Min, 11 Jan 15
Gue keluarga Lucida bukan sih? Kadang gue benci sama semua ini. Kenapa harus dia? Gue capek gini terus. Mereka yang selalu ketawa seakan lupa sama kehadiran gue yang cuman bisa liatin mereka. Gue benci kehidupan ini, takdir ini, bahkan diri gue sendri gue benci.
Rab, 14 Jan 15
Gue benci sumpah. Gue malu. Berapa mahal sih harga diary ini. Dia bikin gue berantem cuman karena diary ini? Oh tuhan gue bisa beli beribu-ribu diary. Bikes.
Min, 18 Jan 15
Gue sendiri di rumah, mereka semua pergi keluar buat seneng-seneng. Mereka pergi tanpa ngajak gue. Gue boleh nangis ngga sih?
Halaman-halaman selanjutnya pun sama. Seperti itu. Rubi yang diacuhkan, seperti orang tak dikenal oleh keluarganya sendiri. Apa alasannya?
Kalau memang keluarganya benci kepadanya lalu mengapa sekarang ia sangat di manja bak putri raja.
Terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Rubi berjalan untuk membuka pintu agar mengetahui siapa yang mengetuk pintunya itu.
"Kak Juna, ngapain?" Tanpa permisi Juna langsung memasuki kamar Rubi dan duduk di sofa sebelah tempat tidur Rubi.
"Lo udah pegang diary itu?"
"Udah"
"Ada petunjuk?"
"Ngga"
Juna langsung bangkit dan pergi keluar dari kamar Rubi. Rubi hanya memanyunkan sebelah bibirnya.
Rubi mulai membaca halaman-halaman selanjutnya. Rubi menemukan satu kertas yang disobek dengan sengaja. Masih ada sedikit tulisan disana yaitu 'Apa perlu gue menjauh lagi. Semua milik lo Ana. Gue harus menjauh dari Aj' sudah hanya itu. Rubi tidak tahu siapa yang menyobek diarynya itu.
Aj?
Siapa?
"Kak Juna?" Rubi kaget sendiri dengan gumamannya lalu ia menggeleng.
"Ngga mungkin sih tapi...ah bodo ah bukan Kak Juna masa sih kalau ia Kak Juna pasti dia sekarang baik kan ke aku." Rubi berbicara sendiri seperti orang yang kurang kewarasannya.
***
Hari ini Rubi tidak sekolah karena ia merasa tidak enak badan. Ia merasa mual sejak tadi pagi dan ia merasa tulang-tulangnya seperti akan patah.
Apakah ia salah posisi tidur? Lalu kenapa ia sampai merasa mual seperti ini?
Ranti memasuki kamar Rubi sambil membawa satu tablet obat dan segelas air mineral.
"Masih mual?"
"Ia mah?"
"Kamu udah itu sama Juna?"
"Ya?"
"Itu loh. Hhmm aduh gimana yah"
"Kenapa mah"
"Udah tidur?"
"Udah"
"SAMA JUNA?"
"Eh? Sendiri kan tadi melem tidur"
"Aduh Rubi...kirain mamah kamu udah. Kalau udah kita ke dokter kandungan"
"Ih mamah belum ih"
Ranti tertawa bahkan sampai tidak mengeluarkan suara tawanya. Dan Rubi hanya cemberut karena ia merasa di olok-olok oleh Ranti.
"Yaudah istirahat ya. Diminum juga obatnya"
"Siap mah"
Rubi langsung kembali tertidur saat Ranti keluar dari kamarnya.
***
Rubi terbangun pukul 3 sore. Ia tertidur selama 4 jam. Badannya sudah tidak sakit lagi tetapi ia masih merasa mual.
"Ekhem"
"Eh kak Juna"
"Masih mual?"
"Ia"
Juna mendaratkan bokongnya disamping Rubi.
"Gue temenin lo tidur ya?"
"Eh?"
"Kata mamah Ratna, lo kalau sakit pasti susah tidur dan harus sellu ditemenin. Kan?"
"Perasaan engga harus ditemenin deh" Rubi hanya bisa mengucapkannya dalam hati.
"Yaudah lo tidur"
Rubi langsung membaringkan tubuhnya di ujung paling kanan dan Juna di ujung paling kiri. Mereka tidur berjauhan.
Rubi mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahya yang masuk ke dalam kamarnya. Siapa yang sudah membuka jendela kamanya itu. Sangat menyebalkan.
Dan Rubi baru sadar bahwa Juna sudah tidak ada di sebelahnya. Saat melihat jam ternyata sudah pukul 06.10 ia yakin Juna sudah pergi menuju sekolah.
Karena Rubi sudah merasa baik, ia akan pergi ke sekolah sekarang. Rubi berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah bersiap Rubi diantar oleh Bagas. Untungnya Rubi tidak terlambat datang ke sekolah karena ternyata Juna melarang Pak Satpam agar tidak menutup pagarnya terlebih dahulu.
Rubi sangat berterima kasih kepada Juna karena kalau bukan karenanya mungkin ia akan disuruh berkeliling lapangan sebanyak 10 kali. Pasti melelahkan bukan?
Saat sampai di sekolah mood Rubi langsung hancur saat mendengar akan diadakan ulangan harian matematik.
Ia tidak belajar dan kabarnya pun benar-benar dadakan. Tetapi, walaupun ia belajar itu sama sekali tidak mempengaruhi nilainya nanti. Pasti sama saja kalau tidak 6 ya 7.
"Del biasa" Rubi mengerlingkan sebelah matanya.
"Siap" Adel dan Rubi sama-sama tertawa.
"Oh ia Bi, waktu itu Juna bilang ke gue lo penasaran sama kado yang gue kasih nak terus dia bilang kalau lo ngomong 'Karena aku tau ada sesuatu yang disembunyiin dari aku' Hmmm lo udah tau sesuatu waktu itu"
"Masa sih? Kapan?"
"Waktu setelah kalian nikah nah sebelum lo tau tentang diary ini"
"Hah kapan sih"
"Oh yang waktu-"
Belum sempat Rubi menjawabnya bel masuk sudah berbunyi dan kali ini Rubi merasa diselamatkan oleh bel karena ia berpikir mulai dari sekarang ia tidak boleh mempercayai siapapun bahkan Adel.
Rubi menemukan seuatu di buku diarynya yang membuatnya berpikir untuk tidak terlalu terbuka kepada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubi's Diary [HIATUS]
Fiksi RemajaPerjodohan, jalan cerita yang membuat semua itu terbongkar. 28 Agustus 2017 #303inteenfiction 29 Agustus 2017 #197inteenfiction Cover by sachla