04• Fokus Modus

6.6K 449 20
                                    

'Jadilah yang tak banyak bicara, tapi mampu membuktikan betapa besar cinta yang kamu tuangkan.'
---

Alvin menghempaskan tubuhnya di kasur King size kesayangannya masih dengan baju basket yang ia kenakan saat latihan basket tadi.

'Itu tadi beneran Keira bukan sih?'
Seketika terlintas di benaknya pertanyaan itu.

'Tapi kalo Itu beneran Keira, Kenapa jadi polos gitu, terus ga kenal sama gue,' banyak pertanyaan yang terlintas di benaknya karena memikirkan pertemuan singkatnya dengan Keira -atau bukan- di Mini Market tadi.

Baru saja ia ingin merehatkan mata sejenak mencoba untuk tidak menghiraukan ribuan pertanyaan di benaknya tentang ke-imutan Keira tadi. Ponselnya berdering menandakan ada yang menelfonnya.

"Hallo, iya pa."
"Yoi, biasa basket dulu."
"Gatau. Iya tenang aja."
"Beres.. Sip" Jawab Alvin mengakhiri perbincangan singkatnya dengan Farzan, Papanya yang sedang bertugas di Negeri Paman Sam untuk waktu yang cukup lama, membiarkan Kevin dan Keana serta mbok Laras dan mang Ujang untuk menjaga rumah.

Alvin beranjak dari kasurnya, berjalan ke pintu yang berada disebelah pintu kamarnya yang merupakan kamar Keana, adik perempuannya yang baru memasuki Sekolah Menengah Pertama. Di lihatnya kesayangannya itu sudah terlelap entah sejak kapan. Dan di ciumnya pelipis sang adik, membuktikan begitu besar rasa sayang yang ia tuangkan.

"Tumben cepet, biasanya galau-galauan dulu baru bisa tidur." Celotehnya sambil tersenyum sendiri. Di benarkannya selimut yang menutupi tubuh kecil penyemangat hidupnya itu dan di lihatnya sekali lagi wajah penat yang selalu ceria.

Damai, pikirnya.
Kemudian ia beranjak menuju kekamarnya lagi.

"Kea udah tidur pa, gatau kesambet apa tu bocah." Ujar Alvin menelfon kembali sang ayah.

"Yakali. Bosen gue tiap malem dia selalu bilang kalo 'cowo tu sama aja'. Udah di bilangin kalo gue tu beda, malah ngeyel." Curhat Alvin sambil mengambil gitar dan berjalan menuju balkon.

"Jadi laki ya harus pede dong pa, penerus papa nih masa kalah saingan guenya," Canda Alvin di sambut kekehan sang ayah diseberang sana.

"Yodah.. Waalaikumsalam." Salam Alvin menyudahi panggilan Farzan lagi.

Lain halnya sifat dingin Alvin kepada teman atau orang lain. Dia tidak dapat bertindak dingin kepada papanya, karena Alvin tau 'masalah' yang dideritanya tidak sehebat masalah yang pernah di alami papanya itu. Dan Keana, penyemangat hidupnya. Mana mungkin ia tega tidak memperdulikan adiknya yang sangat butuh perlindungan di masa labilnya itu.

---

🎶 Then you smiled over your shoulder
For a minute I was stone cold sober
I pulled you closer to my chest

And you asked me to stay over
I said, I already told ya
I think that you should get some rest..

I knew I loved you then
But you'd never know,
Cause I played it cool when I was scared of letting go..

KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang