'Kelihatannya aja strong, padahal mah stres tak tertolong.'
---"Ayo Key, gue anterin lu pulang." Setelah menerima telfon yang tak tau dari siapa, Alvin bergegas mengambil tas dan kunci motornya untuk menghantar Rara. Dengan cepat menggandeng tangan Rara berjalan menuju parkiran. Sepertinya ia sedang terburu-buru.
"Kamu ada masalah?" Tanya Keira membuat Alvin tiba-tiba berhenti berjalan. Matanya sontak memandang kosong jejeran motor yang ada di hadapannya, Rara yang memperhatikan gerak-gerik Alvin jadi merasa tak enak, "Ma-maaf Vin kal-"
Tersontak, tertegun, dan termangu ketika Alvin tiba-tiba saja berada dipelukannya.
"Please, 5 detik lagi." Bisik Alvin ketika Rara hendak melepaskan pelukan itu. Rara hanya bisa diam terheran, tanpa disaring oleh otaknya, tangan Rara secara spontan menggosok-gosok punggung Alvin membuat lelaki itu memejam kan mata sejenak.
Hangat,
Nyaman,
Rasa yang seperti rumah, yang menjadi tempat ia kembali.
Rasa yang telah lama mati, yang kini dihadirkan kembali oleh Rara.
Rasa yang sama, yang masih bisa membuat jantungnya berdetak tidak beraturan.Mungkin mustahil bagi Alvin, si dingin yang tak punya hati. tetapi inilah adanya, Laki-laki juga merasakan cinta kan?
"Thanks Ra," ujar Alvin tersenyum hangat membuat Rara bertambah shok melihat perubahan raut wajah Alvin yang kini berubah. Dari raut yang menunjukkan cemas dan panik menjadi ceria dengan senyum mengembang.
"Ayo, gue anter lo dulu. Baru balik, tadi dikabarin mbok kalo Keana tiba-tiba drop." Ujar Alvin lesu, memberikan helm kepada Rara untuk dikenakan.
"Keana?" Rara terheran mendengar nama yang begitu asing ditelinganya.
"Adek gue, ayo Key buru." Jawab Alvin menghidupkan motornya setelah Rara berhasil duduk diboncengan dengan aman.
"Kalo gitu aku ikut."
"Apa Key?" Suara deruman motornya membuat Alvin tak dapat mendengar ucapan Rara.
"Kalo gitu aku ikut, pengen kenalan sama Keana!" Ujar Rara setengah memekik membuat Alvin tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
---
"Gimana Keana, mbok?" Tanya Alvin sesampainya dirumah kepada mbok Laras, langsung bergegas menuju kamar Keana dilantai 2. Meninggalkan Rara yang dihadang mbok laras di bawah tangga.
"Udah baikan den," Jawab mbok Laras sibuk mencegat Rara.
"Non ini, pacarnya mas Alvin?" Tanya seorang wanita dengan umur kisaran 40 tahunan dengan rambut acak-acakan dan lap tersampir dibahu kiriny, mbok Laras. Berbinar memandang Rara dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Cantik." Gumamnya."Ayo atuh non, ngobrol dulu sama mbok. Oh iya, Mau minum apa? Es Susu cokelat mau? Minuman favorite den Alvin mah itu. Mau ya? Tunggu sebentar, mbok cus dulu." Lanjut mbok Laras heboh kepada Rara yang duduk kaku di sofa ruang tamu rumah, karena diseret mbok Laras.
Rara menatap tangga yang tadi ditapakki Alvin untuk menuju lantai atas, ada niat dihatinya untuk menghampiri Alvin yang pasti sedang berada di kamar Keana saat ini. Tetapi tentu saja ia tidak senonoh itu untuk langsung naik kelantai 2. Selain tidak sopan, ia juga takut mengganggu Alvin dan Keana.
Karena bosan, Rara memutuskan untuk sedikit berkeliling sejenak di sekitaran ruang tamu sambil menunggu mbok Laras kembali. Matanya berhenti seketika, terpaku melihat lelaki dengan senyumnya yang khas. Membawa setangkai mawar dengan tulus, bergaya seperti ingin memberikan mawar itu kepada orang yang memandangnya. Tercetak indah disebelah vas yang diisi oleh banyak bunga mawar merah hidup yang masih fresh, terlihat jika kumpulan mawar itu sering diperbarui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keira
Ficção AdolescenteDia Alvin, cowo dingin yang hidupnya ga pernah ada yang namanya wanita dan tidak akan pernah ada "katanya". Bertemu cewe urak-urakan dan kalem disaat yang bersamaan. Tidak, bukan dua orang cewe sekaligus. Melainkan hanya satu orang yang memiliki du...