chapter 10

2.5K 115 0
                                    

Aku sudah tidak peduli lagi, aku berharap kehidupan ku akan berubah saat aku menikah ternyata​ semua sama saja yang ada cuma kekosongan dan hampa. Aku sudah cukup lelah untuk mengejar yang tidak pasti. Aku sudah lelah menjadi budak takdir aku akan mencari sendiri kebahagiaan ku.
.
.
.
.
.

"Kemana dia?" Melihat meja makan yang kosong momplong. "Apa dia masih tidur? Mana mungkin biasanya kan jam segini dia sedang siapkan sarapan sebaiknya aku periksa." Berjalan kearah kamar hinata

Tok

Tok

Tok

"Hinata kau di dalam?" Tanyanya
"Hinata bangun ini sudah pagi!" Sedikit meninggikan suaranya agar Hinata mendengar suaranya"Hinata!! apa kau tidak mau membuat sarapan?!"

"Ada apa ini kenapa dia tidak menyahut ku, biasanya baru di panggil namanya saja sudah langsung datang, apa dia sedang sakit? Aku masuk sajalah toh yang ku masukin kan kamar istri ku berarti aku tidak lancang kan." Batin naruto sambil membuka kamar Hinata

Naruto terkejut dengan yang dia lihat.
Kamar Hinata kosong dia sama sekali tidak melihat jejak Hinata di sana. Bahkan kasurnya saja masih rapi seperti tidak di gunakan sama sekali.

"Ck, sialan! Apa dia tidak pulang lagi semalam?!!!" Ucapannya penuh amarah kemudian keluar dari kamar Hinata sambil membanting pintu kamar Hinata dengan kuat.

.
.
.
.
.
.

"Wah, wah, lihat ini, sepertinya wajah mu mesti di setrika Naruto baru pagi sudah kusut begini."

"Ck, diam kau shika aku sedang tidak mood pagi ini!!"

"OOoo baiklah."

"AHGHHHH!! AISSSTT!!" Erangan Naruto sambil menjambak rambutnya kemudian memijit pelipisnya yang sedikit nyeri

"Hufh, kau kenapa lagi?" Tanya Shikamaru baik-baik

"Kepala ku pusing shika." 😧

"Iya pusing kenapa?"

"Dia tidak pulang lagi semalam."

"Siapa? Saku-."

"Tentu saja istri ku kepala nanas! Kenapa pula ke sakura!!"

"OOooo aku sangka kau menceritakan sakura lagi."

"Bukan bodoh tentu saja hinata, kenapa pula nyangkutnya ke sakura yang tinggal bersama ku kan Hinata."

"Yah mana aku tau belakangan ini kan kau selalu mengeluh tentang sakura jadi aku berpikir begitu."

"Sudahlah aku tidak mau membahas dia!"

"Tumben? Bukannya kau khawatirkan dengan dia belakangan ini?"

"Dia sedang di Okinawa bersama sakuse sekarang jadi apa yang harus ku khawatirkan."

"OOOooo" sebenarnya Shikamaru tahu dimana sakura sekarang. "Lalu ada apa dengan istri mu itu?"

"Dia tidak pulang semalam."

"Mungkin dia ada urusan kali."

"Urusan apa hm?!! Sampai semalaman tidak pulang ini bukan hanya sekali kau tau! Lalu dia tidak meninggalkan pesan sama sekali"

"Jadi kau khawatirkan?"

"Ck, khawatir?! Hm mana mungkin! Dia terlalu lancang sudah berstatus masih saja berperilaku seperti masih sendiri."

"Lalu kau mau apa? Menceraikannya?"

"B-bukan begitu kau ini kenapa Shikamaru main bilang cerai begitu! Sudahlah bicara dengan mu bukan mengurangi sakit kepalaku sana pergi kerjakan pekerjaan mu." Perintahnya

"Wah lihat ini siapa yang sedang khawatir." Batin Shikamaru melihat Naruto yang sedang kalang kabut "kalau merasa khawatir pergilah cari dia urusan disini biar aku yang urus."

Sebenarnya Naruto ingin tapi dia mau cari kemana, dia bahkan tidak punya nomor ponsel Hinata, yang dia tahu Hinata selalu bermain ke tempat orang tuanya kalau mencarinya kesana ternyata dia tidak ada apa yang akan dia katakan pada kedua orang tuanya...

Sebenarnya itulah yang pembuat Naruto frustasi dia tidak tau siapa saja teman-teman Hinata, nomor ponselnya, kemana saja dia pergi, tidak tidak tau apa-apa soal Hinata sehingga membuatnya frustasi harus mencarinya kemana??

Setelah sekian menit Naruto keluar dari ruangannya." Shikamaru, kau urus disini aku mau mencari istri ku."ucapnya tergesa-gesa

Dia sudah merasa sangat frustasi dia akan mencari kerumah orangtuanya.
.
.
.
.
Sesampainya di kediaman Uzumaki
.
.
.
"KAA-SANN.., KAA-SAN??" Teriak Naruto

"Bugh, DASAR TIDAK SOPAN! KAU INI BISA TIDAK JANGAN TERIAK-TERIAK!! " Amuk khusina

"Aduh, kaa-san ini suka sekali memukulku." Rengeknya.

"Itu salah mu bodoh, ada apa datang kemari pakai teriak-teriak lagi."

"Eto.., anu.. kaa-san hm-."

"Bicara yang benar." Perintah khusina

"A-anu.. apa Hinata datang kemari?" Tanyanya

"e-eh tidak ada apa? Kalian bertengkar?" Tanya khusina khawatir

"e-eh tidak kok Kaa-san kami baik-baik saja."

"Owh syukurlah, KAU! (tunjuknya pada Naruto) AWAS KALAU KAU MACAM-MACAM DENGAN HINATA!."

"glug,(menelan air liur) i-iya aku tidak akan macam-macam janji kaa-san." Bergidik ngeri pada kaa-sannya "kaa-san aku minta nomor ponsel Hinata?." Sambungnya

"kau tidak memilikinya?" Tanya khusina dengan kerutan di dahinya

"Punya punya kaa-san tapi HP aku ke format jadi hilang."

"Owh, begitu baiklah ini XXXXXXXXX lain kali nomor istri harus di hapal dengar itu naru-kun."

"Iya kaa-san" "dan maaf anak mu yang tidak becus ini" sambungnya dalam hati

"Hinata kau kemana sih?" Batinnya khawatir sambil berjalan keluar rumah orang tuanya dan menuju mobil sport hitamnya.

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








To be continue

HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang