"Karna tatapan berbeda
dapat Membuat
perasaan juga berbeda".***
DRTTT.....
Olif menahan kesal, mengutuk sang penelfon yang mengangu tidurnya, Olif menjawab telfon tanpa melihat dulu sipenelfon.
"Ini gue Panji" ucap sang penelfon yang ternyata Panji.
"Lo! dapat nomor gue dari mana?"
"Dari Sifa"
Sifa!!tunguin gue besok!!.
"Lif, jalan ya ama gue ?"
"Nggak mau" tolak Olif cepat, saat ini Olif sangat malas untuk pergi dari tempat tidur kesayangannya.
"Kapan maunya?"
"Nggak tau" jawab Olif tidak sabar, dia hanya ingin melanjutkan tidurnya.
"Brarti ada rencana mau kan?" Olif memutuskan telfon,dan Saat ini juga ia sangat malas untuk berdebat dengan Panji. Olif hanya ingin Tidur 😢.
5 menit kemudian Drtttt..
"Apaan lagi, Ji " ucap Olif gemas
"Hehe, cuma mau nanya doang. Lo udah mau belum?"
"Belum" sambungan tertutup
3 menit kemudian drttt...
"Skarang gimana?"
"Belum Ji, belum dan nggak akan perna mau lo ngerti nggak sih" ucap Olif kesal Kali ini Panji benar-benar membuat mood Olif hancur.
Beberapa detik kemudian Hp Olif kembali berdering, Olif kali ini benar-benar menyerah, cowok ini sudah sangat menggangunya.
"GUE MAU JALAN SAMA LO" teriak Olif pasrah.
"Jalan?sama gue?" tanya suara di sebrang kebingungan, Olif melihat nama si pemangil Aan. Olif menghela nafas pasrah mengutuk dirinya sendiri atas kecerobohannya mengangkat telfon tanpa melihat nama sipenelfon.
"Yang mau ngajak lo jalan siapa?kepedean lo"
SAKIT (tapi nggak berdarah )
"Ah-anu" Olif sudah kehabisan kata-kata, dia sangat malu MALU! Dan lagi-lagi ini semua karna Panji.
"Ngapain nelfon gue?" Ucap Olif mengalihkan pembicaraan.
"Besok bawa buku fisika gue, yang ketinggalan di rumah lo waktu itu"
Olif ingat buku itu buku-buku Abdi emang sering ketinggalan di rumah Olif, dulu Abdi dan Olif seminggu 2kali bljar bareng. Jadi nggak heran buku-buku Abdi sering ketinggalan dirumah Olif begitupun Olif jika sedang belajar bareng dirumah Abdi.
"Iya besok gue bawain "
Hening...
"Lif ?"
"Hmm"
"Gue bakalan kabulin permintaan lo" ucap Abdi
"Permintaan apaan? Gue nggak perna minta sesuatu dari lo?"
"Itu tentang yang lo mau jalan sama gue" Olif melongo tak menyangka Abdi bakalan mengangap itu sebagai permintaan.
"Aan itu buk-"
"Tapi nggak bisa skarang" Abdi memotong ucapan Olif.
"Lo tunggu saja" Abdi memutuskan sambungan telfon.
Hp Olif masih menempel di pipi kanan Olif, Olif masih tak menyangka Abdi mengangap ucapannya sebagai permintaan dan ucapan Abdi barusan bagaikan sebuah janji sederhana yang sukses membuat jantung olif berdebar 3kali lipat menunggu janji itu akan di tepati.
***
BUKK!!!
"Aww" jerit Sifa
"Lif, sakit tau"
"Biarin salah siapa ngasih nomor gue ke Panji" ucap Olif "di bayar brapa lo"
"Nggak banyak sih hanya satu anime doang"
"Lo nuker gue? Teman lo sendiri? dengan anime?"
Sifa memang sangat mencintai sesuatu yang berbau jepang termaksud anime.
"Yaelah skali doang lagian Panji kan cakep, Lif. Siapa tau dia bisa memenangkan hati lo"
"Lo pikir hati gue tempat perlombaan?"
"Hehe" Sifa hanya nyengir tak bisa melawan Olif, Sifa tau dia salah ngasih nomor Olif tanpa seijin Olif.
Teng-teng-teng
Akhirnya bunyi lonceng penyelamat bagi para siswa-siswi terdengar, Terdengar suara helaan nafas lega menyambut suara lonceng pulang.
"Lif, jadi kan nongkrong?"
"Gue nggk bisa Fay, gue harus ngumpul di perpus" ucap Olif, Padahal ia sangat ingin ngumpul bareng ke-3 sahabatnya.
Terkadang Olif dan ke-3 sahabatnya meluangkan waktu sepulang skolah untuk sekedar menghabiskan waktu bersama.
"Ngapain?"
"Di suruh bu Ratna katanya sih ada bimbingan blajar"
"Sama Abdi dong" ucap Lidia yang tiba-tiba muncul.
"Tau dari mana lo?" tanya Fay
Lidia memutar bola matanya "lo lupa gue sekelas sama Abdi" sewot Lidia
Fay hanya nyegir "blajar bareng mantan dong" goda Fay
"Siapa yang bljar bareng mantan?" Tanya Panji yang tiba-tiba nongol membuat 4 cewek ini kaget.
"Ya,tuhan Panji lo kalo nongol permisi duku kek,untung jantung gue nggak copot"
"Heheh sorry-sorry"
"Gue pergi dulu ya bye semua" ucap olif lalu berjalan meninggalkan kelas.
"Siapa yang belajar bareng mantan?"
"Ji, lo tau nggak cowok yang sekelas sama gue yang tinggi putih ganteng itu" Panji hanya menatap Lidia bingung.
"Abdi Atira Nugraha" gemas Lidia
Panji diam berfikir siapa cowok yang dimaksud Lidia "ah,kulkas berjalan" ucap Panji senang.
"Kulkas berjalan?" Ucap Fay, Lidia dan Sifa berbarengan.
"Iya anak kelas sebelah kan? Teman Tito. Tito spupu gue kemarin gue mampir ke rumah Tito dan ternyata Abdi dan Rafael juga di sana "jelas Panji
Lidia tau cowok yang dimaksud Panji memang Abdi, tapi kenapa Panji memanggilnya kulkas berjalan?.
"Lupakan cowok yang lo bilang kulkas berjalan itu mantan Olif" jelas Lidia
"Pacar pertama Olif" tambah Fay
"Cinta pertama Olif" Sifa ikut menambahkan.
Panji menelan luda "ternyata saingan gue berat" lirih Panji, tapi masih bisa di dengar ke-3 cewek itu.
"Lo suka sama Olif?"
"Kok bisa?"
"Kapan?"
Panji hanya nyegir "gue nyusul Olif dulu" ucapnya lalu berlari keluar kelas.
Panji bukanlah pengecut yang lari begitu saja tapi Panji sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan itu,bagaimana perasaannya ke Olif? Entahlah Panji juga tak tau.
Awal Panji tertarik dengan Olif, saat dirinya memasuki kelas sebagai siswa baru terlihat tatapan-tatapan kagum, Sudah terlalu sering Panji melihat tatapan itu menurut Panji itu sangat membosankan. Tapi ada satu cewek yang menarik perhatian Panji, cewek itu tengah tertidur terlihat teman sebangku cewek itu berusha untuk membangunkannya akhirnya cewek itu terbangun dengan ekspresi wajah yang menurut Panji sangat mengemaskan, namun ada satu hal yang sangat menggangu Panji dan nampaknya teman sebangkunya tidak menyadari karna asik menatap Panji.
Panji terus menahan tawa, berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghampiri cewek itu. Ya,di sudut bibir mungil cewek itu terdapat iler (mungkin akibat dia tidur tadi ) pikir Panji.
Mungkin itulah awal Panji mulai tertarik dengan Olif.
Karna Olif memberikan tatapan berbeda dari yang lain .
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia?
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Akan ada saatnya dimana rasa sakit dan kenangan yang menyakitkan akan terhapus oleh waktu.