Awal Kisah

2.3K 111 3
                                    

Sinar sang surya menerobos sela sela kamar Amanda. Matanya mengerjap berkali kali, tubuhnya ia dudukan disisi ranjang untuk mengumpulkan seluruh nyawa yang tersisa.

Amanda melirik jam beker yang berada dinakasnya. Segera ia beranjak dan menuju kamar Mandi. Tangannya menghidupkan shower untuk mengisi bathtub, cairan sabun dengan wangi lavender ia tuangkan kedalamnya. Sekekali hidungnya yang mancung menghirup bau menenangkan dari lavender.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Amanda keluar dari kamar mandi menggunakan kimono maroonnya.


Suara handphone berbunyi nyaring memenuhi kamarnya. Amanda segera mengangkatnya.

"Iya ada apa?"

Amanda mengambil bajunya yang berada di lemari.

"Ya ampun ini masih pagi juga"

Amanda tertawa pelan.

"Iya nanti dibawain"

Amanda mematikan panggilannya dan melanjutkan memakai seragam sekokahnya.

Beberapa menit kemudian, Amanda sudah siap, dan berjalan menuju ruang makan.

Terlihat wanita paruh baya, yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapannya pagi ini.

"Pagi ma" sapa Amanda dengan senyum manisnya.

"Pagi  juga anak mama yang cantik" jawabnya dengan senyum yang juga tak kalah manisnya.

"Ya udah sekarang kamu sarapan dulu, biar sekolahnya lancar terus tambah pintar" Amanda tersenyum, seketika senyumnya luntur begitu saja. Kepalanya tertunduk menghadap nasi didepannya, badannya bergetar. Mamanya yang melihat langsung memeluk dengan pelukan seorang ibu.

"Andaikan papa disini"

"Lah kok nggak dimakan sarapannya, nggak enak ya?, atau kamu nggak suka?" Amanda menggelengkan kepalanya. Mamanya sudah tahu betul dengan anak semata wayangnya ini yang selalu teringat ayahnya. Namun, dia berusaha tidak tahu apa apa. Manda adalah sosok gadis yang tidak menginginkan semua orang tahu kalau dia bersedih.

"Nggak kok ma, ini juga mau dimakan" kata Amanda seraya menyuap nasi goreng yang sudah disiapkan mamanya tadi.

"Dihabisin ya, setelah itu berangkat sekolah" kata mama manda dengan senyum khasnya.

Sudah cukup mamanya yang berada di sampingnya ketika ayahnya tidak berkumpul bersamanya. Amanda menghembuskan nafasnya dan melanjutkan makannya

*****

"Mandeku" panggil Elina dan Syifa dan di sambut senyuman khas Amanda.

"Hay Amanda" panggil seorang pria yang liwat di sampingnya, Amanda hanya tersenyum tipis. Sudah menjadi makanannya disekolah, Amanda memang anak famous yang juga memiliki kepandaian cukup. Selain itu, wajahnya yang cantik juga banyak dikagumi oleh teman temannya. Hidungnya yang mancung, pipinya yang chubby dan juga senyumannya yang khas.

"Ahh Manda makin cantik aja" tambah wanita yang juga lewat disana, hanya senyuman untuk menjawab.

"Nih buku tugasnya, lo itu pinter tapi nyontekan" kata Manda sambil menyerahkan buku tugasnya, Elina hanya diam dan cekikikan.

"Iya nih Elina selalu gitu, kalau nggak Manda ya Syifa yang di suruh bawa buku tugasnya" tambah Syifa dengan suara yang di imut imutkan.

"Kok jadi gue yang dipojokkan?" Manda dan Syifa menatap Elina tajam

"Karena lo yang salah"

"Heheheh maafkan aku"

"Kurang lima menit lagi jam pelajaran bu Shusi dimulai, yuk ke kelas" ajak Elina, Amanda dan Syifa hanya mengangguk dan berjalan beriringan menuju kelasnya. Banyak tatap mata yang memandangi mereka dan beberapa lontaran pujian.

"Wah Manda makin cantik aja ya, tubuhnya juga pas buat anak seumuran dia"

"Apalagi pipinya, makin lama makin lebar aja tuh pipi"

"Ah Elina lihat deh, dengan rambut coklatnya dia sangat wow, apalagi kalau rambutnya digerai gitu aduh makin gagal gue jadi cewek"

"Gagal palalu, soalnya lo cowok anjay"

"Udah deh, lihat tuh senyum Syifa yang terlihat imut, aduh walaupun badannya emang makin lebar tapi gimana ya mau ngomong, dia cantik"

"Pokoknya Manda lah yang the best"

"Elina dong"

"Syifa lah"

"Manda ya Manda"

"Elina cantik"

"Syifa imut"

"Hay, kalian lagi ngomongin kita ya?" tanya Syifa kepada segerombolan wanita yang memang sedang bertengkar akibat mereka bertiga.

"Hehehe, Syifa" jawab salah satu dari mereka.

"Ya udah lanjutin aja ngomongnya, tapi jangan bertengkar ya" kata Syifa yang kemudian berbaur bersama Manda dan Elina menuju kelas. Mereka menduduki tempat masing masing.

"Eh gue denger bakal ada olimpiade nih di kota Malang, gue jadi pengen ngikut" kata Elina antusias, Syifa pun menangkap dengan wajah yang ikut sumringah. Amanda membuka tasnya dan mengambil buku yang berada didalamnya.

"Iya katanya yang menang bakal dapat beasiswa buat sekolah di SMA garuda, aduhh jadi pengen deh" tambah Syifa antusias, berbeda dengan Manda, ia hanya duduk diam dan membaca buku yang ia keluarkan tadi. Elina dan Syifa menatap Manda dan berkata bersamaan.

"Lo mau ikut nggak Man?"

"Kayaknya nggak deh" jawab Manda enteng.

"Kok nggak sih Man, lagian kalau kita kesana kita bakal dapat beasiswa dan kita nggak bakal merepotkan orang tua untuk soal biaya sekolah nantinya" lanjut Elina.

"Gue mikir dulu, dan minta ijin ke mama, siapa tahu gue dapet hidayah" jawab Manda enteng.

"Amanda, Elina, Syifa kenapa kalian masih ngobrol" tanya seorang wanita muda dengan pakaian guru, dia adalah bu Shusi.

"Kapan ibu datang?" tanya Amanda.





1--Si ASE--

Si ASE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang