10.Diary

5.3K 140 34
                                        

Saat pulang dari menemui ibunya, Adel sudah tidak ada di kediaman Wirasena.

Rubi berkali-kali bertanya kepada Juna kapan Adel pulang dan jawabannya tetap sama " Ga tau, ga ngurus".

Karena khawatir dengan sahabatnya yang saat ini tidak bisa dihubungi, Rubi langsung pergi ke sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat layar monitor yang menayangkan tangkapan cctv kediamana Wirasena.

Awalnya Rubi akan langsung melihat monitor cctv di depan rumahnya, namun ia tertarik dengan monitor yang berada di ruang tengah yang dimana ada sebuah gambar kecil yang menunjukan bahwa Adel sempat bebincang dengan Juna.

Rubi duduk di kursi yang ada di hadapan monitor tersebut dan langsung memutar rekaman cctv di ruang tengah tadi.

Rubi mendengarkannya dari awal sampai akhir. Hati Rubi teriris. Apa ini?

Benar dugaannya semua orang menyembunyikan sesuatu darinya. Orangtuanya, Adel, seluruh keluarganya, bahkan Juna yang notabenenya baru mengenal Rubi dalam itungan hari.

Setelah puas mendengarkannya, Rubi langsung berjalan tergesa ke dalam kamar Juna.

Rubi memasuki kamar Juna tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Juna yang awalnya sedang memegang gitar menghadap ke jendela langsung melihat ke arah Rubi.

Rubi yang kini tengah di lihat Juna adalah asli Rubi. Bukan si munafik Rubi.

"Akhirnya lo keluarin sifat asli lo" Juna terkekeh sambil meletakan gitar yang tadi ia pegang di atas tempat tidurnya.

"Apa maksudnya kak? Bantu aku kembali? Bunuh orang di masa lalu? Kecelakaan? Tolong kak tolong jelasin ke aku kak" Rubi mendekat ke arah Juna namun Juna langsung menghentikannya.

"Kamar gue terlalu suci untuk seorang pembunuh" Rubi langsung terduduk lemas di lantai.

"Lo ga usah minta penjelasan ke gue Bi. Lo yang inget semua kejadian pada malam dimana dia meninggal di hadapan lo sendiri. Saudara lo" Juna yang biasanya irit bicara menjadi terpancing untuk mengeluarkan uneg-uneg nya saat ini.

"SIAPA? Aku ga inget kak" Juna membuang muka. Tidak ingat?

"Penyakit apa yang lo derita sampai-sampai lo hilang ingatan dan meniru semua watak dia Bi" Rubi semakin bingung. Rubi tidak berbohong. Ia memang lupa dengan semua hal yang terjadi di masa lalu.

"Dulu, apa Kak Juna kenal aku?"

"Ia"

"Kita deket"

"Ia"

"Kak Juna masa lalu aku?"

"Ia gue masa lalu lo tapi gue bukan orang spesial di hidup lo"

"Tolong kasih diary itu ke aku kak" Rubi berdiri lalu menatap Juna sambil tersenyum.

"Diary itu kan sumbernya?" Juna enggan menjawab.

"Diary itu kan masalahnya?" Masih enggan.

"Semua ingatan aku ada di sana Kak" Rubi maju selangkah lalu memeluk Juna.

"Tolong kak bantu aku ingat semuanya, setelah aku ingat aku bakalan pergi kak kalau memang aku punya salah sama kalian. Aku bakalan serahin diri aku kak kalau aku memang membunuh dia yang Kak Juna maksud." Rubi masih memeluk Juna tanpa mendapatkan balasan.

"Lo harus berjuang sendiri untuk ngembaliin ingatan lo. Gue gak mau membantu orang yang sudah mengambil nyawa seseorang yang gue sayang" Glezz. Rubi semakin bersalah saat mendengar bahwa orang yang ia bunuh adalah orang yang Juna sayang.

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang