"GUE PACARNYA! PUAS LO?" jerit Yuta.
Eh?
"Bang, lu ngomong apaan?" bisik Eun Bi di telinga Yuta. Eun Bi gelagepan begitu Yuta mengaku jadi pacarnya. Yakali, abang rasa pacar ntar.
"Diem aja lu!" bentak Yuta, tapi dengan cara berbisik.
Winwin tersenyum sinis. "Yakali, Yut! Gue yang pdkt, lo yang jadian."
Winwin sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yuta. Dia sedikit mengatur napasnya.
"Kalo emang kenyataannya kayak gitu, lo bisa apa?" sindir Yuta. "Lagian, Eun Bi emang lebih cocok sama gue. Bukan playboy macem lu!"
"Bangsat!" Winwin menonjok dinding. Wajahnya memerah. "Gue bakal ambil apa yang seharusnya jadi milik gue."
Winwin pergi meninggalkan Yuta dan Eun Bi. Dia sedikit melirik Eun Bi yang sama sekali tidak melirik kepadanya.
"Tunggu, gue!" bisiknya begitu melewati Eun Bi.
Tanpa sadar, Eun Bi sudah meneteskan air matanya. Dia menangis. "Dia kira gue barang apa? Jadi bahan rebutan orang?"
Yuta berbalik arah, menghadapkan pandangannya ke arah Eun Bi. Dia mengusap rambut adiknya itu.
"Sori, kalo gue lancang. Tapi, gue gak mau kalo lo diapa-apain sama dia." ucap Yuta. Dia menepuk pundak Eun Bi pelan. Kemudian, Yuta pergi menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
===
Jam istirahat dipakai Chenle dengan membaca buku di perpustakaan. Dia lagi rajin. Biasanya dia pergi ke kantin bareng Jisung. Tapi, dia lagi nggak mood.
Dia membawa buku Bahasa Inggris dan beberapa lembar materi yang ia buat dari rumahnya. Dia sedang mempersiapkan bahan untuk debat Bahasa Inggris yang akan dia ikuti beberapa hari lagi.
"Le."
Chenle menoleh melihat siapa yang memanggilnya. Dia sedikit memasang wajah risih begitu melihat siapa yang menyapanya.
"Kenapa, Njun?" Renjun sudah duduk di hadapannya. Dia tersenyum.
"Gue denger lu kekunci di gudang, ya?" tanyanya sambil menatap mata Chenle dalam.
"Kenapa lu ninggalin gue waktu itu?" selidik Chenle.
"Masa? Nggak, kok!" Renjun lagi-lagi tersenyum. Dia nggak takut giginya kering.
Chenle mengangkat sebelah alisnya. "Harusnya lu denger dong, suara teriakan gue? Kan gudang satu sama gudang dua deket."
"Kalo gue gak denger gimana?" Renjun nyolot.
Chenle berdiri dari kursinya. "Lu yang ngunciin gue, ya?"
"Punya bukti?"
Chenle melengos. Dia memang nggak punya bukti apa-apa. Dia mendengus kesal dan membereskan barang-barangnya.
"Mau kemana, Le?"
"Mau pergi. Disini bau bangke." Dia meninggalkan Renjun yang masih duduk diam. Kemudian, dia hanya tersenyum puas.
===
"Eun Bi, jangan bikin gue takut apa." Jeno duduk di hadapan Eun Bi yang sedari tadi hanya melamun. Mark yang duduk di sebelah Eun Bi juga merasa bingung untuk melakukan apa.
Lagi-lagi guru nggak ada yang masuk karena acara ulang tahun sekolah semakin dekat. Eun Bi sudah menghabiskan dua jam cuma buat ngelamunin hal yang baru aja terjadi.
Kelakuan Eun Bi itu sukses bikin Mark dan Jeno khawatir. Akhirnya, setelah dua jam lebih Eun Bi baru buka suara apa yang sudah terjadi.
"Kisah lu ribet amat, sumpah! Gue pusing." Mark malah memperparah suasana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers and I [✔]
Fiksi PenggemarPunya kakak judes macem Yuta, udah bikin Eun Bi ngebatin. Ditambah punya adek blangsak macem Chenle, buat Eun Bi mikir kenapa dia punya saudara nggak ada yang bener? Mereka beda bapak, tapi satu ibu Mereka beda sifat, tapi satu hati Eaaaa~ A...