Membuka Rahasia Sendiri

766 67 11
                                    

Gue suka sama Alwan!? Hello!

Nggak lah! Ya kali Mbak, selera gue mah kayak artis hollywood gitu tuh. Holly ya please, bukan bolly.

"Nggak kok. Lo tumben deh nanya gitu? Gue kan sama Alwan cuma sahabatan aja, Lis. Gak mungkin lah gue suka sama Alwan." Jawab gue jujur dari hati yang paling dalem, gini-gini gue masih punya hati ya.

Alisa terdiam sebentar, sedangkan gue lanjut memotong apel dan memberikannya pada cewek itu. "Kalo gitu, boleh kan aku minta Alwan sama kamu?"

Tunggu. Kenapa jadi serem gini. Aura nya beda banget setelah Alwan keluar dari ruangan. Gue jadi merinding. Bukan, bukan gue ngerasa Alisa berubah jadi kunti atau makhluk tak kasat mata, tapi dia keliatan serius banget dengan ucapannya.

"Lo minta Alwan? Hah.... Minta? Maksudnya?"

Alisa menjatuhkan tangannya ke samping paha, apel yang di pegangnya pun tergeletak di atas kasur. Cewek itu menunduk, membuat rambutnya menjuntai ke bawah.

"Maaf, Cha. Tapi aku serius suka sama Alwan. Dan aku nggak suka kamu selalu nempel sama dia. Karena menurut aku, Alwan punya perasaan yang beda sama kamu." Alisa memberi jeda pada kalimatnya. "Aku cuma nggak mau Alwan sakit hati."

Alwan punya perasaan sama gue?

Sakit hati?

Alisa sick nih jadi ngomongnya ngelantur gini. Gue pun berdiri dan menaruh apelnya di atas piring.

"Lo mending istirahat, Lis. Cepet sembuh, ya. Gue taro apelnya di sini."

"Aku serius, Cha. Aku nggak main-main sama ucapanku ini."

Hah? Apaan, si.

Gue meletakkan irisan apel di atas piring. "Gue nggak akan sakitin Alwan. Jadi lo tenang aja, okay?" Kemudian mengambil tas dan memakainya lalu keluar dari pintu.

Pas banget Alwan mau masuk, dia mengangkat alis, menuntut penjelasan dari gue, mungkin. "Gue balik duluan." Gue langsung keluar setelah Alwan memiringkan badannya, mempersilahkan gue untuk pulang lebih dulu.

"Tapi kok tiba-tiba?" Dia mencengkram pergelangan tangan gue lagi.

Ya elah ni dugong banyak nanya. Langsung capcus aja lah karena otak gue cerdas gue pun membuat alasan yang paling jelas dan masuk akal.

Hmmm.... Apa yah?

"Kebelet.... Pipis!"

Yup! Emang dasar anak cerdas mau di gimanain juga tetap cerdas. Alwan memutar bola mata dan mendorong bahu gue pelan. "Ya udah sana." Katanya sebelum masuk ke dalam ruangan.

Sedetik berikutnya kepala Alwan muncul membuat gue menautkan alis sambil menggerakkan bibir bertanya, apa lagi?

"Di luar mendung banget. Pulang bareng gue aja, deh. Nggak enak juga berdua doang sama Alisa."

"Hah? Nggak papa nih kita jenguk bentar doang?"

"Lagian sih lo pake segala pen balik. Gue ambil tas dulu."

Pas sosoknya ilang, arah pandang gue terhenti di pintu sebelah kamar Alisa yang kira-kira jaraknya tiga meter.

Itu kan...

Demi ape ni gue ketemu lagi sama cogan.

Cogan kelas sebelah.

Dia berdiri di depan dokter, kayaknya lagi ngomongin sesuatu yang penting soalnya raut wajah Farzan keliatan cemas banget.

Gue berjalan mendekat.

"Loh, Icha?"

Dia manggil gue sambil senyum kemudian berlari kecil, menghampiri gue. Dia masih pake seragam, rambutnya lebih berantakan dari yang tadi. Kemejanya dikeluarin dari celana, dasinya di taro di kantong bagian dada. Dan dia nggak bawa tas.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang