Kasih Sayang

473 51 25
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, Alwan baru saja membuka buku pelajaran dan berniat belajar di dalam kamarnya, lebih tepatnya, kamar Farzan.

Farzan sendiri sudah terlelap di tempat tidurnya. Hal itulah yang membuat Alwan lebih konsentrasi untuk belajar di ruangan ini. Karena di luar sana, Adnan dan Reno sedang begadang. Suara mereka sangat keras hingga mengganggu konsentrasi Alwan.

Cowok itu baru saja selesai mandi, ia mengeringkan rambut dengan handuk sambil membolak-balik halaman buku. Matanya tak sengaja menangkap sebuah tulisan cakar ayam Icha di buku cetak geografinya.

Alwan jelek.

Gak usah belajar. Lu udah pinter.

Alwan ajarin gue dong. Serius banget lu kaya pen nembak cewe.

Alwan teringat saat mereka akan ulangan harian geografi. Alwan sangat serius belajar, tapi Icha malah mencoret-coret bukunya.

Ia jadi khawatir dengan cewek itu, apa Icha bisa belajar sendiri tanpa dirinya? Tanpa catatan dari bukunya? Tanpa kalimat-kalimat penting yang biasanya Alwan selalu garis bawahi?

Ia mengambil ponsel dan mencari nama kontak Babi Icha disana. Jempolnya menggantung, tinggal sekian mili ia mampu menghubungi cewek itu. Tapi tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya, ia menoleh dan mendapati Kalista sedang membawa nampan beserta makanan dan minuman di atasnya.

Kalista tersenyum, ia menghampiri Alwan yang langsung mematikan ponsel dan menyembunyikannya. "Akhir-akhir ini kamu sering pulang malam. Kamu lagi sibuk apa?"

Alwan tak menggubrisnya, ia malah memakai headset untuk menyumpal telinga. "Jangan ikut campur urusan saya."

Kalista menghela napas, ia meletakkan nampannya di atas meja. "Ini makan malamnya. Mama harap kamu makan kali ini. Mubadzir."

Setiap malam, Kalista selalu menyisakan makan malam untuk Alwan yang selalu pulang larut. Wanita itu bangun malam dan mengintip apakah Alwan sudah pulang atau belum, lalu ia akan menghangatkan beberapa lauk dan meletakkannya di meja makan.

Sama halnya dengan Farzan, wanita itu sebenarnya selalu peduli dengan keduanya. Tapi cara Kalista pada anak kandungnya mungkin agak sedikit berbeda, ia tidak menunjukkan kasih sayangnya secara langsung, karena ia ingin Farzan berhenti nakal terlebih dahulu.

Alwan melirik wanita itu, Kalista kini menghampiri Farzan. Ia mengecup dahi anaknya dan mengelus pelan rambutnya, mata Kalista tiba-tiba terasa panas, ia buru-buru mengelap air matanya dan keluar dari kamar Farzan.

Alwan memperhatikan cowok itu lama. Farzan kemudian meracau dalam tidurnya, Alwan baru saja ingin keluar kamar ketika tahu Farzan tiba-tiba bangun. Namun langkahnya terhenti saat Farzan ternyata hanya mengigau, "jangan pergi...."

Farzan menautkan kedua alisnya, keringatnya mengalir deras walau udara di kamar terasa dingin. Sontak Alwan jadi semakin bingung. Apa kalimat tadi tertuju untuknya? Mengingat Alwan tadi hendak keluar kamar.

Apa Farzan memintanya untuk tidak pergi dari sini?

"Jangan pergi, Ma.... Ajan sayang Mama Lista. Ajan sayang...."

Helaan napas lega langsung dihembuskan Alwan. Ia hampir saja mati berdiri karena akhir-akhir ini Farzan bersikap aneh padanya. Terlalu perhatian. Seperti memberikan selimut dan bantal hingga sengaja tidur di sofa. Alwan tidak nyaman. Jauh lebih baik kalau Farzan suka pada Icha, dari pada suka dengan dirinya. Alwan merinding hanya dengan memikirkannya saja.

Matanya menatap lagi ke arah Farzan yang kembali tidur nyenyak.

Nyokap lo juga sayang sama lo, Zan. Jangan khawatir.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang