Dejavu

894 71 10
                                    

Gue duduk di kursi paling pojok, keadaan kantin saat ini mirip kayak hati gue. Sepi. Yaiyalah ini kan jam pelajaran. Gue melihat ke arah Galar yang membawa dua piring somay.

Dia duduk di depan gue, "Goceng tuh." Katanya merujuk siomay. "Yaelah selaw aja, Pak." Gue pun merogoh kantong, "nih." Kemudian mulai melahap siomay dengan rakus, kebetulan banget gue belom sarapan.

Cowok berkulit sawo busuk itu pun membuka suara, "eh, lo udah tau belom?" tanyanya dengan mulut yang penuh. Gue menoleh sekilas ke arahnya dan lanjut sibuk melahap siomay. Bumbunya coy lumer di mulut!

"Tau apaan?"

"Alisa kan suka sama Alwan."

"Oh, belom tau gue." Jawab gue enteng.

Eh- tunggu. TUNGGU! APA KATANYA TADI?

Oke, capslock-nya, Mbak.

Alisa suka sama makhluk gaib bin kampret SGM itu? Cowok aneh yang nggak bisa bedain mana gula mana garem? Oke gue sok banget. Sebenernya juga gue gak bisa bedainnya si. Haha.

"Napas, Jon. Woles aja kagetnya." Tukas Galar. Gue pun menormalkan bola mata gue yang tadi sempat dibuka lebar-lebar.

"Orang mah di mana-mana kalo kaget gak ada yang woles, Gal." Sambung gue sok asik.

"Bener juga."

"Btw, lo tai darimana?" tanya gue penasaran, kan bisa aja ni bocah ngibul. Mukanya nggak meyakinkan soalnya. Capek deh gue. Oplas aja si.

Galar menghela napasnya berat, "ya tai dong. Kemaren gue nembak Alisa."

Hah?

O TO THE M TO THE G!!!

OMG! DEMI BULU BERUANG GALAR SI TUKANG NGUPIL NEMBAK SI ALISA YANG BERSIHNYA GAK KETULUNGAN.

GUE BUTUH PASOKAN UDARA! PLIS SIAPA PUN YANG MERASA DIRINYA COGAN BISA DATENG KE GUE DAN MEMBERI NAPAS BU-

"JON!" Galar menggebrak meja dengan satu tangannya, memporak-porandakan lamunan gue tentang cogan yang sedang memberikan napas buatannya.

Tunggu, kenapa cogan yang muncul malah Udin?

Oh my God, big no!

"Lo serius nembak Alisa? Gue kira lo homo, sumpah."

Galar siap membuka mulut dan mulai ingin melakukan sesuatu. Seperti menonjok atau menindas gue mungkin. "Eh mau ngapain? Ampun, gue cuma bercanda!"

Galar kembali pada posisinya.

Alhamdulillah. Dia gak jadi melakukan seribu niat buruknya.

Dia mulai makan lagi setelah memutar bola matanya malas. "Patah hati nih gue." Wajahnya galau. Sedih beneran kayaknya ni anak dugong.

Gue menyusun kalimat di otak dan mengeluarkannya. "Terus Alisa nolak lo dan dia bilang kalo dia suka orang lain yang ternyata orang itu si SGM, uhm, maksud gue, Alwano Epafras, sahabat gue?" tanya gue beruntun, membuat Galar menganggukkan kepala tiada henti. Walau pun gue susun itu kalimat menjadi lebih rapi tapi tetap aja beleberan.

Dan.... Ah, pantes aja tuh si Alisa suka curi-curi pandang.

Gue kira si Alwan punya utang numpuk. Taunya tresno karo Alwan.

Alisa. Nama lengkapnya Alisa subandono. Heeee, gak deng boong. Alisa Tascia, cewek cantik tapi gak lebih cantik lah dari gue. Mungkin dia lebih lembut udah gitu pinter, rajin, pandai menabung, suka menolong. Oke mungkin sifat-sifat tadi gak ada satupun yang masuk ke dalam daftar ciri-ciri seorang Marsya Imelda Auli yang kerap di panggil Joni oleh seorang Galar.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang