06

9.4K 1K 67
                                    

Teo yakin betul Tampanlah pelakunya. Siapa lagi coba kalau bukan dia? Udah jelas Tampan membahas tentang itu waktu di perpustakaan kemarin. Cowok itu meledeknya. Seolah nggak merasa berdosa, Tampan malah mengelak. Sok-sokan  nggak tahu. Lari dari tanggung jawab. Lempar batu sembunyi tangan.

Teo jeli kok. Tahu mana benar, mana salah. Jadi sepertinya menuding Tampan sebagai biang keladinya itu bertolak belakang. Teo punya alasan. Melihat kejadian di perpustakaan nggak ayal dugaan Teo jatuh pada cowok itu. Teo yakin betul.

Namun Teo harus punya bukti. Tapi apa?

“Ra, pinjem hapemu, dong!”

Rara dari tadi sibuk dengan ponselnya seketika melirik. “Buat?”

“Liat ig. Bentar aja!”

Rara mengangguk. “Nih! Tapi nggak buka akunmu, kan?” Rara bertanya, dan langsung dibalas dengan gelengan Teo.

Teo yakin betul, foto itu pasti ada di ig Tampan. Pasti cowok itu udah mengupload foto itu setelah menempelkannya di dinding. Orang kayak Tampan kan nggak cukup sekali dalam membuat ulah. Cowok itu nggak pernah merasa puas dalam membully Teo.

Tapi… nama akun Tampan apa?

“Ra, kamu tahu nama akunnya Tampan?”

Rara melirik. Segaris senyum seketika tercipta disana. “Kan kejadian kaaaan!”

“Maksudmu?”

“Halaahh gausah sok polos, deh! Awalnya aja sok gengsi! Ujung-ujungnya kesemsem juga!”  Ujar Rara meledek.

“Eh! Ini tuh nggak ada sangkut pautnya sama itu, ya! Aku cuma tanya akunnya doang, kok. Kok malah  jadi nyerempetnya ke situ, sih?!” Teo mengerut heran.

“Iya-iya deh percaya, kok!” Rara menahan tawa. “Nama akunnya apa, ya?  Aku nggak tahu.” Pandangan Rara mengedar. Matanya menjumpai seseorang. “Eh, Siti! Sinih!” Rara melambai, memanggil Siti yang sedang menyapu di ambang pintu. Melihat itu cewek itu bergegas mendekat.

“Kenapa, Ra?”

“Kamu salah satu fansnya Tampan, kan? Tahu ig-nya Tampan, nggak?”

Siti kelihatan bersemu. Menahan malu dibalik senyuman manisnya. “Kenapa emangnya?”

“Aku pengen tahu, doang.”

“Bentar.” Siti segera menyalakan ponselnya. “@TampanRupawan.”

“Yaudah! Thanks, ya! Udah sanah lanjut nyapu lagi!” Ujar Rara mengusir. Dibalas senyuman kecut di bibir Siti. “Ketemu?”

“Alay banget namanya.” Teo sedikit mencibir. “Ini paketanmu masih nggak sih? Belum 4G, ya?”

“Ibu mutung nggak mau beliin. Katanya besok nunggu Bapak gajian.”

Teo menanggapi sekenanya. Tubuhnya menegak seketika. “Udah masuk nih. Gila aja tuh orang! Followernya dua ribu!” Teo sedikit mendelik. “Ah palingan juga beli followers tuh orang! Orang kayak dia mah banyak nggak murninya.”

“Emangnya kamu nyari apaan, sih?”

“Fotoku.”

“What?!”

Mendapati reaksi Rara, Teo langsung tersadar. Terlalu fokus pada ponsel membuat Teo nggak bisa konsen menanggapi pertanyaan Rara.

“Ma-maksudku… fotoku… Ya, fotoku!...eee.. ke-kemaren aku bikin doodle… Terus ilang! Ka-kali aja Tampan yang ambil. Terus di aplot di ig. Cowok kayak dia kan reseknya bukan main.” Diakhiri wajah kesal Teo yang dibuat-buat. Semoga aja kalimat ngasal itu kelihatan meyakinkan di mata Rara.

TAMPANTEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang