Tanpa Tanda

617 58 31
                                    

Pagi ini, gue belajar di perpustakaan sekolah. Hari senin ada ujian kenaikan kelas dan gue nggak mau remedial.

Kenapa?

Karena kalau lo remed, lo nggak bisa menikmati classmeting dengan bahagia. Orang-orang mah nonton tanding basket sedangkan lo harus berkutat dengan soal-soal yang menurut lo susah.

Kenapa susah?

Ya karena mata pelajaran itu harus lo ulang.

Dengan serius gue mengamati dan memahami isi materi, sebelum akhirnya tiba-tiba si kampret datang dan merusak suasana tentram, aman dan damai gue yang berubah jadi satu kata.

Gak damai.

Eh, itu mah dua, ya.

"Gue baru tau kalau seorang Icha bisa belajar?" cowok itu meledek, gue yakin banget. Emang kalo dia kerjaannya mah ngeledek, bikin orang pusing, marah-marah, ilfil deh lo temenan sama dia. Gue aja terpaksa.

Gak deng, buhung.

Gue seneng kok temenan sama si kampret.

Dia duduk di samping gue sambil menoleh dan nyengir lebar. Kayak semangka terus lo belah empat. Gue sewot kuadrat, "siapa yang nyuruh duduk di situ?"

"Kenapa? Salting ya?"

ISH.

"APAAN, SI?!"

"Sst.... Ini perpus loh. Bukan kantin."

Gue melihatnya sinis sambil mendorong bahunya menjauh. Tapi dia seolah ngga mau kalah dan terus mendekati gue.

"Apa, sih?! Emangnya salah kalo gue belajar?"

"Deh, gitu.... Dibercandain dikit langsung baper."

Gue melotot dan menekan setiap kata-kata gue yang sekian detik lagi otw meluncur. "Tau, ah! Gue jadi males belajar nih gara-gara lo! Pergi sana!"

"Ssst! Lo kenapa rame sendiri, sih?" Dia mulai balik sewot dan gue diem aja sambil mengerucutkan bibir. Ngambek unyu gitu. Pasti tahu, kan? Lalu kembali pada buku pelajaran di depan gue sambil melirik sedikit Alwan yang kelihatan lagi minta maaf sama pengunjung yang lain.

Bodo amat, sih. Gue ngga salah kok, dia yang salah.

"Lo yang bikin gue rame, Wan. Udah setengah mampus gue niat serius belajar, terus lo dateng ngebuyarin konsentrasi tingkat tinggi gue."


"Jadi sekarang lo udah punya tujuan hidup, ya? Hmm, kalau semua nilai lo di atas KKM, gue akan ngasih apa pun buat lo."


"Apa pun?" Tumben nih biang curut mau kasih hadiah.

Boleh juga.

"Ya, apa pun. Termasuk kecupan singkat dari gue."

NAJIS!

"Sinting!"

Kami saling diam beberapa menit. Dengan kehadiran Alwan di sini bikin perhatian gue yang tadinya ke buku jadi ke dia. Kayaknya dia bawa magnet, karena daritadi perhatian gue teralihkan terus.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang