34

5K 537 70
                                    

Note: JANGAN PLAY musik di atas. Tunggu aba-aba saya di PARAGRAF AKHIR chapter ini. Usahakan cepet pindah ke posisi semula baca yaaa. Nurut sama saya okay. Siapin earphone kalian. Enjoyy.

.

.

.

.

.

.

.

"Menemani itu soal waktu. Melengkapi itu soal hati"
- Adyatama Tampan Arjuna

...

Rasanya ditinggalkan?

Hancur.

Satu kata, namun bisa mewakili bagaimana perasaan laki-laki yang termenung saat ini.

Tampan tak lagi hidup. Hari-harinya dipenuhi warna abu-abu. Bak awan yang tak lagi biru. Tampan tak lagi bernyawa, lebih mirip seperti mayat hidup yang kehilangan harapan.

Jangan tanya seperti apa Teo di hatinya. Semuanya sudah jelas. Teo pemilik hati ini sepenuhnya. Tak ada orang lain. Hanya lelaki itu. Sekelumit kisah telah mereka jalani. Menyusuri lika-liku percintaan sebagaimana pasangan yang saling mencintai. Namun ketika hubungan mereka kembali diuji, mengapa kini Teo memilih meninggalkannya?

Tampan tidak punya gagasan. Pikirannya buntu. Tak ada alasan kenapa Teo bisa setega itu. Melukai hatinya yang memang tulus. Haruskah berakhir seperti ini? Haruskah semua selesai begitu saja? Tampan membutuhkan penjelasan. Penjelasan atas sikap Teo yang membuangnya begitu saja. Ketika dirinya sibuk mencari keberadaan cowok itu, justru berita pilu yang menyambutnya ketika bertemu.

Namun Tampan harus tetap realistis. Kepergian Teo tidak akan menghentikan waktu. Tampan juga akan tetap menjalani kehidupannya. Mau tak mau. Bersama Teo atau tidak. Tampan tidak bisa terpaku pada satu titik. Ini bukan film drama, atau skenario dalam sebuah novel. Namun satu yang pasti, semua itu akan terasa amat berat. Semua tak lagi sama. Detik, menit, jam, bahkan hari, tidak akan sama ketika ada Teo di kehidupannya.

Teo sudah banyak menorehkan kisah. Teo sudah banyak menciptakan pita memori yang kini telah menjadi bagian dari dirinya. Teo bukanlah mereka yang hanya sekedar datang dan pergi, bukan sebagai orang asing atau teman sepergaulan biasa.

Teo itu separuh jiwanya.

Dan mendapati fakta bahwa Teo tak lagi bersamanya, membuat Tampan merasa ditusuk begitu dalamnya. Menembus dada, hati, sampai ke punggungnya.

Jangan tanya rasanya bagaimana. Rasanya lebih perih dari luka yang disiram cuka. Bedanya, luka itu tak ada. Namun terasa begitu nyata.

"Beda banget, Bro, hari ini? Kenapa? Remidi Fisika lagi?" Mendengar ucapan Bono—salah satu seksi kebersihan di kelasnya—membuatnya tersenyum simpul.

"Pan, jangan galau gitu, dooonggg." Sahut Siska, perempuan yang mengaku dirinya sebagai ARMY, EXO-L, dan Wannable ini juga merasakan hal yang sama.

Tampan tersenyum simpul. Menutupi. "Nggak kenapa-napa."

Tampan menjadi pendiam. Sepanjang matanya memandang, rasanya ada celah kosong di sana. Menggambarkan suasana Tampan yang kini tidak begitu baik. Ia yakin, kini Teo ada di kelasnya. Yang dia lakukan? Entah. Tampan tak tahu. Yang pasti Tampan tidak ingin bertemu dengannya saat ini. Bukan karena Tampan marah, tapi, Tampan ingin supaya Teo lebih tenang. Tampan harus bersabar. Menunggu waktu yang tepat tuk membicarakan hal ini.

TAMPANTEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang