Chapter 1

357 12 2
                                    

Good day & have a good friyey, everyone :)

"Rhaya. Rhaya. Astaga! Anak satu ini minta dibangunin pagi kenapa tidur lagi? Bangun dong, Sayang. Ini sudah jam enam lho.", heboh Mama tepat di telinga Rhaya sambil menarik bedcover yang menyelimuti tubuh anak perempuan satu-satunya itu yang rupanya kebablasan tidur lagi.

Rhaya mengerjabkan mata. "Iiiih, Mama. Rhaya masih ngantuk nih. Semalam baru tidur jam satu.", dumelnya meraih boneka berbentuk anjing berwarna putih dan kembali memeluk erat buntalan empuk itu.

"Hei, kamu jadi tugas ke Yogya nggak? Katanya semalam ke sana dengan penerbangan jam sembilan. Buruan bangun kalau tidak kamu bakalan ketinggalan pesawat, Ya."

Mendengar kata 'Yogya' membuat Rhaya otomatis membuka kedua mata lebar dan bangkit dari ranjang. Matanya langsung melirik jam digital di meja rias yang menunjukkan pukul enam lewat tiga pagi.

"Mati gue!"

"Rhaya Arianrhod Franca! Apa yang Mama bilang soal mengumpat di dalam rumah?", Mama mendelik tajam mendengar umpatan Rhaya yang kini tengah heboh mengambil pakaian yang langsung dijinjingnya menuju luar kamar.

"Maaf, Ma. Sumpah deh Rhaya keburu-buru sebelum betulan dibantai Albert.", ngeles Rhaya sambil nyengir kuda

Dengan terburu-buru ia menuju kamar mandi, dan...

Terkunci?

Sial!

"Rhakiiiiii! Buruan dong mandinya. Gue telat nih!", teriak Rhaya di depan kamar mandi sambil menggedor heboh pintu dengan ketukan beruntun tanpa jeda. Bahaya kalau sang kakak yang mandi pagi duluan, bisa-bisa alamat Rhaya bakalan telat ke airport karena menunggu Rhaki yang entah kenapa suka sekali berlama-lama di sana. Meditasi atau jangan-jangan... ah, masa bodoh 'lah! Yang pasti Rhaya harus segera madi sebelum seniornya, Albert mengamuk di airport saat ia menampakkan diri nanti.

Mendadak pintu kamar mandi ditarik terbuka dari dalam dan menampakkan sosok lelaki berbalut handuk di pinggang bertelanjang dada. Rhaki, kakak laki-lakinya bertampang suntuk sambil melotot. "Berisik! Gue lagi enak-enak mandi malah elo gangguin. Dasar adik durhaka!", dampratnya langsung.

Rhaya menjulurkan lidah dan dengan semena-mena langsung mendorong Rhaki menyingkir keluar dari kamar mandi. "Elo kebiasaan kelamaan di kamar mandi sih. Hus, hus. Gue mau mandi."

Braak!!!

"RHAYAAAAA!!! Kalau gue masuk angin elo harus tanggung jawab!", Suara Rhaki menggelegar dari luar pintu kamar mandi yang tertutup merutuki Rhaya yang malahan terkekeh geli di dalam kamar mandi.

~

"Mamaaaaaa! Kok nggak bangunin Rhaya dari jam lima sih?", tanya Rhaya begitu turun dari kamarnya dengan terburu-buru setelah mandi dan dandan seadanya. Blazer hitamnya saja masih kusut karena belum diseterika.

"Mama udah bangunin kamu dari jam setengah lima, Ya. Kamunya saja yang kayak kebo.", tandas Mama langsung yang cukup nyelekit dihati. Masa anaknya yang imut dipanggil kebo sih? Mama sentimen nih.

"Kamu ke Yogya berapa hari, Sayang?", tanya Mama sambil meletakkan secangkir susu hangat dan nasi goreng yummy pakai irisan daging dan ati ayam di hadapan Rhaya, favoritnya.

"Cuma tiga hari kok.", jawab Rhaya seraya menyuap sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya. Ia buru-buru karena pesawat berangkat pukul 09:15 pagi. Rencananya Rhaya akan berangkat dari jam enam pagi tadi, karena tahu sendiri 'kan Jakarta itu seperti apa kalau pagi? Pasti macan tutul alias macet total! Gara-gara ketiduran lagi setelah mematikan alarm sekitar jam empat subuh tadi, sekarang Rhaya harus berangkat jam tujuh dari rumah. Dari Kebayoran ke Cengkareng? Hu hu hu, walaupun naik TOL dijamin deh pasti jalan TOL lingkar luar dan JORR bakalan macet banget.

"Eh, belum berangkat elo, Ya? Ke airport kesiangan sama saja harakiri.", celetuk Rhaki yang baru saja turun dari kamarnya yang berada di samping kamar Rhaya di lantai dua. Ia mengenakan kaos santai dan celana pendek. Biasanya kalau Rhaki santai begini berarti dia semalam pulang diatas jam sepuluh alias lembur semalam dan bakalan baru berangkat kerja siang nanti. Hmm, enaknya jadi engineering consultant.

"Gue dengar di radio, TOL arah bandara masih lancar sih, gue nggak jamin sepuluh menit lagi bakalan kayak gimana.", Rhaki mengambil duduk di depan kursi Rhaya yang tengah menyerang nasi goreng buatan Mama dengan membabi buta.

"Elo nggak kerja, Ki?"

"Masuk siang. Kemarin gue di proyek sampai jam 11 malam."

Rhaya menatap kakaknya penuh binar pengharapan saat Rhaki tengah menyuap nasi goreng ke mulut dan mengunyahnya. Sudah saatnya ia mengeluarkan jurus itu.

"Ki, kok hari ini elo ganteng banget ya?", puji Rhaya sambil berpangku tangan menatap Rhaki dengan senyum manis.

Bulu kuduk Rhaki tiba-tba meremang ngeri. "Iih, jijay banget bahasa elo, Ya. Gue tahu jurus memuji palsu elo itu, dan jawabannya adalah gue nggak mau ngantar elo ke airport. Titik nggak pakai koma!"

"Elo nggak kasihan sama adik perempuan elo satu-satunya yang imut ini, Ki? C'mon, my big brother yang paling baik sedunia. Antarlah si bungsu ini ke airport, please."

"Masa bodo! Gue mau tidur coz gue masih ngantuk berat."

"Rhaki pelit!"

Rhaki menjulurkan lidah kemudian menyendok sesuap nasi goreng dan langsung menyunyahnya sadis.

'Iiih, amit deh punya kakak begini.', batin Rhaya sebal.

"Sudah, sudah. Kakak adik kok ribut mulu sih.", lerai Mama yang baru ikut duduk di meja makan. Seperti biasa, Mama duduk di kursi Papa sambil menyesap lemon mint tea dan menemani mereka sarapan pagi.

"Ma, Rhaki tuh. Masa nganterin adiknya yang imut ini saja nggak mau.", adu Rhaya.

"Ma, jangan dengerin nih anak. Aku 'kan mau istirahat coz nanti siang aku harus ke proyek lagi di Dawuan.", demo Rhaki yang malahan kini tengah adu melotot dengan Rhaya.

Mama mendesah panjang pasrah. Padahal kedua anaknya sudah dewasa tapi tetap saja tingkah lakunya masih bak bocah. Yang laki-laki jahil dan suka sekali mengganggu adiknya, sementara yang perempuan selalu sensitifan kalau dikompori kakaknya. Tiada habisnya tiap hari ia menjadi penengah kedua anak kesayangannya ini.

"Rhaya sayang, kamu naik taksi saja hari ini ya. Masa kamu nggak kasihan sama kakakmu yang harus bolak-balik? Cengkareng 'kan jauh, belum lagi macetnya. Kamu juga 'kan kalau lembur juga sering dijemput Rhaki, gantian dong biar kakakmu istirahat hari ini, oke? Hayo cepetan makannya dan pesan taksi. Kalau telat, Albert pasti marah sama kamu.", Mama dengan lembut membelai kepala Rhaya dan tersenyum.

"Iya, iya, Rhaya ngerti, Ma. Tapi pulangnya gue dijemput ya, Ki. Please.", rengek Rhaya sambil memandangi Rhaki dengan mata berbinar penuh pengharapan lagi. Dasar Drama Queen!

Sesaat Rhaki hanya terdiam sebelum berakhir dengan pasrah mendengus pendek. "Begini nih kalau punya adik perempuan satu-satunya. Iya, gue jemput pas pulangnya. Whatsapp gue saja jadwal kepulangan elo biar nggak bentrok sama schedule kerja gue.", ujarnya seraya menyesap kopi hitam panas buatan Mama yang barusan dibawakan bi Jumi, asisten rumah tangganya Mama.

Rhaya tersenyum lebar, "I love you sooooo much, my dear Brother."

~*~

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang