"Gimana Dok?" Juna langsung menghampiri doter yang baru saja memeriksa Rubi.
Juna belum memberi tahu siapapun tentang kecelakaan ini. Ia tidak ingin merepotkan orang di rumah.
"Pasien baik-baik saja. Pasien tidak memiliki cidera berat hanya luka sobek yang ada du pelipisnya cukup dalam. Mungkin karena terkena benda tajam" Juna menghela nafas lega. Pasalnya jika Rubi mengalami cidera berat, mau bilang apa ia kepada orangtua Rubi dan juga dirinya.
Tadi kepala Rubi membentur dashboard dan di sebelahnya terdapat gantungan yang seidkit runcing yang digunakan untuk menggantuk charger handphone.
"Jun, Rubi gapapa kan?" Juna hanya mengangguk. Untuk kali ini saja ia tidak ingin berdebat dengan Adel.
Adel memasuki ruang UGD dan melihat Rubi yang masih tertidur.
"Bi, plis bangun. Gue mau ceritain apa aja yang gue lakuin Bi di masa lalu yang bikin hidup lo ancur kayak gini Bi. Plis Bi bangun yang seharusnya dibully, dikucilin tuh gue Bi"
"Del" Adel menghapus air matanya sambil berlutut menggenggam tangan Rubi.
"Bi, maaf udah bikin lo nanggung semua beban ini sendiri, udah nanggung beban yang seharusnya buat gue Bi. Gue gak pantes buat jadi temen lo. Gue udah bunuh saudara kandung lo Bi. Gue yang bunuh dia Bi. Maaf Bi" Rubi terus meneteskan air matanya.
Kaki Rubi sangat lemas untuk di gerakan saat mendengar pengakuan Adel. Tidak, bukan Adel yang salah. Rubi ingat kejadian pada malam itu. Kecelakaan tadi membuatnya ingat.
Flashback on
Rubi keluar dari club dengan sempoyongan. Ah, padahal ia hanya minum 3 botol vodka. Rubi masih setengah sadar sehingga ia diizinkan membawa mobil oleh orang-orang yang menjaga club.
Karena Rubi tidak terlalu fokus, ia menginjak gas dengan kencang. Jalanan kosong karena sudah pukul 11 malam.
Rubi memacu mobilnya sangat cepat sampai ia sadar di depan sana ada seseorang yang akan menyebrang di sisi kiri mobil.
Rubi berusaha menginjak rem tetapi nihil. Rem mobilnya blong. Rubi sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dia menundukan kepalanya dan mencoba membanting stir ke kanan tetapi remaja yang akan menyebrang itu malah berlari dan alhasil, Rubi yang tadinya ingin menghindar pun mlah menabrak orang tersebut.
Orang yang Rubi tabrak terpental jauh dan membantik sebuah pohon besar di depaan mobil Rubi. Dengan perasaan yang amat takut, Rubi menelpon Ratna. Sambil meletakan handphonenya di telinganya, Rubi mendekati orang yang tertabrak tadi.
'Halo, ada apa kamu nelpon jam segini? Dimana? Kenapa belum pulang hah?'
'Mah, Rubi nabrak orang mah'
'Apa? Kamu bisanya menyusahkan saja yah'
'Mah tolong Rubi ada di jalan Angkasa no 1 mah"
Sambungan telpon langsung dimatikan oleh Ratna. Rubi tidak tahu apakah ibunya itu akan datang atau tidak.
Pandangannya sangat tidak jelas dan ia mulai merasakan pusing yang amat sangat di kepalanya. Rubi memuntahkan semua yang berada di perutnya dan semuapun menjadi gelap.
Flashback off
"Sesuai yang ada di mimpi aku tadi Del, aku pembunuh Ana"
Rubi dan Adel dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan kencang. Disana sudah terdapat Juna dengan tangan yang dikepalkan. Wajahnya memerah yang menandakan bahwa ia sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubi's Diary [HIATUS]
Fiksi RemajaPerjodohan, jalan cerita yang membuat semua itu terbongkar. 28 Agustus 2017 #303inteenfiction 29 Agustus 2017 #197inteenfiction Cover by sachla