Semenjak hari itu, Tampan kurang menyukai keberadaan Sandi. Bukan apa-apa, hanya saja, keberadaan Sandi sedikit mengusik perhatiannya untuk lebih mengamati Teo. Mungkin Sandi memang nggak punya maksud apapun. Karena pada dasarnya, memang cowok itu hanya sekedar berkenalan dengan Teo, tapi ya itu, setelah sesi saling bertanya nama beberapa waktu lalu, Sandi jadi lebih dekat dengan kekasih Tampan itu.
Tampan memang lagi jealous. Tampan nggak bisa munafik. Cowok itu bisa cemburu kapanpun juga ketika melihat Teo bercanda dengan Sandi. Mungkin jika candaan biasa Tampan masih bisa memaklumi. Namun ini berbeda, Tampan bisa melihat Sandi beberapa kali membuat kontak fisik terlebih dahulu pada Teo. Seperti mengacak rambut, merangkul bahu, bahkan mencubit pipi yang bahkan Tampan jarang melakukan hal itu.
Tapi Tampan nggak mau mengumbar itu. Kesel sih memang. Tapi Tampan tahu malu, juga situasi. Sekarang mereka nggak cuma bertiga. Ada anggota baru yang bergabung dengan mereka.
Namanya Raihan, teman Teo yang katanya masih kelas sembilan SMP. Raihan nggak sejempalitan Sandi. Cowok berkacamata bundar itu kelihatan kalem. Mirip Teo dulu. Eh, nggak, deng. Teo nggak sekalem ini. Soalnya, Tampan masih ingat dulu, baru ketemu aja, mereka udah adu jotos.
Mereka berempat di dalam mobil Tampan sekarang. Teo dan Raihan duduk di belakang, sedangkan Tampan duduk di balik kemudi dan harus rela berjejer dengan Sandi.
Ngomong-ngomong, hari ini mereka berniat membuang penat, melepaskan beban diri dengan bertamasya ria. Mereka merencanakan ini karena hari ini hari libur nasional. Dan berhubung Teo nggak mau gabut di rumah, dan juga Tampan yang ingin bertemu sama Teo, ditambah Sandi yang nuntut pengen main keluar bareng Tampan, pada akhirnya Teo mengajak Raihan. Yang kebetulan juga ingin mengisi hari libur ini dengan kegiatan yang lebih berarti ketimbang berdiam diri di rumah.
Mereka berencana untuk ke pantai. Maka dari itu, mereka sudah mempersiapkan semuanya. Minimal mereka harus membawa baju ganti dan celana dalam. Nggak kebayang, kan, kalo mereka cuma pake celana nonsubsidi. Berasa ada belut yang menelusur di paha mereka ketika mau ngapa-ngapain. Kan nggak lucu.
Sandi terus bercerita di sepanjang jalan. Tampan enggan menanggapi. Namun anehnya, dengan murah hati Teo berusaha untuk enggak mengacangi. Tentu Tampan berhasil dibuat cemburu, Tampan nggak suka gelak tawa Sandi yang begitu lebar sampai-sampai terpingkal ketika menanggapi Teo. Padahal, Tampan sama sekali nggak menemukan unsur humor dalam kalimat Teo barusan. Dalam diam, Tampan meliriki Sandi sengit. Namun pekanya Sandi nggak selevel sama pekanya Tampan pada Teo.
Sandi terus seperti itu selama tiga jam perjalanan. Dan pada akhirnya cowok itu kelelahan, tertidur dengan mulut menganga kearah jendela. Kadang berubah arah ketika mobil ini mengalami guncangan. Dan sialnya, goa berlendir itu selalu mengarah ke wajah Tampan.
“Lama-lama aku gaplok juga nih orang!” Untuk kesekian kalinya Tampan menyingkirkan wajah menyedihkan itu. Tampan melirik kebelakang melalui kaca tengah mobil. Teo masih terjaga baik disana, disampingnya pula masih ada Raihan yang senantiasa melayangkan pandangan menatap pepohonan di samping kirinya, tatkala membenahi posisi kacamata bundarnya ketika benda itu terasa berubah di hidungnya.
“Kamu nggak pusingan, kan, Han?” Teo menolehkan wajahnya ke kiri. Raihan yang sedari tadi diam membuat Teo sedikit memperhatikannya. Teo tahu, Raihan jarang naik mobil. Jadi harap maklum.
“Nggak, kok, Mas. Aku nggak papa.” Raihan membalas dengan tenang, lagi-lagi membenahi posisi kacamatanya yang melorot.
Mereka mulai memasuki kawasan terbuka, dari sini mereka mulai melihat keberadaan pepohonan yang mulai jarang. Terik matahari juga meningkat ketika mereka membuang mata ke luar mobil.
“Lihat, Mas! Pantainya udah kelihatan!” Raihan menolehkan dua wajah itu. Jalan yang menanjak ini membawa mereka melihat batas antara daratan dan perairan di sebelah kiri mereka. Biru dengan garis putih di tepinya, menandakan kalau mereka sudah dekat. Ketika mereka mulai bergerak turun, pemandangan itu perlahan menghilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMPANTEO
Romance[BxB 17+] [END] copyright©2017 Original written by Naarenn 26 Feb 2017 - 18 Sep 2018 Teo membenci Tampan-anak kepala sekolah-sejak masa orisentasi siswa. Meski mereka belum pernah bertemu, tapi Tampan cukup terkenal dengan gelagat manja dan sikap d...