Hukuman

636 64 15
                                    

Gue yang biasanya males mikir, jadi berputar otak setelah mendengar pernyataan Farzan.

"gue jadi ragu, lo akan menyelamatkannya atau enggak. Mau gimana pun, cewek itu secara gak langsung, udah jadi pengaruh yang besar dalam hidup lo. Gue benar, kan?"

Gue jadi ikut terhasut, apa yang bakal Alwan pilih? Tapi, sebenernya bisa aja sih gue yang ngadu, dan buktinya juga ada di badan gue. Tapi.... gue jadi penasaran, emangnya bener kalau secara gak langsung, Alisa udah jadi pengaruh yang besar dalam hidup Alwan?

Kalau dipikir-pikir, mereka emang deket akhir-akhir ini karena mereka pacaran. Walau pun Alwan setengah hati, tapi mau gimana pun Alisa bukan orang lain lagi di hidup Alwan.

Gue bener nggak, sih?

Gue diam menunggu reaksi Alwan, cowok itu menghela napasnya.

Anjir.

Gue jadi deg-degan.

"jadi, apa lo berpikir kalau gue akan diam aja tanpa bertindak apa pun setelah apa yang terjadi sama Icha? Lo.... Gak lagi bercanda, kan?"

Gue langsung menghela napas lega, selega-leganya kayak abis selesai boker.

Memang di dalam lubuk hati gue yang paling dalem, gue pengen boker. Eh engga, maksudnya gue mau Alwan berpihak sama gue.

Farzan menyunggingkan senyumnya, "perkiraan gue salah, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Cowok itu tersenyum miring sambil mengibaskan poninya yang menurut gue badai parah.

Gila, gila.

"Lo udah gak apa-apa, Cha?" Kini Farzan yang bertanya, gue mengangguk dengan kalem. Kalem banget. Ciye, Icha bisa kalem.

"Gak apa-apa, kok. Nih, udah gak sakit." Gue menepuk-nepuk lengan gue sambil tersenyum lebar ke arahnya, gak sengaja tangan gue menabok luka memar di pergelangan tangan. "Aish," gue meringis.

Farzan meraih pergelangan tangan gue lembut, dia lihat dengan teliti, membolak-balik tangan gue udah kayak bahan eksperimen. "Ini sih parah. Udah ke dokter belom? Tangan kanan lagi, terus lo nulisnya gimana?"

Cowok kampret di sebelah gue berdecak, "Icha kidal kali. Masa hal kecil kayak gitu, lo ngga tau?" Baru gue mau jawab, Alwan udah nyosor duluan. Kayak banteng tiba-tiba nyosor nyeruduk.

Farzan melepaskan tangan gue, fokusnya kini beralih pada Alwan yang tersenyum ke arah gue. "Cha, udah yuk."

"Cha." Farzan manggil menghentikkan Alwan yang mulai merangkul bahu gue.

"Gue minta maaf." Sambungnya pelan, wajahnya terlihat serius, kumis tipis yang belum pernah gue lihat kentara jelas sekarang, wajahnya kini lebih urak-urakan dari Farzan yang biasanya. Dia kayak ngga mengurus diri.

Tapi gapapa lah, tetep ganteng.

"Iya, gak apa-apa kok. Ini bukan salah lo."

~~~

"Alwan-Icha udah balik lagi, nih?" Suara nyaring dari dalem menyambut gue dan Alwan yang baru masuk kelas setelah istirahat pertama selesai. Ada Galar yang duduk di meja sambil ngupil, Udin yang masih terus mengincar Dea dan Grisel yang kembali ceria.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang