Sebelum datang

585 52 12
                                    

"Bry cepetan, kasihan yang lain nunggu kita buat cari Manda" teriak Elina.

"Bentar pakek baju dulu" jawab Bryan yang berada di dalam kamarnya.

"Buruan ih, lama banget dah"

"Iya bentar Elina sayang"

"Sayang sayang, buruan Bryan Andrew" teriak Elina lagi, seketika pintu terbuka. Terpampang jelas lelaki berwajah bule, dengan rambut yang terlihat agak basah.

"Kok masih basah sih rambutnya, harusnya itu dikeringkan dulu pakek handuk atau pakek hairdryer, kalau gini kan jadi basah bajunya" omel Elina, Bryan melihat wajah Elina sambil tersenyum.

"Udah bakat jadi istri" Elina tersipu

"Apaan sih, buruan berangkat" ajak Elina dan berlalu meninggalkan Bryan yang tersenyum menggoda.

"Cie malu malu kucing"

"Paan sih, bangke" balas Elina dari kejauhan

"Gitu ya sama calon imam"

"Ih PD, emang gue mau sama lo" Elina tertawa, tanpa ia ketahui kakinya tersandung dan dia hampir jatuh namun tangannya segera ditarik oleh Bryan, dia memeluk Bryan erat karena reflek.

"Mama Elina masih pengen nemuin Manda" jerit Elina yang masih setia dengan pelukannya, Bryan terkekeh dilanjutkan berdehem. Elina mendongak dan reflek mendorong tubuh tegap Bryan.

"Apaan sih modus lo"

"Sama pacar sendiri manggilnya lo gue, ckckckckck" Bryan menggelengkan kepalanya "terlalu"

"Ih apaan sih, buruan berangkat. Aku kangen Manda" rengek Elina. Bryan menaikan satu alisnya

"Panggil sayang dulu?" tantang Bryan.

"Cepetan Bry, gue pengen berangkat cari Manda" Elina menghentakkan kakinya, bagaikan anak kecil yang di ganggu kakaknya.

"Panggil sayang dulu"

"Nggak"

"Yaudah nggak berangkat" jawab Bryan santai. Elina mendengus, ia mendekatkan wajahnya kepipi Bryan. dan...

Cup...

Satu ciuman mendarat di pipi mulus Bryan. Nafasnya tiba tiba berhenti. Bagaimana tidak, Elina bukan cewek romantis, dan hari ini, jam ini, menit ini hingga sampai detik dihari ini juga. Ini yang pertama kali Bryan rasakan bahwa dia sedang berbunga. Elina menampar pipi Bryan pelan.

"Nyesel gue nyium lo, lo aja nggak mau berangkat juga. Bry ayo" Elina menarik tangan Bryan membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Cium lagi, yang sini belum" kata Bryan menunjuk pipi sebelah kirinya.

"Ogah, nanti gue kena rabies"

"Ih teganya"

"Udahlah mending kita berangkat sekarang aja" ajak Elina sambil menarik tangan Bryan, Bryan mengangguk dan mengikuti langkah Elina. Memasuki mobil Lamborghini Aventador. Hingah Sebuah mobil Lamborghini Aventador biru memasuki rumah bercat biru muda dengan goresan warna putih, yang memberi kesan elegan. Mobil itu terpakir rapi di dekat mobil yang lainnya. Jangan berpikir itu mobil anak muda jaman sekarang. Itu hanya mobil orang tua mereka yang dipinjam untuk beberapa saat.

Sebuah kaki keluar dari mobil tersebut.Bryan dan Elina memandang teman temannya yang sudah berkumpul. Elina mengedarkan pandangannya untuk mencari mama Manda, dia tahu mama Manda sedang bersedih hati.

"Gue duluan ya Bry, mau nenangin nyokapnya Manda dulu" bisik Elina, Bryan mengangguk pasrah.

Elina mendekati wanita paruh baya yang sedang duduk memeluk bingkai foto anak semata wayangnya itu. Elina segera memeluknya, suara tangisannya terdengar sesenggukan.

Si ASE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang