya tertutup bayangan hitam.
"Hei bocah, kalau ditanya dijawab!" bentak pria lain tidak sabar.
Gray membalikkan wajahnya, menyunggingkan senyum bersahabat. "Biarkan aku pergi dan kalian bisa melanjutkan minum-minum, sebab perasaanku benar-benar tidak enak malam ini,"
"Lancang! Kau minta dihajar rupanya!" bentak pria brewok emosi menggebrak meja, hingga beberapa makanan tumpah ke lantai.
"Tunggu, sepertinya aku mengenal dia..."
"Siapa?" pria brewok memperhatikan keadaan Gray yang terlihat lusuh di bawah siraman cahaya lampu penginapan. Matanya membelalak terkejut, mengenali kalau Gray adalah tahanan di bawah lumbung. "Bagaimana kau bisa lolos?"
"Merepotkan saja," gerutu Gray, berbalik mendekati tiga orang itu.
"Kau harus kukembalikan ke dalam selmu lagi!" seru pria brewok meraih baju Gray.
Gray mengernyit tak suka, dia mecengkeram erat pergelangan tangan pria brewok itu, memutarnya hingga terdengar bunyi "krak" keras.
Ekspresi kesakitan tergambar jelas di pria brewok itu, dia menjerit kesakitan sampai bersimpuh di hadapan pemuda tersebut. Tendangan keras pun dilepaskan Gray ke perut pria itu hingga jatuh pingsan.
Gray mundur selangkah, ketika teman pria brewok lainnya melepaskan tinju ke arah wajahnya. Dia membalas tinjuan itu dengan tendang keras di perut dan tinjuan samping di wajah hingga kepala pria itu membentur sisi meja, pingsan.
Melihat dua temannya jatuh tak berdaya, pria ketiga lari keluar penginapan. Berteriak meminta tolong.
Gray tak membuang waktu, dia bergegas ke lantai dua, mengambil pedang miliknya, sama seperti dugaannya tak ada yang berani menyentuhnya.
Mendadak dia terhuyung-huyung seolah dunia berputar di matanya, tangannya meraih pinggiran meja sebelum terjatuh ke lantai. Kepalanya pusing, napasnya berat, digelengkan kepalanya kuat-kuat bermaksud mengusir sakit di kepalanya. Lalu, dia sadar kalau seharian ini, kerongkongannya belum teraliri oleh air, dan perutnya belum terisi oleh makanan.
"Aku benar-benar lupa kalau belum makan," geramnya lemah.
Gray melangkah turun ke bawah, berhati-hati sembari berpegangan meraba-raba dinding, melewati orang-orang yang tadi masih belum tersadar, dia mengambil beberapa potong roti dan segelas air.
"Uhuk uhuk!" Gray memukul-mukul dadanya, karena tersedak roti yang dia makan tergesa-gesa. "Rasanya seperti terlahir kembali..."
Sejenak dia ingin bersantai tapi pikirannya tertuju pada keselamatan Chloe, tanpa membuang waktu lagi, Gray keluar penginapan, tetapi gerakannya terhenti tiba-tiba, tatkala dia melihat sekelompok orang berbaris rapi menghunus pedang, seolah memang menunggu dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist ✔️
FantasiApa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Rumania? Mungkin, legenda Wendigo yang tersohor Suku Indian? Ya, jika kalian tak pernah mendengarnya, di sini kalian bisa membaca mengenai cerit...