20. Yang Sesungguhnya

972 39 21
                                    

"Rubi sini, tolong fotoin aku sama Ajun dong" Rubi menepis tangan Abrian yang sedang menyodorkan handphone miliknya.

"Apaan sih lo" Juna hanya bisa tersenyum kepada Briana yang sedang cemberut sekarang.

Saat Briana sedang sibuk berfoto, diam diam Juna pergi meninggalkan Briana dan berjalan kea rah Rubi yang sedang duduk sambil menendang kerikil yang berada di hadapannya.

"Oi" Rubi menoleh sebentar kepada Juna lalu menunduk lagi melihat kerikil yang sedang ia tendang, menurutnya Juna tidak menarik sama sekali, Rubi hanya menginginkan sahabat kecilnya di Jerman dulu. Rubi tidak tahu bahwa Junalah sahabatnya itu.

"Kenapa lo kayak gitu tadi?"

"Apaan?"

"Yeh ditanya malah balik nanya." Rubi menatap sinis kepada Juna

Rubi bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Juna dan yang ditinggalkan hanya bisa tersenyum kecut.

"Adel" Rubi melambaikan tangannya kepada Adel. Adel memberikan sebuah diary kepada Rubi dengan cover berwarna hitam dengan sedikit hiasan berwarna silver.

"Gue mau lo tulis semua hal yang terjadi di kehidupan lo. Gue ga akan terus ada di samping lo Bi mungkin suatu saat lo bakal membenci perbuatan gue. Lo harus punya temen ya Bi, lo harus bahagia"

Rubi memandang heran kepada Adel, memang apa yang bakalan Adel perbuat? Rubi sampai merinding memikirkan bahwa Adel akan segera mengakhiri hidupnya sendiri.

"Lo ga akan bunuh diri kan?" Adel tertawa lalu merangkul Rubi dan membisikan sesuatu di telinganya.

"Lo harus tau apa yang bakalan gue perbuat nanti itu sebagai balas budi gue sama lo" Adel mengedipkan sebelah matanya yang langsung dibalas pukulan di punggung oleh Rubi.

Setelah Adel memberikan diary itu Ruby selalu menuliskan apapun yang terjadi pada dirinya. Saat ia kesal, tertekan , dan bahagia.

***

Rubi meletakan diarynya yang sudah terisi beberapa halaman di atas meja rias di kamarnya lalu dia bersiap masuk ke kamar mandi untuk memanjakan tubuhnya dengan aroma aroma sabun yang ia sukai.

Saat Rubi mandi seseorang masuk ke kamarnya tanpa seizinnya padahal Rubi sudah memberi peringatan kepada seisi rumah agar tidak masuk ke kamarnya tanpa seizinnya termasuk asisten rumah tangga dirumahnya.

Rubi membuka pintu kamar mandinya dan betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang sedang asik membolak balik halaman buku diarynya itu.

Dengan posisi yang masih menggunakan handuk di kepalanya Rubi dengan cepat berjalan ke arah meja rias dan langsung menarik buku diary yang berada di genggaman orang tersebut.

"Keluar" tanpa menatap kepada orang yang bersangkutan Rubi langsung memerintahkannya untuk meninggalkan kamarnya tetapi orang tersebut malah mematung di hadapannya.

"Gue bilang keluar Briana" Briana memejamkan matanya saat diteriaki oleh saudara kembarnya itu lalu setelah itu ia berlutut dan menangis.

"Aku minta maaf Bi, aku gak ngerti perasaan kamu, seharusnya aku sadar dari dulu kalua mamah sama papah beda-bedain kita, aku minta maaf bi, seharusnya aku yang semangatin kamu saat kamu sedih, aku minta maaf udah bikin posisi kamu gak dianggap di rumah ini aku minta maaf kalua kamu memang berfikir gitu Bi.

Aku sayang sama kamu Bi, aku mencoba untuk perhatian sama kamu, aku mencoba untuk peduli sama kamu tapi kamu selalu gak menganggap aku Bi. Kita saudara Bi kamu gaboleh gitu, kamu gaboleh menganggap kamu engga dianggap di keluarga ini. Kamu tetap bagian dari Lucida Bi." Rubi sama sekali tidak tersentuh dengan perkataan Briana.

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang