"Apaan sih Rubi gaje deh. Diary apa?" Rubi langsung menjawab pertanyaan adel dengan to the point
"Del plis, aku tau semuanya" raut wajah Adel menjadi kaget tetapi tidak lama kemudian raut wajahnya kembali menjadi ceria.
"Ngaco ah"
Rubi menarik tangan Adel menuju rooftop. Rubi ingin memiliki tempat yang hanya ada dirinya dan Adel.
Adel duduk di sebuah sofa panjang berwarna hijau yang sudah usang sambil menundukan kepalanya.
"Oke" Rubi langsung melihat ke arah Adel.
Adel menghampiri Rubi yang sedang duduk di tepi rooftop. Kakinya ia juntaikan ke bawah.
"Rubi, plis setelah lo denger ini lo jangan benci semua orang yang tahu akan hal ini termasuk gue dan kak Juna"
"Bi, lo tau? Lo punya kembaran Bi. Dia orang yang selalu disebut kak Juna." Rubi merasakan sesak di dadanya. Ia memiliki saudara? Tapi kenapa ia tidak ingat itu?.
"Gue gak bisa jelasin semuanya ke lo Bi. Gue kenal lo bukan seperti yang lo selalu ceritakan ke semua orang. Gue kenal lo udah dari dulu Bi. Kita deket dari kelas empat. Gue deket sama lo dan saudara lo. Kita bertiga bi"
Rubi semakin terisak mendengar cerita Adel. Bukankah dia seseorang yang jahat? Yang tidak mengenali saudaranya sendiri.
"Lo tau bi? Dulu sifat lo sangat bertolak belakang dari sifat lo sekarang dan yang bikin gue kaget adalah semua sifat lo yang sekarang ini sangat sangat mirip dengan sifat Ana." Adel mengangguk saat melihat tatapan Rubi.
"Ya kembaran lo Ana. Abriana Lucida. Nama panggilan lo dari gue itu sebenarnya nama panggilan gue untuk Briana Bi."
Rubi langsung menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya. Bahunya bergetar. Rubi lelah mendengar semua ucapan Adel tetapi ia harus tahu apa alasan dari julukan 'pembunuh' yang selalu dikatakan Juna.
"Saat lo ngomong pake kata 'lo' gue gak kaget Bi. Itu memang sifat lo"
"Tunggu Adel, kalau memang aku punya kembaran dan kembaran aku kenal sama Kak Juna itu artinya ucapan yang selalu Kak Juna sebutkan 'lo udah bunuh orang yang gue sayang' itu artinya...gue ngebunuh saudara gue sendiri Del?"
Adel terisak mendegar ucapan Rubi. Adel langsung memeluk Rubi dengar erat. Ia kasihan dengan Rubi. Rubi yang tadak tahu apa-apa harus selalu disalahkan oleh semua orang yang tidak pernah menganggapnya.
"Sabar bi. Gue gak tau pasti apa yang sebenarnya terjadi. Cuman lo Bi yang tahu. Gue cuman tahu garis besar cerita itu Bi. Orang tua lo yang cerita ke gue setelah kajadian itu Bi. Ayok kita bareng-bareng Bi buat balikin semua ingatan lo." Bisik Adel lalu melepaskan pelukannya.
"Dulu gue baru balik dari Singapur Bi. Gue langsung datang ke rumah lo dan saat itu di rumah lo sedang mengadakan tahlilan Bi. Gue kaget. Gue tanya siapa yang meninggal dan mamah lo bilang Briana yang meninggal. Dia menceritakan semuanya ke gue Bi. Dia bilang Briana meninggal karena lo. Saat itu gue bingung ngeliat lo yang hanya duduk temenung di kamar lo. Lo gak ngeluarin sedikit pun air mata saat Brina meninggal Bi. Itu yang diceritakan mamah lo. Dia gak bilang ke gue alasan dari kematian Briana Bi."
"Gue kenal sama Kak Juna udah lama. Saat kita SMP Briana selalu bercerita kalau dia bertemu dengan laki-laki yang mengenalnya. Dia Juna. Briana selalu mengajak Juna saat kita sedang kumpul di rumah lo Bi. Dari situ gue kenal Kak Juna."
"Dan setelah Briana meninggal gue gak sengaja ketemu Juna saat gue main ke perusahan ayah gue Bi. Disana Juna bilang bahwa Briana meninggal karena lo. Gue marah jelas. Gue lebih deket sama lo daripada Briana Bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubi's Diary [HIATUS]
Fiksi RemajaPerjodohan, jalan cerita yang membuat semua itu terbongkar. 28 Agustus 2017 #303inteenfiction 29 Agustus 2017 #197inteenfiction Cover by sachla