19.Briana

3.3K 104 49
                                    

“Dokter udah dong belanjanya lagian dari tadi aku terus yang dibelanjain” Rubi lelah karena terus berjalan selama tujuh jam berkeliling Myeongdong.

“Kamu gak sabar mau ketemu Briana?” Rubi berhenti berjalan lalu menatap Han Jun.

“Aku emang gak sabar ketemu dia tapi aku bisa apa sekarang, aku bakalan liat gumpalan tanah doangkan?” Han Jun tidak menjawab pertanyaan Rubi dan melanjutkan perjalanannya.

Han Jun dan Rubi sudah memasuki mobil dan mereka akan pergi menemui Briana.

“Kenapa kita ke rumah sakit?” Han Jun hanya tersenyum lalu menggandeng tangan Rubi.

Rubi dan Han Jun memasuki sebuah kamar salah satu rumah sakit. Tubuh Rubi gemetar, Rubi melihat seseorang yang sama persis dengannya sedang terbaring lemah.

Rubi mendekati tubuh itu, dirinya semakin diselimuti rasa bersalah yang besar.

“Ana” Rubi membelai rambut Ana yang sangat panjang. Rubi mendekat dan membisikan sesuatu kepada Ana.

“Ana, aku datang, maaf maafin aku Na, aku udah ambil waktu berharga kamu, aku ambil Juna dari kamu Na, maaf.”
Rubi berlutut sambil memegangi tangan Briana yang terpasang selang infus. Rubi menangis tersedu-sedu melihah kondisi Ana sekarang.

“Bi, beridir Bi” Rubi menggeleng dan tetap berada di posisinya.

“Ana maaf Ana. Bangun Na, maafin aku Ana.” Han Jun memaksa Rubi untuk berdiri.

Han Jun memutar tubuh Rubi sehingga menghadap kepadanya.

“Dengerin aku Rubi, Ana seperti ini bukan karena kamu. Percaya sama aku yah?” Rubi menggeleng.

“Rubi inget kak, RUBI INGET SEWAKTU RUBI NABRAK ANA. Rubi inget semua kak”

“Gak, kamu cuman inget sewaktu kejadian itu aja kan? HAH?” Rubi dan Han Jun saling membentak.
Hati Rubi semakin sesak saat ada yang orang yang membelanya dan berkata bahwa Rubi tidak bersalah.

“Rubi harus serahin diri Rubi ke polisi kak, meskipun Ana saudara kandung Rubi tetep kak, Rubi merenggut nyawa seseorang” Han Jun menggeleng lalu memeluk Rubi agar Rubi tenang.

“Rubi harus kasih tau Kak Juna kalau Ana masih hidup, dia harus tau kak.” Rubi dengan tergesa merogoh tasnya untuk mencari handphonenya.

“GAK RUBI” Han Jun mengambil paksa HP Rubi dan melemparnya ke sembarang arah. Rubi membulatkan matanya lalu menampar Han Jun.

“Lo gak tau apa-apa. Juna sayang sama Ana” Rubi melamun mendengar ucapannya. Setelah beberapa detik Rubi berteriak dan akhirnya tidak sadarkan diri.
***
“Jun, jangan ginilah plis” Bintang terus mengikuti Juna dan Bagas yang sedang menguntit Adel.

“Berisik kampret, lo sendiri kan yang nyaranin ini?” Bagas mengepalkan tangannya untuk Bintang.

“Kalau ditangkap polisi gimana dong? Gue bisa diusir dari rumah.”

“Berisik Tang tolong, kalau lo takut gausah ikut kita” Bintang langsung diam saat Juna yang berbicara.

Adel sedang dalam perjalanan menuju rumahnya, Ia tidak sadar sedang diikuti oleh Juna dan kawan-kawannya.

Saat Adel melewati sebuah gang, Ia dihalangi oleh 4 orang laki-laki berbadan besar. Juna yang melihatnya tertawa sinis.

“Pa, permisi saya mau lewat” Adel tanpa rasa takut pun menggas motornya kembali tetapi tetap dihalangi oleh laki-laki itu.

“Gak bisa, lo harus ikut sama kita. Lo mau ikut baik-baik atau kita paksa hah?” Adel turun dari motornya dan berniat menghajar keempat laki-laki tersebut.

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang