Duapuluhdua : Clara? Gue butuh elo

3.3K 169 0
                                    

Clara menggigit kuku ibu jarinya dengan pikiran kemana-mana, Clara bingung sama nilai ulangan nya ini yang sudah di laksanakan seminggu dan penasaran tentang Brian yang memiliki banyak rahasia.

Selesai UKK pasti sekolah akan memberikan Free class pada muridnya. Kelas 12 sih setengah nya ada yang sekolah ada yang masih liburan. Tapi pihak sekolah tidak keberatan.

"Ra, kantin yuk?" Ajak Naya yang tiba-tiba nongol di sampingnya. Omong-omong tentang hubungan Naya dan Atha sudah membaik dan itu cuma salah paham.

"Yaudah ayo. Muka lo kaya kucing kelaparan dan gue gak tega." Ucap Clara lalu beranjak dari duduknya dan berjalan mendahului Naya.

"CLARA IH!"

×××

3 hari setelah kejadian Naya di bully habis-habisan Olivia...

Clara mengetuk-ketukan sepatunya ke lantai koridoor yang sudah sepi 15 menit yang lalu. Sambil memegang sebuah ponsel yang tidak ada notifikasi apapun.

"Kelamaan ya Ra?"

Ucapan seseorang itu membuat Clara menoleh dan mendapati Atha yang sedang menggaruk tengkuknya.

Clara tahu bahwa Atha canggung dekat dengannya. Dekat dengan Cewek culun tapi perlu kalian tau Atha pernah menjadi bagian masa lalu nya. Kamvret maksudnya pernah ada hubungannya lah. Ngawur.

"Lo mau ngomong apa? Nanya keadaan Reza?"

Ucapan itu membuat Clara teringat pada Reza. Sesosok lelaki yang selalu menemaninya setiap saat tapi menjelang perpisahan Reza mengecewakannya karena Reza akan melanjutkan SMA ke amerika bersama pamannya.

"Gak usah bahas Reza." Ucap Clara datar lalu menatap lurus kedepan. Atha langsung saja duduk di samping Clara dengan airmuka biasa saja.

"Tapi kemaren pas gue liburan ke Amerika gue ketemu sama Reza. Dia nanyain lu. Kenapa gue gak ajak lu ke Amerika. Padahal gue cuma mau ngunjungi Oma gue."

Ucapan Atha Clara simak baik-baik walau airmukanya ia terlihat tidak perduli, "Dia nanya kalo lo udah punya pacar belum." Tambahnya.

Jantung Clara berdegup dengan kencang, apa tidak salah Reza akan mengatakan kata-kata itu?

"Gue gak jawab enggak aja. Walau setahu gue lo lagi deket sama Brian."

Clara memutar bola matanya malas, "Gue ajak lo kesini cuma mau nyelesain masalah lo sama Naya. Bukan ummm Reza." Ucap Clara.

Degupan jantungnya kembali normal, "Jadi apa bener lo bilang kaya gini ke Olivia?" Tanya Clara sambil menunjuk layar ponselnya pada Atha.

Atha langsung melotot, "Ini apa-apaan? Gue aja gak pernah nge-chat dia sekalipun. Apalagi ngebalesnya gue males banget sumpah deh!"

"Lo tau? Naya sakit hati cuma gara-gara ini. Sekarang lo ngaku ini apaan?" Ucap Clara sedikit menyentak.

"Sumpah Ra, gue gak kaya gitu. Mungkin ada yang ngaku-ngaku jadi gue terus gitulah. Atau si Olivia sendiri yang bikin akun fake itu. Nih lu cek aja semua kontak gue. Gue gak nyimpen kontak dia beneran deh! Dia nge-add aja gue block lagi!"

Atha mengoceh panjang lebar hingga melupakan bahwa ponselnya bergetar, langsung saja Atha mengangkat deringan ke 3.

"Hallo?"

"Atha, jemput gue di bandara. Jangan pake lama ntar gue kepanasan jadi item."

Lalu sambungan pun terputus. Clara dan Atha menatap satu sama lain lalu beralih pada ponsel Atha.

"Re--Reza?"

Atha langsung mengecek riwayat panggilannya dan disana tertera jelas bahwa Reza tadi meneleponnya.

"Gue pergi. Oke gue percaya sama lo. Jangan sakitin Naya lagi. Gue titip ini sama lo."

Atha mengangguk cepat, setelah itu Clara pergi dari hadapan Atha dengan hati dan pikiran yang berkecamuk.

×××

Clara pulang lebih awal, karena bagi dirinya tidak ada yang lebih menyenangkan selain makan, minum, denger musik, liat cogan main basket. Membosankan.

Walau di rumah lebih membosankan tapi lebih baik Clara tidur dan bermimpi indah. Melupakan semua pikirannya.

Clara membuka ponselnya lalu membuka aplikasi Line nya itu dan meng-scrool layar beranda nya.

Disana ada pembaruan yang baru saja 4 detik yang lalu. Yaitu foto Naya yang sedang bersama Atha dengan memakai sticker snapchat ada telinga anjingnya. Ngawur maksudnya sticker anjing.

Ia jadi ingat saat Atha memanggil nya di Mall yang saat itu Atha sedang bersama Reza. Walau sudah lama tapi ia yakin Reza akan kembali lagi minggu depan karena minggu depan adalah hari libur yang berarti jika murid masuk lagi mereka akan berpindah kelas dan naik kelas. Kalo naik kelas itu juga.

"Reza. Gue juga kangen lo." Lalu semuanya gelap. Clara tidur dengan pikiran mengarah pada Reza.

×××

Malam ini Clara sedang duduk di ruang keluarga dengan televisi yang menyala menayangkan sebuah drama tentang cinta. Walau nggak seseru drama thailand tapi berhasil membuat Clara baper.

Hujan di luar sangat deras dan menimbulkan suara gemericik air hujan yang turun mengenai atapnya dan tanah maupun yang lainnya. Yuki sedang duduk di sofa panjang sambil tiduran dan di hadapannya ada laptop.

Suara ketukan di pintu membuat Clara dan Yuki saling menoleh pada pintu dan saling menatap.

"Siapa yang malem-malem kesini?" Tanya Clara pada Yuki. Mungkin saja itu teman sekampus Yuki yang ingin menanyakan hal atau apalah gitu.

"Ya mana gue tau. Yaudah buka aja pintunya." Ucap Yuki santai.

"Kok gue?itu pasti temen lo kan?" Tanya Clara menatap Yuki tajam.

"Gue gak janjian kalo temen gue bakalan kesini. Apalagi ini hujan pasti pada ogah." Ucap Yuki, "Yaudah buka aja cepetan." Titahnya.

"Kalo hantu gimana?" Ucap Clara merinding.

"Punya adik kok penakut. Buka aja kan ada gue disini liatin lo." Akhirnya Clara pasrah pada Yuki dan bangkit dari duduknya lalu menghampiri dan membuka pintunya.

Saat itu juga Clara terdiam antara kaget dan kasihan pada Brian yang basah kuyup di hadapannya.

Dia datang bersama beban yang berat, minta di ringakan bersama orang yang tepat.

"Clara? Gue butuh elo."

Lirihnya lalu memeluk Clara, masa bodo dirinya membasahi Clara. Yang ia butuhkan hanya pelukan yang ikhlas yang bisa mendamaikan suasananya.

×××

"Nih anduknya. Lo ganti baju cepetan nanti sakit!" Titah Clara sambil memekik ringan di hadapan Brian dengan tangan yang menyodorkan handuk.

Brian hanya terkekeh lalu mengambil alih handuk itu. Lalu keduanya diam dan hening. "Lo kenapa masih berdiri disini? Cepetan ke kamar mandi!" Ucap Clara menatap Brian tajam.

"Btw kamar mandi nya dimana ya?"

Clara bego atau apasih, nyuruh Brian ke kamar mandi sedangkan dirinya belum menunjukan kamar mandinya dimana. Ia jadi malu sendiri.

"Ikut gue." Lalu Brian mengekori Clara yang berjalan menuju kamar Yuki dan menunjuk sebuah pintu yang di yakini adalah kamar mandi.

"Lo masuk aja nanti gue siapin baju nya di kasur." Ucap Clara lalu Brian mengangguk dan mulai mandi.

Sedangkan Clara sedang memilih baju yang ada di lemari Yuki. Masa bodolah yang penting Brian pake baju daripada enggak.

Lalu Clara meletakan pakaian itu di kasur dan keluar dari kamar Yuki. Selama menuruni tangga menuju dapur untuk membuat coklat panas. Otaknya terus berpikir.

Kenapa Brian datang tiba-tiba dengan wajah yang sedih dan seperti membawa beban yang berat untuk di bagi dua agar ringan? Eh.

///

Return In Feelings✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang