14.Kepribadian Ganda

4.3K 123 44
                                    

"Rubiii anjir wanna one mau fanmeet di indo Bi" Adel mengguncang-guncang bahu Rubi.

Mereka berdua sedang berada di kantin. Dari tadi hanya Adel yang selalu heboh bercerita. Rubi hanya ikut tersenyum setiap kali menanggapi ucapan Adel.

Saat Adel merasa benar-benar diacuhkan oleh Rubi, barulah ia mengajak Rubi untuk berbicara serius.

"Bi ke rooftop yu disini panas gue butuh angin" Adel meniup-niup poninya sambil mengibas-ngisabkan tangannya.

Rubi tidak menjawab ucapan Adel, tetapi ia langsung berdiri dari kursi dan langsung melangkahkan kakinya menuju rooftop.

Adel yang melihat itu merasa geram dengan perilaku sahabatnya yang satu ini.

"Salah apa sih?" gumam Adel sebelum ia mengikuti langkah Rubi.

Saat sampai di rooftop tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka berdua.

"Bi"

"Del"

"Gue duluan Bi" Adel menarik napasnya panjang.

"Gue punya salah apa Bi sama lo" baru saja Adel berbicara seperti itu, Rubi sudah menangis terisak.

"Bi, lo kenapa?" Adel mendekati Rubi dan berniat memeluk Rubi tetapi sebelum Adel memeluknya, Rubi sudah menjauh terlebih dahulu. Rubi menghindar dari Adel.

Adel menatap Rubi tidak percaya. Sungguh Adel saat ini bingung. Ada apa dengan Rubi?

"Del" Rubi masih terisak tetapi ia berusaha menahannya agar ia dapat berbicara dengan jelas.

"Kamu kenapa sih Del!?" bentak Rubi yang asti membuat Adel kaget.

"Gue Bi, gue yang seharusnya nanya gitu ke lo" Adel sedikit berteriak karena Rubi yang memberontak saat ia menyentuh tangannya.

"Kamu jahat Del, munafik, kamu buat semuanya seakan aku yang salah, kamu pembohong Del" Adel terdiam di tempatnya.

Adel menampar Rubi sehingga membuat Rubi terdiam. Rubi sudah tidak menangis lagi. Rasanya sia-sia ia membuang air matanya yang berharga ini untuk orang yang telah membunuh saudara kandungnya.

Rubi berlari tetapi baru saja ia sampai di depan pintu rooftop, ia sudah menemukan Juna yang hanya terdiam.

"Siapa lo berani nampar dia?" tanya Juna dengan nada dingin.

"Cukup satu yang pernah lo sakitin Del." Setelah mengucapkan itu, Juna langsung meninggalkan rooftop sambil menggandeng tangan Rubi.

Juna membawa Rubi menuju parkiran. Ia menyuruh Rubi masuk. Dan setelah itu Juna menancap gasnya keluar dari sekolah.

Saat di mobil Rubi langsung saja menunmpahkan tangisnya. Rubi menaikan kakinya dan menekuknya lalu ia membiarkan lututnya menjadi tumpuan agar ia merasa nyaman.

Sudah hampir empat jam Rubi dan Juna di perjalanan. Rubi sampai tidur dengan posisi kepala yang berada diatas lututnya yang ditekuk.

"Bi, bangun"

Rubi mengangkat wajahnya perlahan. Wajahnya yang kumel dan rambutnya yang bernatakan membuat Rubi terlihat sangat jelek di mata Juna.

"Nih" Juna memberikan beberapa lembar tissue "Hapus istri gue gak boleh kumel" Rubi tersenyum sedikit karena perkataan Juna.

Saat Rubi membersihkan wajahnya dengan tissue, tangan Juna bergerak untuk merapikan ramput Rubi yang berantakan.

Rubi mendongak menatap wajah Juna. Dalam hati Rubi berkata bahwa Juna sangatlah tampn dan ia baru menyadari itu.

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang