18.Briana^Adel

2.8K 97 51
                                    

Sudah 2 bulan berlalu sejak kepergian Rubi dari kediaman Wirasena. Ranti dan Juna sekarang seakan saling tidak mengenal satu sama lain.

Ranti benar-benar marah kepada Juna. Ia hanya akan menyiapkan makanan untuk Juna tetapi setelah itu ia akan makan terlebih dahulu.

Dan sekarang Ranti mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolahnya. Ranti menjadi orang yang sangat pendiam dan lebih banyak melamun.

Bara selalu membawa Ranti ke berbagai psikiater karena ia ingin Ranti bercerita tentang masalahnya kepada orang yang tepat dan dapat mendapatkan solusinya.

Bara tahu Ranti seperti ini karena kepergian Rubi yang sangat mendadak. Tetapi, apa boleh buat? Hubungan keluarga Wirasena dengan Rubi sudah menjadi mantan sekarang.

"Mah, makan yah?" Juna membawakan semangkuk soup yang baru saja di masak oleh Ros tadi.

"Mamah gak mau liat muka kamu Juna. Gak punya perasaan. Keluar" Ranti memperlihatkan wajah sinisnya kepada Juna.

Ranti sangat marah kepada Juna karena ia mengerti perasaan Rubi. Bagaimana pun Rubi sama seperti wanita di luar sana yang ingin dicintai oleh suami mereka. Saat sakit ingin dimanja. Tetapi apa yang di lakukan Juna untuk Rubi? Juna malah memperumit masalah yang dihadapi Rubi.

Juna malah memberikan kata-kata yang membuat Rubi semakin sakit. Juna mencintai orang lain yang sangat dekat dengan Rubi. Wanita mana yang akan baik-baik saja jika diperlakukan seperti itu?

"Kamu orang yang susah peka, susah ditebak Jun. Mamah ingin tau perasaan seperti apa yang kamu rasakan saat Rubi pergi dari rumah ini. Mamah tau dihati kamu terdapat secuil perasaan menyesal setelah tahu bahwa Rubi adalah sahabat kecil kamu di Jerman kan?" Juna menggeleng kuat.

"Juna memang sedikit memiliki perasaan aneh setelah tahu bahwa Rubi adalah sahabat kecil Juna Mah. Tetapi, Juna tidak menyesal. Juna dulu memang salah menyangka tentang Ana dan Rubi. Juna salah orang mah tetapi karena kebersamaan Juna dengan Ana, Juna nyaman mah. Juna sayang Ana bukan karena Juna berfikir dia sahabat kecil aku" Ranti tersenyum mengejek dan memberikan tatapan yang menakutkan.

"Bohong, kamu selalu bercerita kepada mamah bukan tentang Ana, tetapi teman kecil kamu Juna"

"MAH CUKUP. Juna capek mah, kenapa sih harus Rubi yang menjadi awal perdebatan kita mah? Juna mah anak mamah tuh Juna bukan Rubi. Plis lupain dia mah anggap dia gak pernah ada di keluarga kita mah"

Setelah perdebatan itu, hubungan Juna dan Ranti semakin merenggang. Juna sering tidak pulang ke rumah dan lebih memilih menginap di rumah Bintang atau Bagas sahabatnya.

Dilain negara, seseorang sedang melamun melihat keluar jendela kamarnya. Rubi.

Sebulan yang lalu Rubi dinyatakan pulih. Rubi sudah tidak pernah berteriak lagi dan sudah menjalankan kehidupan seperti biasanya.

Tapi, Rubi masih sering melamunkan seseorang yang jauh disana yang entah dia merindukan Rubi atau tidak.

"Bi"

"Ia Pah?" Rudi tersenyum melihat anaknya yang sudah sangat sangat pulih sekarang. Selama satu bulan itu Rudi mati-matian untuk membuat Rubi kembali sehat.

Rudi ingin melihat Rubi bersekolah seperti anak lainnya. Dan akhirnya kesedihan itu tergantikan dengan senyum bahagia.

"Han Jun ada di bawah tuh mau ngajak kamu jalan" Selama Rubi di Korea, ia dekat dengan anaknya Om Hendra, sahabat dari ayahnya. Usia Rubi lebih muda 8 tahun dari Choi Han Jun.

Choi Han Jun. Saat ini Han Jun bekerja di sebuah rumah sakit di daerah Seoul sebagai Dokter Kejiwaan atau Psikiater. Ia juga membuka sebuah klinik sendiri.

Han Jun adalah orang yang telah membantu Rubi memulihkan keadaannya. Han Jun dan Rubi menjadi lebih dekat selama di Korea. Mereka sering bermain dan berkeliling di Seoul.

Rubi yang sudah rapih langsung berlari menuju Han Jun.

"Dokter"

"Hi"

Rubi tersenyum dan berjalan mendekati Han Jun lalu memeluknya. Rubi sudah menganggap Han Jun seperti kakaknya sendiri jadi, dia tidak pernah canggung untuk memeluk Han Jun.

"Mau kemana hari ini?" Rubi bertanya dengan posisi masih memeluk Han Jun. Rubi memejamkan matanya saat Han Jun mengelus rambut panjang Rubi.

"Kita ke Myeongdong  ya, aku mau ajak kamu belanja" Rubi langsung mengangguk-nganggukan kepalanya. Siapa sih yang tidak suka berbelanja? Apalagi gratisan.

"Aku pengen ke The Farmer's Table ya?" Han Jun mengangguk mengiyakan.

"Om saya izin bawa Rubi ya?" Rudi mengangguk lalu setelahnya Han Jun dan Rubi langsung menuju ke Myeongdong.

"Bi"

"Hm?"

"Gak jadi deh" Rubi langsung memukuli Han Jun mengunakan tas yang ia bawa.

"Dokter denger yah, gini-gini aku juga cewek Indonesia yang gak suka di PHP-in yah" Rubi mendelikan matanya lalu melipat tangannya di dada.

"Lucu deh pasien aku." Han Jun langsung diam merasa bersalah saat menyebut Rubi dengan kata 'pasien'

Rubi tersenyum kecut. Rubi terkadang malu untuk bertemu dengan orang-orang yang mengetahui bahwa Rubi pernah gila.

"Bi?"

"Apa!?" Han Jun memasang wajah seriusnya.

" Mau ketemu Briana gak?" secara otomatis Rubi langsung melihat ke arah Han Jun.

"Jadi...Ana dimakamin di sini?" Han Jun tidak menjawab. Biar Rubi lihat sendiri nanti.

***

"Jun?" Bagas memangil nama Juna berkali-kali tetapi tidak di dengerkan oleh sang empunya.

"Oi Duren (Duda Keren)" Bintang memukul bahu Juna dengan keras.

"Apa sih bangsat?" Juna sangat tidak ingin diganggu sekarang, hatinya, pikirannya, jiwa dan raganya saat ini sangat lelah oleh semua permasalahan yang sedang terjadi di sekelilingnya.

"Nyante dong ah gue cuman mau nanya."

"Yaudah apa?" Bagas dan Bintang saling berpandangan lalu mengangguk.

"Kita tau kok permasalahan lo-"

"Yakan gue udah cerita" Bintang mengambil sebuah vas Bungan dengan candaan akan melemparkannya kepada Juna.

"Bisa diem dulu ga nyet?" Juna tersenyum miring.

"Ia gue diem"

"Kenapa lo ga coba buat tanya lebih dalam lagi ke Adel?" Juna, Bagas, dan Bintang sudah mulai serius membicarakannya.

"Die gak mau cerita"

"Elah tinggal sekap ajalah gampang terus aancam" Bintang berkata tanpa pikir panjang. Yang menurut Bintang hanya candaan tetapi bagi Juna dan Bagas itu adalah ide yang menarik dengan peluang yang besar.

"Besok gue tunggu di rumah ya" Juna langsung pergi untuk menyiapkan apa yang akan dia lakukan besok.

"Ngapain?" Bintang bertanya kepada Bagas.

"Lo kan yang nyuruh" Bagas langsung mengikuti Juna pergi.

"Eh, oi, gue nyuruh apaan? Gue gak ngapa-ngapain dah. Bocah ngapa yak" dengan bingung Bintang mengikuti Bagas dan Juna.

.

.

.

.

.

.

Hi,,,,,,kalian aku kembali dengan cerita yang sebegini aja yaaaa maaf. Kalian kecewa gak aku update-update alurnya aneh? mohon maaf sebesar-besarnya karena lama update dan makasih sebesar-besarnya juga untuk 40k pembaca. Aku seneng banget waktu liat chapter terakhir pembacanya 1k. Makasih ya.

Pokoknya aku mohon kalian tetap baca cerita ini, vote, komen, juga share ke temen-temen kalian dan jangan lupa follow wattpad aku yang pengen follback tinggal chat aja aku ya./elahkekyutub.

28 Juni 2018

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang