02• Perlakuan Alvin bikin Melting

6.8K 620 49
                                    

'Logika-nya aku ingin melepaskan mu, tetapi Hati menolak, mengingat betapa nyaman dirinya berada didekat mu.'

---

"Nih guys," Keira menyodorkan pesanan sahabat-sahabatnya.

"Ciee. Yang tadi di baperin Alvin." Celetuk Dinda yang melihat adegan di stand Jus tadi.

"Sebel deh gue." Jawab Keira.

"Kok sebel, bukannya seneng." Ujar Ajeng bingung.

"Yah sebel, tu anak paling bisa ye buat anak orang klepek-klepek sama dia iss." Jawab Keira membuat sahabat-sahabatnya memutar bola mata.

"Dasarr"

"Eh Ki, gue penasaran deh. kenapa sih lu segitunya amat sama Alvin. Apa sih yang lu liat dari dia." Tanya Hanna memberanikan diri ketika hendak memakan baksonya.

"Ya emang sih, Alvin tu muka nya cakep, gemesin, athletis, paketu di basket, tajir, pacar material banget kalo di pikirin. Tapi nih ya, ga cape apa lu dikacangin dia terus. Ngomong aja jarang, sekalinya ngomong nancep banget dihati, ketus bukan main." Lanjut nya panjang lebar

"Iya Ki bener, ngapain lu ngejer-ngejer si Alvin. Pada hakikatnya kan cowo yang harus ngejer-ngejer cewe, kan sperma yang ngejer ovum. Cod-an gitu di oviduk." Ujar Dinda sambil menaik-turunkan alisnya.

"Yee, sebarangan lu." Tambah Ajeng, menjitak kepala Dinda.

"Gatau, gue tu nyaman aja kalo deket sama dia. Ngerasa adem kaya minum ademsari, ngerasa santai kaya di pantai, ngerasa nyaman kaya di kasur, dan ngerasa aman kaya di penjara." Jawab Keira ngawur sambil memainkan kaleng soda pemberian Alvin.

"Goblok, mana ada penjara aman" ucap Hanna sambil memutar bola mata.

"Sampe kapan sih Ki, lu mau ngejer-ngejer dia terus kek tadi? Gue sebagai sahabat lo justru risih akan hal itu." Ujar Ajeng sambil memainkan sedotan jus alpukat nya.

"Gue gatau. Gue juga pengen berhenti kalo bisa. Tapi apadaya kalo hati sudah berbicara. Logika sama hati gue sering beda pendapat. Tapi gue tetep satu pendapat sama hati. Karena apa? Karena gue nyaman dan seneng akan kenyamanan itu sendiri. Mangkanya gue gamau berhenti. Persetanlah kalian mau bilang apa." Jawab Keira ketus sambil memainkan bakso yang ada di depannya tanpa niat untuk mencicipinya.

Mendengar nada bicara Keira yang berubah Ketus, sahabat-sahabatnya pun tidak berani lagi menanggapi dan bertentang pendapat dengan Keira karena merasa terintimidasi.

"Gue ke toilet dulu." Lanjut Keira, langsung menjauh dari tempat duduknya.

"Elu sih Jeng,"
"Lah kok nyalahin gue, Hanna kan yang mulai,"
"Apa-apaan lu, gue tadi kan nanyanya  selo-selo aja."
"Yaudah samperin Keira yuk"
"Eh bentar, bakso gue masih nih. Sayang kalo ga di abisin hehe." Ujar Dinda yang kemudian dapat jitakan lagi dari kedua sahabatnya.

---

Keira tengah menatap dirinya meneteskan air mata di cermin toilet wanita sekolahnya. Dan tiba-tiba saja dia meninju hebat kaca tersebut sampai tangannya yang putih bersih sekarang menjadi merah di penuhi darah akibat serpihan-serpihan kaca yang menjadi berhamburan.

Sambil menatapi tangannya yang merah di penuhi darah, Keira tersenyum singkat karena dapat merasakan perih, tetapi nikmat baginya.

"KEIRA!! Lu gapapa?" tanya Ajeng yang di angguki kedua sahabatnya, mereka baru sampai ditoilet dan langsung kaget melihat keadaan Keira tengah memandangi tangannya yang di penuhi darah tanpa sedikitpun niat untuk menuju ke UKS.

"Ayo, UKS buru!!" Dinda dan Hanna pun langsung menarik paksa Keira untuk di bawa ke UKS.

Keira menghentakkan lengannya dari genggaman kedua sahabatnya itu sehingga darahnya tercecer ke lantai.
"Engga gue gapapa, lu semua balik aja kekelas bentar lagi bel bunyi. Gue mau cari udara dulu di taman belakang." Ujar Keira membuat sahabat-sahabatnya
bingung.

"Tapi Ki, tangan lu.." Bantah Ajeng

"Gue gapapa. Dan pliss jangan ikutin gue!" Lanjut Keira langsung meninggalkan sahabatnya itu.

Sahabat-sahabatnya pun hanya bisa mengangguk pasrah dan bingung dengan sikap Keira kali ini.

---

Keira duduk termangu di taman belakang sekolah yang memang jarang berpenghuni, tetapi senang ia kunjungi. Membawa ketenangan tersendiri baginya. Sambil memegangi tangannya yang masih berlumuran darah Keira mencoba untuk mengelap nya dengan dedaunan yang ada, karena dia tidak membawa tissue.

"Pake." Lipatan saputangan tiba-tiba saja muncul di depan muka Keira. Keira pun kaget dan bingung.

"Al..vin?" Ujar Keira begitu mendongak dan tergagap tidak menduga jika itu adalah Alvin.

"Pake buru!" Ujarnya lagi. Keira masih saja bingung akan perlakuan Alvin padanya.

"Manja!" Ucap Alvin tajam sambil meraih tangan Keira.

"Mau lu mati keabisan darah hah? Lola dasar!" Lanjut Alvin yang membuat Keira kembali ke dunia nyata.

"Biasa aja dong babe. Aku tau kamu khawatir. Aku juga bisa lap sendiri. Sini biar aku aja!" Jawab Keira akhirnya.

"Ga becus, gue aja!" Lanjut Alvin yang menyentakkan tangan Keira yang lain ketika hendak merampas saputangan itu darinya.

Keira tersenyum miris, melihat Alvin sedang membersihkan darah di tangannya dengan telaten.

Nyaman, pikirnya.

"Apasih guna nya nyakitin diri kayak gini. Enak kagak, ngerepoti orang iya." Deg. Celetuk Alvin membuat Keira tersentak.

Gimana dia bisa tau, batin Keira.

"Nih simpen, cuci. Jangan di ciumin!"
Ucap Alvin menyodorkan sapu tangan bekas darah Keira, Sambil menatap Keira dengan tatapan sedingin es.

"Siap pakboss. Makasih ya udah perhatian. Tambah cinta deh akunya." Jawab Keira menyengir bak kuda menutupi kebingungannya.

Alvin hanya menaikkan sebelah alisnya tidak menanggapi dan pergi dari taman tersebut tidak lagi berniat bolos karena keberadaan Keira. Karena Alvin tau pasti Keira sedang ingin sendiri karena itulah sebabnya ia berada di taman ini.

---
Mohon diberi pembenahan bila terjadi kesalahan atau typo dikolom komentar. Karena author juga manusia yang membutuhkan kasih sayang *eh dan plis sumbangan bintangnya agar author lebih semangat mikirin Alvin nya eh cerita maksudnya hehe.

lu-ciferrr,
Palembang, 27 Maret 2017.

KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang