Beberapa hari sebelum kebangkitan Satan, di ruang keluarga kediaman Master Arthur.
Nagisa sedang duduk bersila di depan perapian yang menyala, dia membersihkan pedang miliknya. Di belakangnya, Chloe tertidur melingkar di atas sofa empuk memeluk boneka beruang kesayangannya. Wajahnya terlihat damai.
Master Arthur mendekat dari dapur, membawakan dua cangkir coklat panas. Diletakannya di atas meja bundar.
"Kau belum tidur?" tanya Master Arthur merebahkan diri di sofa, dia meletakan kaki Chloe di pangkuannya. "Minumlah dulu, agar tubuhmu tetap hangat di udara sedingin ini,"
"Kau bisa lihat sendiri kan, Ayah?" Nagisa sedikit sewot. "Tapi terima kasih atas coklat hangatnya."
Master Arthur memandang sayang ke arah putri pertamanya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Gray?"
Telinga Nagisa mendadak terasa panas. Dia memandang cemberut ke ayahnya. "Kau mengejek atau benar-benar ingin tahu?"
"Dua-duanya, mungkin," kata Master Arthur setengah bercanda, tersenyum cerah.
"Sungguh tidak lucu, Ayah!" gerutu Nagisa sebal.
"Kau mirip ibumu, lekas naik darah, tapi juga kadang bikin kesal orang-orang," ujar Master Arthur lantas tertawa. "Adikmu lebih sabar, mungkin dia lebih mirip dengannya... Ah maksudku denganku, tentu saja."
"Aku menyukai Gray, jika kau benar-benar ingin tahum" gumam Nagisa, ekspresinya tertutup bayangan gelap, tapi wajahnya mungkin memerah untuk saat ini.
Master Arthur tersenyum simpul. "Begitu, kau harus memperjuangkan cintamu, kau harus membuang egomu yang tinggi itu, tapi jangan pernah berubah Nagisa," terangnya.
"Aku takkan pernah berubah sampai kapan pun. Lagipula kenapa kau bertanya seperti ini?" tanya Nagisa, dia merasa ada yang aneh dengan ayahnya itu.
"Apa aku tak boleh mengetahui hubungan putriku dengan orang lain?" Master Arthur balik bertanya.
"Terserah, aku tak berhak melarangmu," tukas Nagisa pendek.
"Lalu, bagaimana dengan gadis yang selalu menempel dengan Gray? Apa dia juga mencintainya sama seperti dirimu?"
"Helena? Ya, kupikir juga begitu, tapi kami bersaing dengan sehat, tentu saja karena dia juga sahabatku," kata Nagisa riang, walau dalam hatinya yang tergelap dia merasa risih mengenai konsep saingan untuk mendapat cinta yang sama dengan sahabatmu.
Master Arthur tertawa sembari mengacak-acak rambut anak gadisnya itu.
"Ihhh..." Nagisa menepis tangan ayahnya. lalu dia menunduk, dan berbicara agak pelan. "Ayah,"
"Ya, Nagisa?"
"Apa kau tahu kalau ibu telah meninggal."
Master Arthur terdiam sesaat mendengar pertanyaan dari putrinya. Api di dalam perapian berkorbar cemerlang, nyalanya menari-nari menghangatkan, bayangan api terpantul di mata Master Arthur.
"Aku tahu," ucap Master Arthur lirih.
Nagisa berbalik, menatap dalam wajah ayahnya. "Kenapa kau hanya diam dan tidak memberitahuku?"
"Sebab, ibumu sudah lama mati ketika melahirkan Chloe," ungkap Master Arthur.
Mata Nagisa pelotot tertegun, dia hanya tahu kalau kedua orang tuanya bercerai dan dia harus tinggal bersama ayahnya, sedangkan Chloe tinggal bersama ibunya.
"Lalu, siapa wanita yang selama ini tinggal bersama Chloe, Ayah?!" Nagisa masih tak percaya telah mendengar fakta mencengangkan dari ayahnya.
Master Arthur mengembuskan napas panjang, sejenak dia memejamkan mata, mencoba menjernihkan pikirannya. "Nagisa, kupikir inilah saatnya kau harus mengetahui rahasia yang aku pendam selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist ✔️
FantasyApa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Rumania? Mungkin, legenda Wendigo yang tersohor Suku Indian? Ya, jika kalian tak pernah mendengarnya, di sini kalian bisa membaca mengenai cerit...