"Saat air mata jatuh setelah
Memikirkan seseorang yang pernah kita sayang
SEDERHANA,orang itu masih berharga."***
Olif terus berjalan menuju perpus dari kejauhan Olif bisa melihat Abdi tengah berdiri di depan pintu perpus sambil memainkan ponselnya.
"Kenapa Aan nggak masuk? Apa dia nungguin gue" batin Olif diam-diam ada perasaan senang di hati Olif, Olif berharap memang betul abdi sedang menunggunya.
"Lo, ko nggak masuk, An?" tanya Olif saat Olif sampai di depan perpus berhadapan dengan Abdi yang tengah asik memainkan ponselnya.
"Penjaga perpusnya nggak ada" jawab Abdi singkat.
Hati Olif terasa sakit, Abdi bukan sedang menunggunya malainkan menunggu penjaga perpus.😢
"Olif" Olif mengarahkan pandangannya ke arah suara yang memanggil namanya Panji.
Panji berdiri di hadapan Olif dengan nafas ngos-ngosan.
"Ngapain lo di sini ?"
"Ngajakin pulang bareng" ucap Panji di sela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan.
"Gue nggak bisa, gue ada bimbingan bljar" tolak Olif LAGI.
"Gue di tolak lagi ni" Panji memasang raut wajah kecewa dan itu membuat Olif jadi tidak tega.
"Gue beneran nggak bisa Ji"
"Kalo gitu gue tungguin sampai selesai"
Olif menghela nafas, dia nggak enak juga harus menolak Panji. Olif melirik ke arah Abdi seperti dugaan Olif, Abdi tidak bergerak sama skali cowok itu masih sibuk dengan ponselnya.
"Gimana?"
"Terserah lo deh, tapi kalo bosan pulang aja"
"Tenang gue nggak akan bosan, apalagi kalo nungguin Olif "
"Terserah" Olif kembali melirik Abdi kali ini Olif berharap Abdi akan memasang wajah tak suka terhadap Panji karna telah menggangu pacarnya,Upss mantan maksudnya. Tapi hasilnya tetap nihil Abdi tetap sama masih sibuk dengan ponselnya.
Panji mengikuti arah pandang Olif, Panji tau Olif tengah memandang mantan pacarnya itu. Entah kenapa ada perasaan tak suka di hati Panji.
"Lo yang namanya Abdi kan" tanya Panji, Abdi hanya menatapnya sebentar kemudian kembali memainkan ponselnya.
"Kenalin gue Panji Pengestu Diaurrahman,malaikat pelindung Olif yang akan bermetamorposa menjadi pacar"
Pacar kata itu sukses mengalihkan pandangan Abdi dari ponselnya. Abdi menatap Panji dingin dan tajam.
Panji balas menatap Abdi, keduanya saling beradu tatap.
Olif yang melihat itu segara memecahkan adu tatap itu, Olif sangat takut Abdi akan memukul Panji atau semacanya karna ucapan Panji tadi. Tapi kenapa Olif mesti takut? dia dan Abdi sudah tidak memiliki hubungan apa-apa harusnya Olif sadar Abdi tidak akan melakukan hal sebodoh itu.
Olif memukul kepala Panji, Panji meringis kesakitan.
"Apa sih,Lif? sakit tau" protes Panji
"Kalo ngomong jangan sembarangan, tuh mulut kayanya perlu disekolahin bila perlu sampai sarjana"
Panji hanya menghiraukan ucapan Olif, Panji kembali menatap Abdi.
"Lo mantan Olif kan?" Tanya Panji lagi, Abdi hanya diam menatapnya.
"biar sopan aja, gue mau Izin ngedekatin Olif sebenarnya gue nggak perlu izin ke lo toh lo kan cuma mantan dia, gue hanya ngehargain hati lo yang mungkin masih nyimpan rasa buat Olif"
"Panji apaan sih lo" ucap Olif kesal
"Bentar ya Lif gue lagi minta izin ni"
"Lo suka sama Olif?" Ucap Abdi yang akhirnya angkat bicara.
"Seperti yang lo bilang nggak perlu minta izin ke gue" ucap Abdi "Olif cuma mantan gue"
Olif terdiam mendengar ucapan Abdi "Gue emang cuma mantan, hahah" batin Olif.
Olif merasakan sesak rasanya dia ingin nagis mendengar ucapan Abdi.
Abdi berjalan meninggalkan Olif dan Panji, Abdi sempat melirik Olif namun cewek itu hanya diam bahkan tidak menyadarinya.
Abdi ingin memberitau Olif pertemuan bimbingan blajar di batalkan bu Ratna ada janji mendadak, Tapi cewek itu hanya diam dan saat ini Abdi sangat ingin pergi dari sini entah kenapa?.
"Harusnya gue nggak perlu sedih lagi mendengar ucapan Abdi" batin Olif
"Harusnya gue sudah bisa menerima kata mantan itu, harusnya gue-" air mata Olif mulai menetes membanjiri pipinya.
Panji kaget melihat Olif yang tiba-tiba menagis, Olif hampir saja terjatuh jika saja Panji tidak menangkap tubuhnya.
"Lo kenapa Lif ?" Tanya Panji panik Olif tidak menjawab, cewek itu terus saja menagis Panji semakin bingung.
"Gue antar pulang ya" Olif menganguk.
Di tengah kebingungannya Panji sedikit tersenyum"akhirnya lo mau gue antar pulang juga" batin Panji
Diperjalanan Olif hanya diam cewek itu sibuk dengan pikirannya sendiri Panji pun tak ingin menggangu Olif.
"Lif? Udah nyampe" ucap Panji hati-hati Olif menatap Panji mata Olif sedikit membengkak akibat menagis tadi.
"Thanks ya Ji udah ngerepotin"
"Mobil lo gimana? perlu gue antar kesini?" tanya Panji
"Nggak perlu ntar supir gue yang ngambil skali lagi thanks ya, Ji" Panji tersenyum.
Olif keluar dari mobil menuju kamarnya.
Olif mencari hpnya saat ia menemukan benda yang dicarinya, Olif segera mengetik sebuah pesan saat ini Olif sangat membutuhkan seseorang.
Olif : " Fay, gue nggak tau gue kenapa? Gue nagis gue nyesak dan itu hanya karna Abdi nyebut gue mantan gue bego Fay 😭 "
Beberapa detik kemudian hp Olif berbunyi tanda pesan masuk.
Fay :"Lo nggak bego kok, Lif "
Olif : "Tapi, Fay Seharusnya gue nggak perlu nagis lagi"
Fay :"sederhana saja Lif, Saat air mata lo jatuh setelah mikirin dia, berarti dia masih berarti dan lo nggak bisa menyangkalnya"
Olif menghela nafas air matanya kembali terjatuh. Apa benar Abdi masih berarti bagi Olif, tapi ini sudah cukup lama seharusnya Olif nggak perlu sedih lagi.
Olif tidak bisa berbohong saat ini hatinya sangat SAKIT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia?
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Akan ada saatnya dimana rasa sakit dan kenangan yang menyakitkan akan terhapus oleh waktu.