14. Mengabulkan

160 22 3
                                    

" cinta butuh waktu untuk memperjuangkannya"

***

BUKKK!!!!

Panji meringis kesakitan saat tubuhnya terbentur dinding, Panji menatap cowok yang berada di depannya.dengan nafas ngos-ngossan Abdi melayangkan satu bogeman kearah Panji namun Panji dapat menghindari.

Abdi melayangkan bogeman lagi kali ini tepat mengenai pipi kiri Panji membuat Panji meringis kesakitan.

sedari tadi Panji tidak melakukan perlawanan ia berusaha untuk mengajak Abdi untuk berbicara secara baik-baik, Panji terus bersabar menghadapi Abdi namun skarang Panji tak bisa tinggal diam bisa-bisa ia pulang nanti hanya tinggal nama.

BUKK!!!

tendangan Panji sukses mengenai perut Abdi, Abdi terjatuh beberapa langkah dari tempatnya semula berdiri. Abdi tak menyangka Panji akan melakukan perlawanan alhasil Abdi tak bisa menghindari tendangan yang di berikan panji.

"Bdi, kita bicara baik-baik" ucap Panji

"Percaya gue nggak maksud buat Olif kaya gitu "

"Gue kira Olif hanya bercanda, ok gue salah udah nyangka olif bercanda gue salah nggak bisa bedain mana bercanda dan mana yang serius"

"Tapi Bdi, gue sama skali nggak maksud nyakitin Olif percaya"

Abdi berdiri ia sedikit meringis kesakitan di bagian perut Abdi berjalan mendekati Panji menatap cowok itu dengan tajam.

"Nggak usah minta izin kalo nggak bisa jagain"

"Jangan buat gue jadi orang yang paling menyesal karna percaya sama lo untuk jagain dia"

"Jangan buat gue jadi orang paling bersalah karna sudah izinin dia buat lo"

"Lo kok peduli sama Olif ?"

Abdi sedikit kaget dengan pertanyaan Panji.

"Emang kenapa? salah peduli terhadap sesama manusia?"

Panji tersenyum miring "jujur itu pahit, tapi hidup dalam kebohongan jauh lebih pahit" Panji menepuk bahu Abdi lalu meninggalkan Abdi yang tengah mematung.

namun sebelum panji benar-benar meninggalkan abdi " Bdi.."

Abdi berbalik menatap Panji yang berdiri di ambang pintu.

"Gue nggak bakalan buat lo jadi orang yang paling menyesal dan paling bersalah,percaya sama gue"

"Thanks sudah ngeizinin gue buat jagain Olif, lo bisa percaya sama gue karna gue nggak bakalan ngecewain lo"

***

Olif menggengam kuat hpnya sedari tadi ia terus mengetik-menghapus pesan yang tak ia kirim-kirim.

Entah sudah brapa kali Olif mondar-mandir kaya strikaan membuat Lidia gemas melihatnya.

"Lo kenapa sih lif?, tinggal ngetik trus kirim deh susah amat bosan gue" omel Lidia sambil memasukkan coklat ke mulutnya.

Olif menghela nafas kesal melihat satu-persatu sahabatnya yang tak tau diri sepulang sekolah tadi mereka menyetujui untuk nongkrong di rumah Olif skalian jagain Olif. jaga apanya jika yang di lakukan meraka kaya gini, mengacak-ngacak kamar Olif, menghabiskan stok makanan di lemari kulkas Olif, memang sahabat tak tau diri.

"Telfon gih biar cepat" tambah Fay yang sibuk dengan 3 kripik di tangannya.

"Fay bagi dong kripik singkongnya " teriak Sifa

"Enak aja ambil sono kalau mau"

"Mager Fay"

"Mager-mager gendut baru tau lo" omel Fay, namun tetap memberikan kripik yang ia pegang.

Sifa menerima kripik singkong yang dilempar Fay dengan cengiran, Fay memang gitu, ngomel nggak jelas dulu tapi ujung-ujungnya bakalan ngasih.

"Benar yang di bilang Fay telfon aja biar cepat"

"Ahk lama lo..." Lidia merebut hp yang di pegang Olif.

Olif yang kaget dengan segera merebut hpnya kembali namun terlambat Lidia sudah menekan tombol memanggil.

Olif melongo menatap Lidia dengan tatapan membunuh yang di tatap malah nyengir-nyengir ngak jelas.

"Hallo.."Olif tersentak mendengar suara serak di telfon, Olif menghela nafas nasi sudah menjadi bubur ia harus menghadapinya.

"Hmm iya" jawab Olif gugup entah Apa yang membuatnya gugup bukannya ia sudah sering berbicara dengan Abdi.

"Ada apa?"

"Nggak papa gue di bajak" jawab Olif asal

"Oh.."

"Aan.."

"ya ?"

hening....

"Makasih" ucap olif "sudah khwatir dan perhatian sama gue"lanjutnya dalam hati.

"Untuk yang tadi? gak perlu, kan wajar nolongin teman"

degg. Olif tersentak teman ya? oh iya lupa.

"Kirain khawatir karna sayang " batin Olif

"Hehe, iya sih brarti nggak papa dong kalo gue ngucapin makasih kan wajar-wajar saja"

"Hehe iya"

hening..

"Lif.."

"Ya"

"Tentang permintaan lo waktu itu ?"

Olif mengerutkan kening bingung dengan ucapan Abdi "permintaan ?yang mana?'

"Hmmm.. yang lo mau jalan sama gue, gue mau kabulin skarang "

***

Vote vote vote 💞💞
Lope you all 😍💞

Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang