Juna dan Rubi sedang berada di restaurant milik Wirasena. Rubi mengunyah makanannya dengan pelan sekali. Juna sedang memperhatikan wajah polos Rubi. Tidak ada polesan apapun di sana tetapi wajah Rubi sangatlah canti. Juna mengakui itu.
Tanpa Juna sadari ia tersenyum sedari tadi melihat wajah Rubi. Rubi risih karena ia menyadari bahwa Juna sedang memperhatikannya. Rubi mendongakan kepalanya. Tatapan Rubi bertabrakan dengan mata elang milik Juna.
Juna menyadari bahwa ia sedang bertatapan dengan Rubi. Juna langsung memutuskan terlebih dahulu tatapan itu. Juna memasang wajah datarnya lagi.
"Makan" Rubi langsung menunduk lagi dan mulai memakan makanannya yang masih belum habis.
"Jangan keseringan nunduk lehernya sakit" Juna baru kali ini mengucapkan kalimat yang sedikit panjang. Rubi langsung menegakkan badannya.
"Kak...jangan liatin aku terus" Rubi menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Tangan Juna bergerak maju ke arah bibir merah milik Rubi. Juna mengelus bibir yang Rubi gigit.
Rubi membulatkan matanya. Jantung Rubi seperti ingin meloncat dari tubuhnya. Rubi masih diam ia menikmati elusan yang dilakukan Juna.
"Tuan" Juna langsung salah tingkah begitu juga dengan Rubi. Keduanya saling mengalihkan pandangan. Mereka malu bahkan sangat malu. Juna menatap pengawal yang tadi memanggilnya.
"Nyonya meminta anda agar segera kembali ke rumah" Juna mengangguk lalu pergi keluar sambil menggenggam tanga Rubi. Juna sangat suka menggenggam tangan Rubi. Nyaman rasanya terus memegang tangan mungil Rubi
Juna menyetir sambil terus menggenggam tangan Rubi. Perlakuan Juna kepada Rubi sangat tidak baik bagi kesehatan Rubi pikir Rubi karena perlakuan Juna membuat jantung Rubi bekerja lebih cepat dari biasanya.
Rubi tidak mengerti soal jatuh cinta. Rubi pernah jatuh cinta tetapi itu sudah lama sekolai mungkin cinta monyet kali. Rubi tidak terlalu paham dengan hal yang berurusan dengan cinta. Bahkan saat sahabatnya sendiri jatuh cinta kepadanya, Rubi hanya menganggap itu sebagai perhatian seorag sahabat.
Rubi dan Juna sudah sampai di depan rumah Wirasena. Juna melepas genggaman mereka. Rubi sedang menunggu Juna untuk membukakan pintu mobil tetapi nihil Juna malah lebih dahulu masuk ke rumah tanpa melihat Rubi yang masih berada di dalam mobil.
Rubi menggerutu di dalam hatinya. Tadi saja saat mereka makan Juna sangat baik kepadanya tetapi kenapa setelah sampai di rumah Juna menjadi manusia es lagi HANYA KEPADA RUBI. Garis bawahi hanya kepada Rubi.
Rubi melihat Ranti dan Bara yang sedang berbincang-bincang bersama Juna sambil sesekali mereka tertawa. Rubi tersenyum kepada mereka dan sedikit membungkukan badannya.
"Rubi sini" panggil Ranti sambil menggerakan tangannya. Rubi mendekat lalu duduk di samping Juna
"Kenapa mah?" tanya Rubi sambil sesekali melirik Juna
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubi's Diary [HIATUS]
Teen FictionPerjodohan, jalan cerita yang membuat semua itu terbongkar. 28 Agustus 2017 #303inteenfiction 29 Agustus 2017 #197inteenfiction Cover by sachla