"kalo sayang jangan di mantanin
kalo mantan jangan di sayangi"***
Olif duduk sendirian dengan di temani novel yang ia pegang kelas nampak sepih sebagian penghuni kls XI ipa 2 memilih menghabiskan waktu istirahat di kantin.
Sifa, Fay dan Lidia juga memilih menghabiskan waktu istirahat dengan mengisi perut-perut mereka yang sedang konser meminta jatah makanan.
Olif tak mengikuti ke-3 sahabatnya ia sedang malas untuk berdesak-desakan di kantin.
"Olif"
Olif melirik malas cowok yang memanggil namanya yang skarang tengah berlari kearahnya siapa lagi jika bukan Panji.
"Lif" ucap Panji
"Hmm.."
"Udah makan belum? nih gue bawain cilok gue takutnya lo laper pingsan trus masuk rumah sakit skolah pulang cepat lagi."
Olif menurunkan novel yang ia pegang dan menutup novel itu.
"Bukannya loh senang pulang cepat?"
Panji menggaruk kepalanya yang tidak gatal "heheh iya sih eh... nggak-nggak gue bukan tipe kaya gitu gue itu tipe anak muda yang rajin dan di siplin kapan indonesia maju jika anak mudanya malas-malasan tak mau skolah."
Olif memutar bola matanya "cuma cilok? minumnya mana? kalo gue makan cilok trus keselak nggak ada minum trus gue mati gimana? kan nggak keren mati keselek cilok"
Panji mangguk memikirkan ucapan Olif "benar juga mati keselek cilok nggak keren "lirih Panji
"Lif" panggil Panji
"Hmmm" Olif hanya bisa ber hmmm karna mulutnya sudah di penuhi cilok.
"Kalo mati ketabrak kereta keren nggak?"
"Uhukuhuk.."batuk Olif keselek cilok karna omongan Panji.
Panji melihat muka Olif yang memerah dan terus batuk "loh, Lif katanya mati keselek cilok nggak keren" canda Panji.
Olif tak menjawab candaan Panji ia terus terbatuk sambil memegangi lehernya mukanya semakin memerah Olif mulai kesusahan mengambil nafas.
Olif meminta bantuan pada Panji tapi suara Olif tak bisa keluar.
Panji hanya tertawa, menertawakan Olif "Lif akting loh bagus banget, hahah"
Olif semakin susah mengambil nafas mukanya semakin memerah seperti kepiting rebus Olif hampir menagis.
"Lif muka lo hahah...nggak tahan gue hahah"
BUUUUUKK!!!!
Panji terjatuh dari kursi ia kaget dengan pukulan yang mengenai pipinya darah segar mengalir di sudut bibir Panji.
"Apa yang lo..-"
"GOBLOK, ANJING..lo nggak lihat dia udah mau mati" teriak Abdi marah sorot matanya tajam.
"Gu-gue kira.."
"Minggir babi" teriak Abdi lalu membawa tubuh Olif keluar kelas dalam gendonggannya.
Terlihat tatapan kaget + iri melihat Olif dalam gendongan Abdi, Abdi tak mempedulikan tatapan siswa-siswi lainnya pikirannya fokus pada cewek dalam gendongannya.
"Lif.. lo masih sadar kan" tak ada suara Olif hanya mangguk dengan lemah.
Tangan Abdi mulai keram menahan berat badan Olif tapi ia harus kuat agar cewek dalam gendongannya tidak jatuh.
"Lif, pegang leher gue" ucap Abdi untuk menjaga-jaga agar Olif tak jatuh.
Olif memegang leher Abdi, Abdi sedikit kaget dengan sentuhan tangan Olif.
Abdi merasakan suhu tangan Olif yang mendingin Abdi semakin khawatir dan mempercepat langkah kakinya.
sesampainya di UKS.
Abdi memberikan sebotol aqua, membiarkan Olif meminumnya Abdi menepuk-nepuk punggung Olif lalu membantu Olif berbaring.
tubuh Olif sangat lemas Abdi megepalkan tangannya ada perasaan aneh yang membuat dada Abdi terasa sesak dan panas.
"Olif"
"Olif.." teriak Lidia dan Fay heboh kecuali Sifa tentunya.
"Abdi, Olif kenapa? kok bisa kaya gini"
"Lif, lo nggak papa kan?"
"Apa yang sakit?"
"Apa yang terjadi?"
"Udah ada kalian gue nitip Olif" ucap Abdi
Sifa mengerutkan keningnya "tanpa lo nitip kami juga pasti jagain Olif "
Abdi menghela nafas membenarkan ucapan Sifa "benar Olif punya sahabat-sahabat hebat dan yang pasti slalu jagain dia, jadi gue nggak perlu khawatir" batin Abdi.
Abdi pergi meninggalkan UKS tujuannya kali ini hanya satu mencari Panji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia?
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Akan ada saatnya dimana rasa sakit dan kenangan yang menyakitkan akan terhapus oleh waktu.