23

5.5K 641 68
                                    

Teo tersenyum puas. Sekarang barang yang akhir-akhir diinginkannya sudah ada di depan mata. Teo nggak bisa berhenti mengulum senyum ketika menatap benda itu. Bayangan akan Tampan yang akan tampak terkejut, kesal, dan bahagia akan sangat amat lucu.

Awalnya Teo bingung. Teo nggak tahu pasti mana yang Tampan suka, Bumble Bee atau Optimus Prime. Berhubung Bumble Bee lebih berkarakter, jadi dia memilih Optimus Prime.

Ralat, maksud Teo, Bumble Bee.

Sekarang, Teo tinggal menunggu momen yang tepat. Kira-kira, drama apa yang harus Teo buat supaya Tampan merasa sedikit terpedaya? Teo nggak pandai mendrama. Nilai praktek drama Teo aja ngepas KKM. Mungkinkah dia harus meminta bantuan seseorang?

Eeeerrrr...

... Rara?

Oh nggak! Nggak!

Teo kapok. Teo nggak mau kejadian macam kemarin itu terulang lagi. Kadang Rara nggak bisa dipercaya, untuk beberapa hal. Rara itu terlalu terobsesi untuk membuat dirinya dan Tampan untuk cepat ena-ena. Wat de fak?? Teo nggak mau!

Mikirnya entaran lagi, deh! Teo nggak ada ide.

Teo mengetukkan jari. Entah kenapa, cowok itu mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Ketika cowok itu menyalakannya, nggak ada satu notifikasi pun tertera di sana.

Termasuk, pesan dari Tampan.

Tumbenan cowok itu nggak mengiriminya pesan. Padahal, dia paling rajin untuk mengingatkannya makan. Bahkan untuk mengucapkan selamat pagi. Mbak-mbak di minimarket aja kalah.

Mungkin Tampan kehabisan quota.

Mustahil. Tampan kan pake Wifi.

Lowbat mungkin?

Au, ah! Kenapa Teo jadi mencurigai Tampan?

Teo turun dari ranjang. Setelah membereskan kamar, mandi, dan merasa ganteng, Teo bergegas ke meja makan untuk mengisi perutnya.

Seperti biasa, Wulan-ibu Teo-sudah mempersiapkan semuanya di meja makan. Teo tinggal memilih, mana yang mau ia makan. Selama ini Teo nggak pernah milih-milih makanan, Teo nggak pernah ambil pusing sama makanan ibunya. Apapun dia makan. Apapun itu yang penting masuk dalam kategori makanan, dan tentunya nggak basi dan bikin keracunan.

Seiring waktu berjalan, entah kenapa Teo merasa janggal. Bolak-balik ia memeriksa ponselnya. Dan pesan itu nggak kunjung muncul. Bahkan ketika Teo sedang membantu Bapaknya mencabuti rumput di halaman, Teo menyempatkan diri untuk meniliki ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dan hasilnya masih sama. Tampan belum juga mengiriminya pesan.

"Apa yang menarik dari hapemu itu, lho? Bolak-balik dilihatin. Nggak bakal berubah jadi kucing, kok!" setelah itu Joko menggeleng. Memperhatikan gelagat anak semata wayangnya itu.

Teo menurunkan bahu. Tampan kenapa, sih? Tumbenan dia setenang ini. Ponselnya nggak bersuara sejak tadi. Kecuali, untuk notifikasi paket bonus SMS dan nelfon.

Apa jangan-jangan Tampan marah?

Tampan jengkel sama Teo?

Atau jangan-jangan...

... Teo udah kelewat batas?

Tuh, kan! Tampan pasti marah!

Teo pasti sudah kelewatan dengan semua ini. Membuat Tampan muak dan membisu. Udah tahu Tampan orangnya sedikit sensitif, tapi Teo malah nekat melakukan ini!

Ini semua gara-gara Sandi!

Cowok itu yang mempunyai ide ini. Sandi yang menyebabkan semua ini. Sandi yang menyuruh Teo untuk pura-pura marah sama Tampan. Pokoknya Sandilah penyebabnya!

TAMPANTEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang