17.Gue lepas Lo Bi

4.1K 156 71
                                    

Sudah lima hari sejak kejadian Rubi mengamuk di rumah sakit, Rubi tidak sekolah, bahkan sekarang tangan dan kakinya di ikat di sisi sisi ranjang.

"Setiap ada orang yang masuk ke kamar Rubi, Rubi akan berteriak dan melemparkan semua benda yang berada di sekitarnya.

Dan sudah lima hari pula Juna tidak pulang ke rumah. Juna menginap di villa milik pamannya. Juna bolos sekolah sehingga membuat Ranti mencak-mencak setiap saat.

"Anak kamu pah, istrinya dalam keadaan terpuruk malah keluyuran" Ranti berkacak pinggang di depan Bara yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Mah, mamah tau kan kisah mereka tuh rumit. Juna sayang sama Ana tapi ia malah menikah dengan Rubi yang katanya mencelakai Ana. Mamah harus ngerti perasaan Juna mah. Mamah tau kan tujuan kita dari awal menikahi Juna, karena papah fikir jika Juna menikah dengan kembaran Ana maka sifatnya yang dulu akan kembali. Sifat arabnya, cerianya, ramahnya" Ranti langsung memeluk Bara dengan erat.

"Kasian Rubi pah" Bara mengangguk.

------------------------------------

"Mas Juna, pulang mas udah 5 hari mas tidak sekolah" Pa Agung, tukang bersih-bersih villa yang sangat dekat dengan Juna menyuruhnya pulang setiap saat.

"Bapa ga suka saya disini?" Juna pura-pura merajuk kepada orang yang ia anggap seperti ayahnya sendiri.

"Bukan gitu mas, di rumah teh ada istri mas Juna yang lagi sakitkan?" Juna langsung terdiam. Jujur 5 hari disini membuatnya lupa terhadap Rubi.

"Yaudah saya pulang hari ini" Juna tanpa mengganti pakaian tidurnya langsung keluar villa dan melajukan mobilnya menuju rumah.

Saat sampai rumah, Ranti langsung memarahi Juna dan menangis kencang di depan Juna.

"Kamu, tau Jun. Di sini Rubi menangis sendirian, dia ketakutan, dia perlu pendamping JUNA. Dan kamu malah seenaknya keluar rumah gitu aja" Ranti memukul-mukul pelan lengan anaknya itu.

"Mamah harus ngerti Juna mah" Juna memeluk Ranti agar Ranti bisa tenang.

Setelah itu ia naik ke atas dan memasuki kamar Rubi dan disana ia melihat Rubi yang sedang berusaha memanjat pagar balkon.

"BI, Mah, Pa Bagas, Ros" semua yang dipanggil Juna langsung bergegas masuk ke kamar Rubi dan berusaha membantu Juna membopong Rubi yang sedang memberontak.

"Aaaaah, lepas, lepas, Aaaaaaaa"

"Bi lo mati gabakal bikin Ana balik lagi kan!?" Juna berusaha membuat Rubi tenang dengan cara memegang bahu Rubi kencang. Tetapi tidak berhasil dan itu membuat Juna kesal.

Kesabaran Juna suda habis, sungguh ia capek dan itu membuat ia melakukan hal gila agar Rubi diam. Juna mencium bibir Rubi dan berhasil, Rubi langsung diam mematung.

Ranti, Bagas, dan Ros yang melihat itu langsung keluar kamar dan menutup pintu.

"Plis, Bi jangan bikin hidup gue bener-bener hancur. Lo harus pergi Bi, gue bakal lepas lo"

--------------------------------

"Pah, Mah" Juna sedang berbicara serius bersama Ranti dan Bara di ruang keluarga.

"Juna akan melepas Rubi mah" tanpa memikirkan apa-apa Ranti langsung menampar Juna.

"Bodoh kamu, baru tadi siang mamah liat kamu mencium Rubi lalu kenapa sekarang kamu ingin melepasnya? Mamah kira kamu pulang karena Rubi" Ranti menangis sambil berlutut di hadapan Juna.

"Mah bangun. Kita bicarakan ini nanti lagi Jun" Bara langsung membantu Ranti untuk berdiri dan memasuki kamar mereka.

"Ahhhh bangsat" Juna mengacak rambutnya.

Juna menuju ke kamar Rubi. Juna mendatangi Rubi yang sedang melamun menatap televisi. Juna berdiri menghalangi televisi agar Rubi memperhatikannya. Percuma, Rubi sedang melamun sedari tadi.

Juna menepukan tangannya dihadapan Rubi, masih melamun. Juna menggerakan tangannya ke kanan ke kiri tetapi Rubi masih melamun.

Juna menyerah. Juna duduk di hadapan Rubi dan menatap mata Rubi.

"Bi, gue tau lo bisa denger gue, Bi gue lepas lo sekarang. Kemarin gue sempet ngobrol sama papah lo dan dia bilang dia bakalan bawa lo ke Korea. Gue seneng Bi, bayangan Ana gak akan lagi bener-bener terpikirkan Bi setelah lo pergi."

"Besok gue bakalan siapin semua surat cerai kita. Gapapa Bi, gue yang bakal atur semuanya. Dan, satu lagi, gue harap gue gak bakalan pernah ketemu lagi sama lo setelah ini"

Juna meninggalkan Rubi yang masih melamun. Rubi meneteskan air mata mendengar perkataan Juna yang sangat menyakitkan tadi.

-----------------------------------------

"Keputusan Juna sudah bulat untuk bercerai dengan Rubi" Ranti tidak henti-hentinya menggelengkan kepala melihat kelakuan Juna.

"Kamu sudah keterlaluan Juna" Juna megangguk.

"Maaf mah sekali ini aja Juna mohon dukung keputusan Juna" tanpa menjawab Ranti pergi meninggalkan Juna menuju ke kamar Rubi.

"Kamu yakin tidak akan menyesal?" Juna mengangguk mantap. Bara menepuk bahu Juna dan pergi menyusul Ranti.

Juna akhirnya bernafas lega bisa berpisah dengan Rubi. Sungguh ia tidak kuat untuk tinggal bersama dengan orang yang telah membunuh kekasihnya.

"Assalamu'alaikum" Juna menjawab salam Rudi, ayah Rubi yang akan membawa Rubi untuk berobat ke Korea Selatan.

"Semua sudah siap Juna?"

"Sudah Om, maafin Juna Om" Rudi tersenyum tulus.

"Jangan terlalu membenci Rubi karena Om tau Rubi tidak bersalah"

Rudi menaiki tangga menuju kamar anaknya dan melihat Ranti yang sedang bersimpuh di hadapan Rubi yang sedang duduk di kursi roda.

"Sudah mah" Bara berusaha membantu Ranti agar berdiri tetapi Ranti menolak.

"Maafin mamah sayang, kamu menderita menikah bersama Juna. Maafin mamah" Ranti beberapa kali mencium wajah Rubi tetapi Rubi masih tidak berkutik.

"Kami pamit yah Ti, Bar" Ranti menangis sejadi-jadinya setelah melihat Rubi memasuki mobil yang akan membawanya menuju Bandara.

"Kamu pasti sembuh Bi disana" Ranti masih saja diam di luar dan memandangi mobil yang membawa Rubi, menantu kesayangannya.

"Tenang sayang, kamu pasti bahagia di sana" Rudi terus mengusap wajah putrinya yang cantik.

"Adel pah" Rudi kaget saat Rubi berbicara. Baru kali ini Rudi mendengar Rubi bericara setelah sekian lama.

"Adel sudah lama tidak berkunjung Bi. Lupakan dia, kamu bisa mencari teman baru di sana yang pastinya tidak akan membuatmu menderita"

----------------------------------

"Seneng kamu Juna?" Ranti menatap Juna sinis.

"Kamu tau Rubi adalah sahabat kamu sewaktu di Jerman. Sahabat tomboy kamu dulu adalah Rubi bukan Abriana, tetapi memang di Indonesia kamu lebih dahulu bertemu dengan Ana. Bagaimana kamu menyesal setelah tahu?" Ranti langsung saja memasuki kamarnya tetapi sebelum itu,

"Kenapa mamah baru ngomong mah?"

"Karena mamah juga baru tau Juna, dari Om Rudi"

"Juna ga peduli mah, Juna memang udah sayang sama Ana, bukan karena dia dulu sahabat aku mah"

"Terserah mamah capek"

Juna langsung melamun sendiri di ruang tengah rumahnya. Jadi, wanita tomboy yang dahulu ia temui di Jerman adalah Rubi? Bukan Ana?

Juna sudah capek memikirkan rumitnya permasalahan di hidupnya ini.

.

.

.

.

.

28 Januari 2018

Ku update lagi ngehe....votenya dong bantu aku biar cerita ini naik ranking.

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang