Jadian

1K 71 5
                                    

pintu pun terbuka terlihat dokter dan beberapa suster di belakangnya masuk ruangan elina, yang kemudian memeriksa Elina yang tengah terbaring.

"dok,gimana keadaan elina" tanya manda khawatir

"maaf dek saya sudah berusaha semaksimal mungkin,tapi_" kata dokter sengaja di gantungkan

"tapi kenapa dok,elina baik baik aja kan,dia gak papa kan dok" tanya Amanda dengan wajah khawatir, dilihat di dokter dengan wajah yang sendu

"Keadaannya semakin memburuk, tapi saya usahakan dia tidak apa apa" bagaikan disambar petir, Bryan langsung menggeleng memegang kerah baju si dokter.

"Saya tidak terima jika terjadi apa apa dengan dia" ancam Bryan, tubuhnya langsung ditarik kasar oleh Angga.

"Maksud lo apaan sih Bry?" ucap Angga marah, kenapa temannya menjadi seperti ini?.

"Dok maafkan teman saya" ucap Angga memohon, si dokter hanya tersenyum.

"Dok usahakan bahwa Elina baik baik saja" mohon Manda dengan matanya yang berkaca, si dokter tersenyum.

"Sangat terpukulnya saya jika pasien kami tidak membaik" ucapnya dengan sendu, ia menghembuskan nafasnya.

"Saya permisi" ucapnya yang kemudian pergi

"makasih dok atas bantuannya" kata bryan dengan nada ketus nya, ya seperti inilah Bryan jika ia merasa frustasi dengan keadaan.

"sama sama" kata dokter itu langsung pergi

Bryan memeluk tubuh Elina mencium kening gadis yang tengah tertidur itu,air matanya tak sengaja keluar dari pelupuk matanya. wajahnya memerah.

"Kamu pasti bisa sembuh El" ucap Bryan sendu, dan mencium tangan Elina yang lemas tak bergerak.

Suara pintu terbuka membuat mereka menatap siapa yang membuka, Syifa dan Esa tengah bersama. Manda yang melihat mata Syifa sembab langsung mendekat.

"Habis nangis?" tanya Manda, Syifa langsung memeluk Manda erat, ia menahan tangisnya agar tidak pecah. Tapi apapun yang ia lakukan sia sia, tangisnya pecah begitu saja. Membuat Manda semakin bingung.

"Manda bawa Syifa pergi, gue mau berdua sama Elina" suruh Bryan datar, Manda hanya mengangguk mengajak Syifa dan kedua lelaki yang berada didekatnya untuk keluar.

Setelahnya, Bryan menciumi tangan Elina. Masih sama tak ada tanda tanda Elina sadar. Dirinya frustasi, kenapa seperti ini?

Kembalilah dia pada beberapa kisah pertemuannya dengan wanita ini, bergandengan dengan satu motor dan kemudian mendapati Elina yang tengah mimisan.

"Harusnya aku langsung bawa kamu kerumah sakit, nggak nurut sama omongan kamu" ucapnya dengan kekehan tawa.

"hay cantik" panggil bryan, namun tak ada sahutan sama sekali.

"Bangun dong" tambahnya lagi namun keheningan telah menghiasi ruangan ini, Bryan menjambak rambutnya frustasi dan memilih menelungkup kan wajahnya pada tangan Elina. Yang membuat ia berada didalam mimpi.

"Nggak usah sedih Bryan" ucap seorang gadis dibelakang Bryan, wajah pria itu berbinar senang.

"Aku kembali dan akan mencintaimu" Tambahnya lagi, Bryan mendekatinya namun gadis itu menghindari nya.

"Kenapa menghindar?" tanya Bryan

"Biar kamu mengejar" lanjut gadis itu dengan tawa gembiranya.

Tangan Elina bergerak pelan, membuat Bryan tersentak. Wajahnya yang terlihat frustasi kini melotot senang. Ia langsung berdiri dan keluar dari ruangan, memanggil teman-temannya untuk memanggil dokter

Tak butuh waktu lama yang ditunggunya pun datang, mata Elina mengerjapkan beberapa kali, melihat orang disekelilingnya. Dan menatap Bryan lemas.

"Bry?" panggil Elina lemas, Bryan menggenggam tangan Elina menautkan jemarinya pada jemari gadis itu. Wajahnya tersenyum senang.

"Aku disini" Elina memegang kepalanya, ia merasakan pusing sang dokter tersenyum.

"Bersyukurlah kalian pada Tuhan" ucapnya dengan senyuman.

"Ia membaik, tapi ya tetap sama. Kankernya masih menggerogoti tubuhnya" memang bahagia rasanya melihat Elina tengah sadar, namun ia menakutkan hal yang tidak ingin mereka rasakan, kehilangannya.

"Saya permisi" tak ada jawaban, Elina hanya terlihat bingung. Tangannya memegang kepalanya

"lo kenapa el?"tanya Amanda bingung, ia khawatir hari ini.

"gak papa man,gue cuma lemes" kata elina lemas. Elina tersenyum mendapati Bryan.

"Habis nangis?" Bryan menggeleng.

"Aku cuma kurang tidur" Alis Elina menaut satu sama lain, Bryan mengelus rambut Elina.

"Aku bahagia kamu sadar, dan memanggilku" ucapnya, Elina tersenyum

"Gue kira Lo nggak akan kembali, gue kecewa udah ngecewain Lo Bry. Gue akan berusaha mencintai Lo" ucap Elina memegang tangan Bryan erat

"Dan aku akan berjuang bersama untuk melawan penyakitmu" ucap Bryan.

*****

Hari ini adalah hari dimana Elina sudah boleh pulang, sebenarnya belum boleh sih tapi karena Elina memaksa akhirnya dia diperbolehkan.

"Terimakasih ya semua yang udah jagain gue selama gue nggak sadarkan diri" ucap Elina dengan wajah berbinar.

"Sorry gue udah merepotkan kalian semua" tambahnya membuat kedua sahabatnya memeluknya erat. Wajahnya memang senang tapi hatinya menanti seseorang. Lelaki yang sekarang sudah ia cintai, tapi mengapa hari ini tak kunjung datang. Ia sayu, tapi tak mau menghawatirkan temannya.

"Hay" teriak Bryan yang baru saja datang, buket bunga mawar besar berada ditangannya. Ia mendekati Elina sambil bersin bersin.

"Lo kan alergi bunga" ucap Angga bingung.

"Elina kamu mau kan jadi pacarku?" tanya Bryan dengan menahan bersinnya, Elina tersenyum dan mengangguk.

"Dijawab dong El" suruh Bryan dengan hidung merahnya.

"Iya Bry" jawabnya dengan antusias, Bryan tertawa menyerahkan bunga ke Elina dan memeluknya.

19--Si ASE--

Si ASE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang